Total Pageviews

Tuesday, December 22, 2015

KITSBS mlaku-mlaku nang Jatim Rek

Dalam rangka meningkatkan keeratan hubungan sesama pegawai, PLN KITSBS mengadakan acara Employee Gathering (EG) di Kota Batu, Malang, Surabaya pada tanggal 18-20 Desember 2015.

Sekitar pukul 5 sore (18/12), pegawai yang mengikuti kegiatan EG berkumpul di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Panitia telah stand by di depan pintu keberangkatan untuk membagikan tiket pesawat dan konsumsi.

Proses check in dan boarding berjalan lancar. Waktu landing dan pengambilan bagasi di Bandara Juanda Surabaya selesai sekitar pukul 10 malam. Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Suramadu dan tiba di Bebek Sinjay, Bangkalan, Madura. Para pegawai pun menyantap menu bebek yang sangat terkenal di daerah itu pada waktu menunjukkan tengah malam.

Selepas santap malam, perjalanan kembali dilanjutkan ke tujuan utama yaitu Kota Batu. Para pegawai tiba di Hotel Batu Suki, Kota Batu pada pukul 03.30 WIB (19/12). Pegawai dipersilakan untuk istirahat sejenak dan berkumpul kembali pada pukul 7 pagi untuk agenda selanjutnya.

Setelah selesai sarapan, para pegawai langsung menuju tempat Rafting di Kampung Wisata Tani Temas, Kota Batu. Para pegawai mengikuti kegiatan rafting dengan jarak tempuh kurang lebih 10 (sepuluh) kilometer.

Selesai rafting, para pegawai santap siang dan sholat. Selanjutnya menuju PLN APJ Malang Rayon Batu dalam rangka kegiatan benchmark

Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke tempat wisata petik apel yang dikelola oleh Kelompok Tani Makmur Abadi (KTMA). Di tempat ini, pengunjung bisa makan apel sepuasnya di tempat. Namun, jika pengunjung ingin membawa pulang apel-apel tersebut, maka pengunjung harus membayar apel dengan harga Rp 15.000,- per kilogram.

Perjalanan kembali dilanjutkan ke Museum Angkut. Seperti namanya, Museum Angkut berisikan alat-alat transportasi sejak zaman dahulu hingga kini. Alat transportasi yang berasal dari domestik hingga mancanegara.

Setelah puas berkeliling Museum Angkut, peserta EG kembali ke hotel untuk istirahat. Pukul 7 malam, peserta EG kembali berkumpul untuk makan malam dan kegiatan Ramah Tamah. Dalam kegiatan ramah tamah, terdapat banyak permainan dan hadiah. Mulai dari penampilan kelompok bus, lomba foto unik, hingga doorprize.

Setelah kegiatan ramah tamah selesai, para peserta EG dipersilakan memilih untuk melanjutkan istirahat atau mengunjungi Batu Night Spectacular (BNS).

Keesokan harinya (20/12), para pegawai kembali berkumpul setelah sarapan dan proses check out. Perjalanan kembali ke Palembang pun dimulai. Sebelumnya, para peserta EG menyempatkan mampir ke wisata belanja/pusat kerajinan Permata Tanggulangin.

Setibanya di Bandara Juanda, para pegawai diberikan tiket pesawat dan makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan proses check in dan boarding.

Sesampainya di Bandara SMB II, para pegawai bisa mengambil bagasi dan kembali ke rumah masing-masing.

Membiarkan anak menemukan motivasi belajarnya

Setelah meraih piala Juara 2 Lomba Baca Do'a & Surat Pendek, Juara Harapan 1 Lomba Busana Muslim, Bintang Kelas 1 pada Laporan Mid Semester dan beberapa penghargaan lainnya pada Lomba 17an, Alhamdulillah Yesha dapat Bintang Kelas Pertama pada Laporan Semester Pertama yang dibagikan tanggal 18 Desember 2015.

Bermula dari keinginan memiliki Piala, prestasi Yesha semakin menanjak. Aku dan suami tidak pernah memaksa Yesha untuk belajar hingga saat ini. Kami merasa waktunya belum tepat. Kami membiarkan Yesha menentukan targetnya sendiri.

Ketika Yesha bertanya kenapa dia tidak mendapat Piala seperti beberapa temannya, maka kami memberikan penjelasan jujur bahwa temannya sudah lebih paham pelajaran dibanding Yesha. Kami pun menyarankan Yesha untuk lebih memperhatikan penjelasan Bunda(guru)nya, sehingga Yesha lebih memahami pelajaran dan kemungkinan dia akan mendapatkan piala.

Sejak saat itu, pengetahuan Yesha semakin bertambah. Yesha pun sering bangga mengabarkan bahwa pengetahuannya bertambah dengan cara menunjukkan kebolehannya.

Dengan prestasi Yesha yang kian naik, Yesha tidak menjadi sombong. Kami tidak pernah melihat dia mengumbar keberhasilannya. Mungkin karena Yesha pernah merasakan posisi di bawah (ketika dia belum bisa meraih piala).

Dengan bertambahnya pengetahuan Yesha, Yesha memiliki kegiatan tambahan yaitu menulis. Sehingga Yesha tidak hanya mengenal mainan, tetapi Yesha juga lebih mengenal buku.

Tidak memaksakan belajar pada anak, bukan berarti tidak memberikan fasilitas belajar apapun pada anak. Kami memberikan Yesha mainan magnet berbentuk huruf dan angka untuk mengenalkan Yesha pada alfanumerik. Dampaknya, Yesha pun sering bertanya, "Ini huruf apa, Bu?"


Sejak Yesha kecil, kami mengelilinginya dengan buku meskipun Yesha belum bisa membaca, agar kecintaan Yesha terhadap buku tumbuh sejak dini. Yesha sering mendongeng dengan caranya sendiri dari buku yang ia baca gambarnya.

Saran untuk para orang tua :
1. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar terutama untuk anak balita karena usia balita adalah usia bermain. Jadi tidak sepantasnya memaksakan sesuatu yang tidak mereka senangi.

2. Rangsang keinginan belajar anak dengan memberikan fasilitas belajar yang menarik perhatiannya, bisa berupa mainan magnet, buku bergambar, lagu-lagu yang menyiratkan pelajaran, dsb.

Monday, December 14, 2015

Motivasi Belajar Yesha

Dari usia 2 tahun 2 bulan, Yesha sudah kami masukkan ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Saya dan suami mengambil keputusan itu karena kami melihat Yesha sudah bosan di rumah. Yesha merasa bingung mengeksplorasi bagian rumah yang mana lagi. Jadilah kami mengambil keputusan menyekolah Yesha.

Kami pun mencarikan sekolah berbasis Islam untuk Yesha. Kami juga menjelaskan pada gurunya agar Yesha tidak dipaksa untuk belajar. Biarkan Yesha bermain sepuasnya, karena niat kami menyekolahkan Yesha bukan untuk membuat Yesha bisa segera membaca ataupun berhitung. Kami hanya ingin Yesha mempunyai tempat eksplorasi lain, sekaligus tempat Yesha diajarkan kebiasaan yang baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa usia Yesha ketika itu tidaklah tepat untuk dipaksa  memahami alfabet ataupun angka-angka yang akan berakibat fatal pada masa yang akan datang. Saat itu, kami lebih menitikberatkan edukasi tentang pembiasaan dan cara bersosialisasi yang baik kepada Yesha. Alhasil, Yesha pun nyaman di sekolah, bahkan pada saat sakit pun dia sangat menyayangkan jika tidak bisa bersekolah.

Tahun berganti, kami pindah rumah. Dan kami mencarikan sekolah baru yang tetap berbasis Islam untuk Yesha. Alhamdulillah ketemu.

Yesha cepat beradaptasi dan merasa nyaman di sekolah baru. Dari sudut pandang tentang mata pelajaran, Yesha tidak banyak berkembang hingga usianya mencapai 4 (empat) tahun. Namun, dari sisi pemahaman hidup Yesha sudah sangat meningkat.

Kami pun hingga saat ini tidak memaksakan Yesha untuk memahami semua pelajaran sekolah. Namun, ketika pembagian report kenaikan kelas, dia menemukan motivasi belajarnya sendiri. Dia melihat beberapa temannya mendapat Piala dari sekolah dan dia segera bertanya, "Bu, piala Yesha mana? Kok Yesha gak dapat piala. Yesha mau piala, Bu."

Aku pun segera memutar otak, memilih kata-kata sederhana agar Yesha mudah memahami penjelasanku. "Maaf ya Nak, Yesha belum bisa dapat piala. Teman-teman Yesha yang dapat piala itu karena teman-teman Yesha sudah bisa memahami pelajaran yang disampaikan Bunda (maksudnya guru)", jelasku. "Gak papalah, Nak. Yang penting itu Yesha jadi anak soleha".

Obrolan kami pun berlanjut.
Yesha : "Tapi Yesha pengen dapet piala, Bu". (sambil merengek)
Aku : "Kalo Yesha pengen dapet piala, Yesha harus belajar. Yesha harus bisa semua yang diajarin Bunda. Yesha harus berusaha ya, Nak".

Sejak saat itu, Yesha seperti menemukan motivasi terbesarnya yaitu untuk mendapatkan piala.

Peringatan Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1437 H, sekolah Yesha mengadakan lomba membaca Surat Al-Fatihah, do'a sebelum & sesudah makan, serta lomba busana muslim.

Yesha pun berlatih setiap hari untuk lomba membaca surat dan do'a. Kami pun fokus membantunya dengan mendengarkan dan mengkoreksi bacaannya.

Beberapa hari sebelum lomba, Yesha tiba-tiba membujuk, "Bu, nanti ibu datang ya ke acara lomba sekolah".

Aku yang heran pun langsung bertanya balik, "Memangnya kenapa, Sayang?"

"Yesha pengen ibu datang", balas Yesha.

Aku pun langsung mendiskusikan dengan suami dan kami memutuskan untuk hadir.

Hari lomba pun tiba. Tibalah giliran Yesha tampil. Air mataku hampir saja tidak terbendung karena haru, mendengar Yesha melantunkan Surat Pembuka dalam Kitab Suci kami itu. Tanganku sedikit bergetar karena isak yang mau meledak, menyaksikan Yesha mengumandangkan surat pertama yang ada di Al-Qur'an itu.

Air mataku masih menggunung di ujung mataku, ketika Yesha selesai mengucapkan salam, tanda selesai tampil. Dia pun langsung berlari ke arahku dan memelukku. Aku pun tak henti-henti meninggikannya, mengucap "Ibu bangga sama Yesha".

Yesha pun memelukku tambah erat. 

Kejadian itu makin bertambah haru ketika pengumuman, nama Yesha disebutkan sebagai Juara 2. Dia gembira bukan main.

Kembali memelukku setelah menerima piala. "Ibu, Yesha dapat piala".

"Alhamdulillah, Nak. Itu balasan karena Yesha rajin berlatih".

Motivasi itu masih membara di dalam tubuh Yesha. Pada pembagian report mid semester, awal bulan November kemarin, Yesha mendapatkan bintang kelas pertama. Dia pun super bangga menunjukkan bintang merah bertuliskan angka 1 (satu) kepada kami, sambil menyerahkan laporannya.



Menginspirasi Anak SD melalui EVP

Di tahun 2015 Manajemen PT PLN (Persero) semakin menggaungkan semangat PLN Bersih dengan mengganti labelnya menjadi PLN Berintegritas. Dalam program ini terdapat sub program yang bernama Employee Volunteer Program (EVP). Salah satu kegiatan EVP adalah kegiatan Duta Muda Bersinar (Bersinar = Bersih dan Benar), yang sejalan dengan PLN Berintegritas tadi.

Pegawai PT PLN (Persero) terlibat secara langsung dan menjadi penggerak EVP. Tema kegiatan 2015 adalah Peduli 70 Sekolah. Kegiatan EVP dilaksanakan di 70 Sekolah yang tersebar di Nusantara. Angka 70 dipilih karena bertepatan dengan usia PLN yang ke-70. Sedangkan Peduli Sekolah menyatakan bahwa sasaran PLN adalah Sekolah.

PLN KITSBS mendapat kepercayaan target sebanyak 2 (dua) sekolah. Tim pun melakukan survei dan menentukan sekolah yang layak mendapat bantuan Program. Adalah SDIT Permata Hati Sungai Juaro dan SDIT Mus'ab bin Umair Kertapati yang terpilih menjadi sasaran program. Kedua SD tersebut terbilang 'balita' karena usia SD yang belum mencapai 5 (lima) tahun dan sarana yang ada di SD tersebut juga belum memadai, sehingga kedua SD ini cocok untuk diberikan bantuan.

Tim EVP mempersiapkan segala keperluan untuk program tersebut secara matang, dengan harapan kegiatan ini dapat memberikan citra yang baik bagi perusahaan dan terutama dapat menginspirasi para siswa.

Dalam program EVP terdapat 3 (tiga) bidang bantuan yang diberikan :
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Kesehatan
3. Bidang Lingkungan

*Untuk bidang pendidikan, selain memberikan sarana sekolah berupa 1 (satu) buah ruang kelas baru, papan nama sekolah, tas dan bantuan buku bacaan, Tim EVP juga memberikan edukasi mengenai kelistrikan melalui video Kak Bili.

Pada saat acara peletakkan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di masing-masing SD, aku dipercaya untuk memberikan penjelasan sekilas tentang program kami. Tim mempercayakan penjelasan program padaku dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. Aku wanita yang memiliki sifat keibuan
2. Aku telah memiliki anak
3. Aku terlihat berpengalaman dalam memberikan penjelasan kepada anak

Bahan presentasi yang telah disiapkan oleh Ibnu, aku rombak dengan bantuan Neyni. Kami mencari kata-kata yang cepat dipahami oleh anak-anak. Kemudian, kami mempunyai trik pemberian hadiah kepada anak-anak yang berani menjawab pertanyaan. Alhasil, anak-anak antusias mendengar penjelasanku. Tim pun merasa tidak salah memilihku. 

Imej pemberi hadiah pun melekat kepadaku, ketika aku datang untuk kedua kalinya di SD target di acara peresmian ruang kelas baru seraya membawa kardus buku bacaan. Beberapa anak menebak bahwa aku sedang membawa kardus isi coklat (hadiah). Aku pun sempat tersenyum sendiri sembari menampik dugaan mereka. Kesan pertama anak-anak padaku ternyata sangat baik.

*Dalam bidang kesehatan, Tim EVP memberikan penyuluhan kesehatan secara umum dan pemeriksaan gigi kepada para siswa SD.

*Sedangkan dalam bidang lingkungan, Tim EVP memberikan bantuan tempat sampah baru (organik & anorganik) serta memberikan tanaman & pohon untuk penghijauan.

Berikan Penjelasan Bukan 'Momok'

Ketika anak malas makan, apa yang dilontarkan orang tua? Untuk pertama kali, kebanyakan orang tua akan memberikan nasihat. "Makanlah, Nak. Nanti sakit". Namun, untuk kesekian kali, mungkin karena terlalu lelah membujuk, beberapa orang tua akan berbelok jalan dengan mengatakan "Ayo makan, nanti digigit laba-laba". Dengan kata lain, orang tua akan memberikan 'momok' kepada anak agar keinginan orang tua terpenuhi. "Yang penting anak mau makan", ucapnya dalam hati.

Kebiasaan memberikan 'momok' kepada anak tentulah tidak baik. Beberapa orang tua mungkin akan berkilah, "Kalo gak ditakut-takuti, anak gak mau makan" atau "Anak gak mau nurut kalo gak ditakut-takuti".

Sebetulnya memberikan penjelasan adalah langkah yang paling tepat. Namun, langkah ini memang membutuhkan waktu. Beberapa orang tua mungkin ingin mendapatkan hasil instan sehingga menggunakan cara menakut-nakuti agar anak menurut.

Saya dan suami berkomitmen sejak anak kami lahir, bahwa anak patut mendapatkan penjelasan atas segala sesuatu. Beberapa kejadian yang kami temui sedikit memutar otak kami demi memberikan penjelasan yang mudah dimengerti bagi anak. Namun, hal tersebut tidak memadamkan semangat kami untuk tetap mengobarkan api penjelasan kepada anak.

Contoh kasus 1 :
Adakalanya ketika nafsu makan Yesha menurun, kami pun membujuk Yesha agar makan. Dengan memberikan penjelasan, jika dia tidak makan maka dia bisa sakit. Kami tidak mau Yesha sakit. Jika Yesha sakit, kemungkinan besar Yesha tidak bisa beraktivitas seperti yang dia inginkan. Alhasil, Yesha pun mau makan.


Contoh kasus 2 :
Beberapa waktu lalu Yesha mengeluh bahwa giginya sakit. Kami pun mengecek giginya dan tampak tanda-tanda lubang. Kami mengajak Yesha ke dokter. Yesha sempat khawatir seandainya giginya dicabut. Namun, kami (lagi-lagi) memberikan penjelasan bahwa gigi Yesha tidak akan langsung dicabut. Dokter gigi akan memeriksa terlebih dahulu gigi Yesha. Dan menurut penglihatan kami, gigi Yesha hanya akan ditambal. Penjelasan yang detail dan dapat diterima anak akan sangat membantu anak pada tahap berikutnya.

Setibanya di Rumah Sakit, sebelum Yesha diperiksa, Dokter memberikan penjelasan tentang fungsi alat yang digunakannya untuk memeriksa gigi Yesha. Penjelasan yang detail dari dokter pun memberikan ketenangan bagi Yesha dalam menghadapi pemeriksaan.

Meskipun mulut kecilnya dipenuhi benda-benda asing yang sebelumnya belum pernah ia jumpai, Yesha tetap mantap pada posisi pemeriksaan hingga selesai tindakan.



Setelah memberikan penjelasan secara rinci pada anak, kami terbiasa memberikan pujian terhadap setiap keberhasilan yang dia lakukan. Semua ini dilakukan agar dia kembali termotivasi untuk mengulang kebaikan yang dia lakukan.

Thursday, November 26, 2015

Membiasakan Beribadah

Sembari membiasakan Yesha akan tiga kata ajaib (baca : http://winaindahpratami.blogspot.co.id/2015/11/membiasakan-tiga-kata-ajaib.html), kami juga membiasakan Yesha untuk sholat. Proses yang panjang juga dibutuhkan untuk melakukan kebiasaan yang satu ini.

Bermula dari Yesha yang sholat hanya mengikuti gerakan kami dan sekarang Yesha sudah mencapai tahap sholat beserta bacaannya.

Alhamdulillah sejak masuk sekolah baru, pengetahuan Yesha pun bertambah. Meskipun umur sekolah baru dan sekolah lama Yesha adalah sama, terdapat beberapa perbedaan dalam cara guru Yesha mengajar. Selain Perbedaan cara guru mengajar, kemudahan Yesha menyerap ilmu mungkin juga didukung dengan umur Yesha yang semakin matang.

Di sekolah baru (TK Islam Adventure, Jln. Lubuk Kawah, Sukarami, Palembang), Yesha diajarkan mengingat sesuatu dengan bernyanyi. Alhasil, Yesha pun lebih cepat mengingat pelajaran yang diajarkan.

Nyanyian menyenangkan bagi Yesha, sehingga dia mudah saja menerima pelajaran.

Pertama, Yesha menyanyikan do'a sebelum dan sesudah makan. Lalu, Yesha menyanyikan do'a sebelum masuk kamar mandi. Kemudian, Yesha menyanyikan tata cara/urutan berwudhu. Semua nyanyian menyenangkan itu membantu Yesha cepat menghafal.

Dengan mengajarkan banyak hal dengan cara yang menyenangkan, Yesha bisa menampung beberapa hal yang diajarkan dengan cara monoton. Seperti bacaan sholat. Yesha sudah mengalami kemajuan yang pesat dalam mengaplikasikan rukun sholat serta bacaaannya.

Lagi-lagi kemajuan Yesha didapat dari proses yang sama panjangnya dengan pembiasaan menggunakan tiga kata ajaib.

Pada awalnya, Yesha tidak mudah diajak sholat. Jika pun mau, Yesha masih kurang tertib. Kritik dan saran pun kami sampaikan kepada Yesha, ketika Yesha melaksanakan sholat dengan kurang tertib. Tak lupa juga pujian kami layangkan, ketika Yesha berhasil sholat dengan tertib sejak rakaat pertama hingga terakhir.

Pembiasaan berlanjut seiring bertambahnya usia Yesha.

Saat ini, Yesha malah sering menanyakan "Yesha sholat gak, Bu?" atau "Pak, sudah selesai adzan. Ayo kita ke masjid". Pertanyaan dan pernyataan yang membuat haru ketika si kecilku ingat akan sholat. 

Membiasakan 3 Kata Ajaib

Aku yang sekolahnya dimulai dengan TK 0 (Nol) Besar, tidak mengetahui kurikulum seperti apa yang diajarkan pada anak-anak PAUD ataupun TK 0 (Nol) Kecil. Tak ku sangka di dalam report PAUD dan TK terdapat penilaian terhadap kebiasaan mengatakan tiga kata ajaib "maaf, tolong dan terima kasih".

Nilai Yesha terhadap penilaian itu pun dimulai dari penilaian "jarang" hingga "sering".

Teringat percapakanku dan pendiri sekolah Yesha yang pertama.

"Pembiasaan yang baik", begitu kata pendiri TKIT Mufidatul Ilmi Banyuasin. Beliau mengharapkan anak-anak diajarkan pembiasaan yang baik sejak dini. Pembiasaan akan sopan santun. Sehingga sekolah menetaskan anak-anak yang memiliki budi pekerti yang luhur.

"Wow", perasaan takjub pun hadir. Ternyata harapanku dan sekolah Yesha nyambung. Aku pun langsung mendaftarkan Yesha ke sekolah tersebut.

Yesha mulai diajarkan tata krama. Yesha diajarkan cara berinteraksi dan cara beribadah yang baik. Kuakui, kebiasaan sopan santun yang terbentuk pada Yesha saat ini tidaklah dihasilkan dalam waktu singkat. Proses yang kami (orang tua) lalui terbilang cukup panjang. Kesabaran, ketekunan, dan ketelatenan sangat dibutuhkan dalam proses ini.

"Dengan dibiasakan berbuat baik, in syaa Allah anak-anak kita nanti akan jadi anak yang baik pula", sambung pendiri sekolah Yesha tadi.

Sejak masuk sekolah, kami turut membantu sekolah melakukan pembiasaan yang baik di rumah. Yesha dihadapkan dengan kejadian-kejadian di mana dia diajarkan cara merespon dari kejadian itu. Yesha diajarkan berkata "maaf" ketika dia melakukan kesalahan. Yesha diajarkan kata "tolong" ketika dia memerlukan bantuan. Yesha mengucapkan "terima kasih" ketika dia telah mendapatkan pertolongan.

Tiga kata sederhana itu terus kami ulang. Ketika Yesha lupa mengatakan salah satu dari ketiga kata itu, maka Yesha kami ajarkan untuk menggunakan kata itu. Lalu, Yesha pun mengulang kembali responnya. Begitu terus hingga terbentuklah Yesha yang sekarang. Hal itu baru aku sadari tadi malam (25/11).

Yesha yang selesai berwudhu di halaman belakang rumah berkata, "Pak, tolong dekatkan keset kakinya". Dia meminta hal tersebut agar lantai rumah tidak basah karena air.

Yesha sudah sangat fasih dalam mengatakan tiga kata ajaib itu. Dia sudah sangat paham kapan harus menggunakan tiap kata ajaib itu. Pembiasaan yang baik merupakan proses yang panjang yang kami latih sejak dini.

Benarlah kata orang, anak itu ibarat kertas putih sedangkan kita orang tua adalah tintanya. Apa yang kita tulis di atas kertas itulah yang akan kita baca di kemudian hari. Orang tualah yang sangat berperan membentuk karakter anak. Sejak dinilah, kita harus melakukan pembiasaan yang baik sehingga hasil yang didapat akan baik pula.

Friday, November 20, 2015

Mengajarkan Jujur pada Yesha

Adalah suatu hari, aku sedang beres-beres di kamar Yesha. Aku sedang membereskan charger ponsel genggam yang terletak di atas prakarya Yesha. Aku yang agak tergesa-gesa mengambilnya, akhirnya merusak prakarya Yesha. 

Prakarya yang berbentuk es krim dengan buah ceri di atasnya. Cone dan buah ceri diwarnai menggunakan krayon, sedangkan es krimnya terbuat dari kapas putih. Sebuah kapas lepas dari susunan es krim itu karena kecerobohanku. 

Sebenarnya aku bisa saja mendiamkan kejadian itu. Toh, tidak ada yang melihat. Jika pun ada yang bertanya, aku bisa saja berpura-pura tidak tahu. Namun, aku ingin sekali mengajarkan kejujuran pada Yeshaku. Lalu, aku pun mengaku.

Saya : "Yes, ibu minta maaf ya gak sengaja merusak es krim Yesha. Kapasnya jadi lepas deh. Maafin Ibu ya, Nak".
Yesha : (dengan tenang) "Gak papa, Bu. Ibu kan gak sengaja. Nanti kita perbaiki sama-sama ya es krimnya".

Alhamdulillah.

Karena kejadian di atas kami budayakan di keluarga kami, maka tak jarang pula kami mendapatkan timbal balik yang baik sebagaimana di atas.

Ketika Yesha melakukan kesalahan, dia pun mengaku dengan rasa penyesalan yang dalam.

Aku pun bersikap layaknya Yesha, yang menanggapi dengan tenang dan menambahkan pesan untuk berhati-hati di lain waktu.

Friday, November 13, 2015

Bijaklah Mengenalkan Gadget pada Anak

Di zaman modern saat ini, bukan hal yang baru jika balita saja sudah pandai mengotak-atik gadget. Berikut dampak buruk membiarkan anak bermain handphone, tablet dan sejenisnya :

1. Merusak mata anak.
Handphone atau tablet yang berukuran kecil memaksa mata anak untuk fokus lebih banyak. Akibatnya mata anak jadi terganggu dan mengakibatkan anak harus menggunakan alat bantu penglihatan atau yang biasa kita sebut dengan kaca mata. Mungkin bagi dampak ini tidak terjadi begitu saja dan membutuhkan waktu lama untuk terealisasi, dengan kata lain dampak ini bisa saja dirasakan pada masa yang akan datang.

2. Mengacaukan sikap psikologis anak.
Alasan kedua ini saya saksikan sendiri, ketika anak saya tengah bermain dengan temannya.

Ceritanya mereka sedang bermain masak-masakan dan berlagak layaknya di restoran. Yesha berperan menjadi koki/pramusaji sedangkan temannya menjadi pelanggan.

Lalu, terjadilah percakapan kira-kira seperti ini :
Teman Yesha : "Saya pesan yang ini ya".
Yesha : "Baik".

Yesha berpura-pura mempersiapkan makanan yang dipesan temannya.

Beberapa saat kemudian, teman Yesha mengeluh.
Teman Yesha : "Mana pesanannya? Lama sekali pesanannya datang. Saya sudah lapar ini".
Yesha : "Sebentar ya, makanannya masih dimasak".
Teman Yesha : "Kalo pesanannya lama datangnya, pelanggannya nanti pergi lho". (dengan berlagak marah)

Saya langsung mengikutkan diri saya ke permainan mereka.
Saya : "xxxxx(nama anak), mainnya yang baik dong. Gak usah marah-marah".
Teman Yesha : "Hehe, gak kok. Aku cuma pura-pura aja, kayak di game yang ada di iPadku itu kayak gitu. Kalo kelamaan pesanannya datang, pelanggannya kabur".

Mendengar ucapan teman Yesha, aku berusaha menanggapi dengan hati-hati.
Saya : "Gak usah gitu, mainnya yang sopan aja. Yang jelek, gak usah diikuti".

-end-

Sejak Yesha lahir, aku dan suami sudah berkomitmen untuk tidak terlalu mengenalkannya pada gadget. Banyak alasan yang membuat kami memutuskan untuk mengambil keputusan itu. Namun, keputusan kami itu tidaklah mutlak. Terkadang kami menjelaskan kepada Yesha fungsi gadget dan mengajarkannya untuk bijak dalam menggunakannya.

Yesha juga pernah mempermasalahkan ketika dia melihat temannya sibuk bermain gadget (yang sepertinya memang sengaja dibelikan orang tua untuk anaknya), sedangkan dia tidak. Namun, kami meyakinkannya bahwa gadget bukanlah kebutuhan primernya saat ini. Yesha harus lebih fokus dalam belajar menyikapi kehidupan dengan baik. Karena pelajaran itu membutuhkan waktu yang panjang dan memberikan hasil yang lebih memuaskan, dibanding mempelajari dan mengaplikasikan gadget.

Buat para orang tua, jadikan teknologi sebagai sarana penunjang kreativitas anak. Bukan sebaliknya, menjadikan teknologi sebagai alat menurunkan harapan kita terhadap anak. Jika orang tua memang ingin mengenalkan anak pada teknologi melalui game yang ada pada gadget, maka sebaiknya orang tua memilihkan permainan seperti puzzle atau permainan yang mengasah otak lainnya. Hindari permainan yang melibatkan emosi.

Saya lebih memilih anak saya pandai bersikap, dibanding dia pandai bermain gadget tapi tidak tahu cara bersikap yang baik. Yang menyebabkan dia akan kesulitan berkomunikasi dengan sesamanya di kemudian hari, karena terlalu sibuk memperhatikan gadget


Saya bahkan rela membelikan Yesha kamera dengan harga terjangkau karena :
1. Dia tertarik dengan fotografi
2. Saya ingin dia fokus dengan minat fotografinya

Saya tidak membelikan/meminjamkan handphone saya karena saya khawatir fitur lain yang ada di handphone akan mengaburkan niat awal dia (ketertarikannya akan fotografi).

Thursday, November 12, 2015

Kreatifnya Yesha

*
10 November 2015 malam, Bapak Yesha sedang dalam perjalanan pulang dari dinas ke Jakarta. Aku dan Yesha pun bercakap-cakap.

Aku : "Yes, malam ini in syaa Allah bapak pulang. Tapi besok bapak pergi kerja lagi".
Yesha : "Hore, besok bapak pergi lagi".
#gubrak 

Yesha, Yesha, tumben seneng bapaknya pergi. Biasanya gini :

Yesha : "Bu, bapak kok lama sekali pulangnya?"
Aku : "Bapak masih kerja, Sayang. Kalau sudah selesai pekerjaannya, nanti bapak pulang".
Yesha : "Lama sekali bapak ni pulangnya, Yesha kan kangen sama bapak".
#hihi

-end-


**
Masih di malam yang sama.

Aku : "Yes, ngaji yuk".
Yesha : "Iya, Bu".

Yesha mengambil iqro'-nya, membuka halaman lanjutan jatah mengajinya. Yesha sudah tiba di lembar penghujung iqro' 1-nya. Alhamdulillah di usianya yang 4 tahun 7 bulan, Yesha sudah lancar membaca  iqro' 1.

Yesha sudah sangat menunggu-nunggu menyelesaikan iqro' 1-nya. Di halaman kedua dari terakhir, Yesha bertemu dengan huruf gho (ghain diberi tanda fathah).

Yesha langsung mengomentari, "Bu, gho itu seperti suara Bapak ngorok ya?" #wkwk

Yesha juga bertemu dengan huruf hijaiyah yang membentuk kata dalam bahasa Indonesia jika dibaca, seperti qo (qaf diberi tanda fathah) dan ta.

Yesha mendapat ide baru dan berkata, "Bu, seperti kota Sheriff Callie ya?" #haha

Lalu, Yesha melanjutkan bacaannya. Kali ini, Yesha bertemu dengan la (lam diberi tanda fathah) dan ma (mim diberi tanda fathah).

Yesha kembali menimpali, "Bu, ini seperti lama banget ya?" #hihi 

Kemudian, Yesha menemukan sa (sin diberi tanda fathah) dan na (nun diberi tanda fathah), serta berkata, "Seperti sana-sana ya, Bu?" #hehe
Yesha,, Yesha,, kreatif sekali Yesha ini.

Ketika aku menceritakan cerita di atas ke Bapaknya, Bapak Yesha ngakak seraya bilang, "Cerdas sekali anak bapak ini".

Tuesday, October 20, 2015

Mensyukuri Sakit

Minggu, 27 September 2015, kala itu matahari mulai condong ke Barat sedangkan kami bertiga (aku, suamiku & anakku) masih di atas Vespa kami, dalam perjalanan pulang ke rumah Biru. Di pertengahan jalan, seketika sesuatu masuk ke mata kiriku. Perih menghampiri, namun tak terlalu ku rasa. Kendaraan roda dua kami tetap melaju hingga sampai ke rumah.

Dua hari berlalu ku lewati dengan santai, dengan mata tetap terasa mengganjal. Hari ketiga setelah kejadian, aku memutuskan untuk ke dokter. Setelah menjelaskan kronologi kejadian, dokter mulai memeriksa dan taraaa dokter memberikan diagnosanya.

Ternyata ada kulit serangga masuk ke dalam kelopak mata atasku, alhasil mata terasa mengganjal sepanjangan dan kornea mata mulai terluka. Dokter pun segera mengambil akar permasalahannya, membersihkan mataku & memberikan resep obat.

Keesokan harinya mataku mulai membengkak dan memerah, namun lagi-lagi tak terlalu ku rasa. Hari berikutnya, pandanganku kabur. Mata kiriku hanya dapat melihat segaris tipis saja, mata kanan yang awalnya baik-baik saja, malah ikut-ikutan redup. Aku pun kembali mengadu ke dokterku.

Sepanjang perjalanan ke dokter, aku dituntun oleh suamiku layaknya orang buta. Dia dengan sabarnya mengarahkanku selangkah demi selangkah, dari tempat pendaftaran hingga ke ruangan dokter.

'Voila', dokter ikutan kaget melihat kondisi mataku yang mengenaskan. Dokter pun memberikan alternatif lain untuk mengobati mataku dan beliau menyaranku agar beristirahat total di rumah selama lima hari. Dokter pun menutup sesi konsultasi dengan menasehatiku agar sabar menerima cobaan ini, dia pun mendoakan semoga sakitku ini dapat mengurangi dosa-dosaku. Seketika jawaban "Aamiin"-pun bergegas kukeluarkan dari mulutku, sebagai tanda setuju.

Tahukah kalian kenapa tulisan ini aku beri judul "Mensyukuri Sakit"?

Itu karena :
1. Untuk kesekian kalinya, suamiku menunjukkan bukti cintanya yang tak pernah berubah sejak awal kami menikah hingga saat ini padaku. Cintanya dibuktikan dengan cara sabar dan telaten merawatku selama aku sakit hingga aku mulai sembuh. Semua pekerjaan rumah langsung dia ambil alih, bahkan ketika aku ingin membantu pun dia tak mengizinkan. Dengan lembut, dia menyarankanku untuk beristirahat. Aku merasa sangat beruntung karena setelah enam tahun menikah, dan he's still the same. Tak pernah aku mengalami pengalaman orang lain yang berkata bahwa perlakuan suami akan berbeda pada saat awal menikah dan setelah sekian lama menikah. Alhamdulillah.

2. Yesha yang tidak mau kalah dari bapaknya pun ikut-ikutan menunjukkan bukti cintanya pada ibunya, dengan cara mendoakan ibunya selepas melaksanakan sholat fardhu. Tanpa sengaja aku mendengar sepatah doa keluar dari mulut kecilnya, "Ya Allah, sembuhkanlah mata ibu, Ya Allah. Aamiin." Ibu mana yang hatinya tidak terharu dengan pemandangan tersebut.

3. Dengan istirahat total di rumah selama lima hari, aku memiliki waktu lebih banyak untuk bercengkerama dengan Yesha (yang biasanya dipotong karena jam kerja kantor).

4. Sakit menggugurkan dosa. Baca selengkapnya di http://www.kompasiana.com/muchroji/sakit-menggugurkan-dosa_552b0c1af17e617865d623d6

Jadi, tak salah kan judul tulisanku itu?

Duhai Sahabatku, Allah menunjukkan cintaNya pada hambaNya dengan berbagai macam cara. Berbaik sangkalah pada Rabbmu. Semoga Allah selalu melindungimu.

Wednesday, August 12, 2015

Pinjam Menang Kuis Ramadhan #4 Big Tv

Setelah menang Kuis Ramadhan #2, makin semangat lagi ikutan Kuis Ramadhan dari Big Tv. Walaupun semangat sempat kendor karena tidak menang Kuis Ramadhan #3, tapi semangat tetap dipompa lagi untuk ikutan Kuis Ramadhan #4.

Tiap ikutan Kuis Ramadhan Big Tv selalu pengen cepat selesai jawab pertanyaan. Akhirnya ada pertanyaan yang salah jawab dan aku sadari di detik akhir batas waktu Kuis.

Awalnya pertanyaan aku isi sebagai berikut :
1. Ceritakan tradisi lebaran keluarga kamu di sini (min. 100 kata)
Jawab : Tradisi Lebaran keluarga kami dimulai sejak pagi hari, dengan cara sarapan bersama sebelum akhirnya berangkat bersama-sama menuju lapangan atau Masjid tempat dilaksanakannya sholat ied berjamaah dengan keluarga lainnya dalam satu wilayah. Sarapan ala kadarnya demi menjalankan sunah sebelum melaksanakan sholat pada hari raya. Lalu, kami pun berangkat menuju tempat sholat dengan berjalan kaki sambil bertakbir dalam hati. Tak lupa kami membawa koran atau tikar sebagai alas sholat agar sajadah tempat bersujud tidak kotor. Setelah sholat selesai, kami biasa bersalaman saling memaafkan dengan orang-orang yang sholat di dekat kami sambil menuju jalan pulang. Di rumah, kami melanjutkan sarapan bersama hingga kenyang. Selanjutnya, dimulailah ritual salam-salaman dengan sesama anggota keluarga. Kami pun berbaris dengan urutan yang tertua baris paling depan, hingga yang termuda di baris paling belakang. Lalu acara saling memaafkan pun dimulai. Acara ini tak jarang diiringi dengan isak tangis karena haru masih dapat berkumpul bersama pada hari kemenangan. Setelah acara salam-salaman selesai, kami pun bersiap untuk mengunjungi tetangga dekat dan mulai berkunjung ke rumah teman-teman. Jadi, seperti itulah tradisi Lebaran keluarga kami. 


2. Sebutkan tanggal dan jam Transformers : Age of Extinction premiere di HBO!
Jawab : Tanggal 03 Juli 2015 Jam 8 malam (20.00) untuk Jakarta & Thailand


Aku pun sempat ragu akan jawaban nomor dua. Aku searching google dan mencoba mengisi jawaban di atas.

Hari demi hari berlalu, aku pun tinggal menunggu pengumuman. Big Tv pun semakin mengingatkan para peserta yang belum ikutan Kuis Ramadhan #4 melalui tweet-tweetnya. Satu hari sebelum Kuis ditutup, Big Tv meng-upload foto yang mencantumkan jawaban nomor dua. Sontak aku kaget karena jawabanku jelas tidak benar. Sempat kecewa, lalu terpikir untuk pinjam ID teman kantor. Akhirnya bergegas, disetujui, ikutan kuis lagi pake ID teman (hehe).

Jawaban nomor satuku tetap sama. Untung sempat copy jawaban buat jaga-jaga, jadi gak lama harus ngetik ulang. Jawaban nomor dua aku perbaiki tanggalnya menjadi 17 Juli 2015 dan pasti benar.

Hari pengumuman pemenang tiba. Dan nama temanku terpampang di tweet Big Tv. Alhamdulillah. Menang kuis lagi. Yeay.




Setelah bingkisan dibongkar, jenis hadiah kurang lebih sama hanya ada beberapa yang berbeda. Dan sesuai kesepakatan, hadiah yang berbeda untukku dan yang sudah aku miliki aku berikan pada temanku.