Total Pageviews

Monday, August 11, 2014

memahami cinta


Untuk kesekian kali aku merasa dikalahkan oleh anak yang merasa dirinya kecil ini. 

Ketika aku seusianya, pikirku tak sejauh pikirnya. 

Menanggapi tulisannya, aku pun terkenang akan fenomena cinta yang ada saat ini terutama cinta yang ada di kalangan remaja.

Cinta remaja yang begitu menggebu, cinta yang tak tertahankan, cinta yang begitu menggelora, dan cinta yang sangat atau pun ter-...

Semua cinta yang begitu dilampiaskan, cinta yang berlandaskan nafsu, apa-apa dikit update status lagi sedih, lagi patah hati, sakit hati ataupun sedang berbunga-bunga.

Social media pun jadi sasaran para remaja untuk mengungkapkan perasaan mereka. Buku diari yang tak terpublikasi pun bukan jamannya lagi.

Akan lebih baik jika semua orang tahu kondisi terupdate dari diri masing-masing.

*
Cinta sejati adalah cinta yang memahami.

Kalo kata bang tere, cinta sejati akan datang pada saat yang tepat. Sebelum saatnya datang, mari menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik.

Untuk itu, saudara dan saudariku daku mengajak kalian untuk meng-upgrade kemampuan diri sebelum bertemu cinta sejati. Sibukkan diri dengan hal-hal yang berarti. Sehingga kau akan menikmati hasilnya nanti.

Cinta sejati tidak akan datang karena sangat dinanti. Tapi sibukkan diri dengan hal berarti maka cinta sejati akan datang tanpa kau sadari.

Cinta sejati akan takut jika sangat kau nanti. Bebaskan dia maka dia akan menemukan jalan kembali.

Pun jika dia tak kunjung kembali, kau kan dapat pengganti yang lebih baik lagi.

Friday, August 8, 2014

Kesempatan Langka berada di wilayah Indonesia Bagian Tengah

Hampir dua puluh empat tahun umurku, baru sekali aku berhasil menginjakkan kaki di daerah luar wilayah Indonesia Bagian Barat.

Pada akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008, aku berkesempatan melangkahkan kaki memasuki wilayah Indonesia Bagian Tengah.

Dalam rangka libur semester sekolah dan memasuki tahun baru masehi, sekolahku mengadakan study tour ke Pulau Bali.

Kami berada di Pulau Dewata selama tiga hari lamanya. Dengan menyeberangi Selat Bali naik ferry dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk selama kurang lebih setengah jam, akhirnya kami tiba di Pulau yang mendunia karena keindahan pantainya. Hari pertama di Bali langsung disambut dengan pemandangan nan indah khas Tanah Lot.


Kami pun menghabiskan waktu seharian di kawasan objek wisata satu ini. Selain berfoto ria, tak lupa kami mengelili setiap sudut pasar yang ada di sepanjang jalan menuju kawasan ini.

Hari berikutnya kami isi dengan bermain sepuasnya di Tanjung Benoa. Menikmati hamparan pasir pantai nun indah dan bersih sejauh mata memandang, lalu membasahi diri dengan bermain banana boat. Tak lupa juga kami berkendara menaiki perahu menuju Pulau Penyu. Dari mulai melihat penyunya sendiri, berfoto dengan burung dan bergaya bersama ular yang melilit tubuh.

Ketika hari menjelang sore, kami disuguhkan pemandangan sunset yang hangat khas Pantai Kuta.


Dan malam hari berjalan kaki dari hotel ke Pantai Sanur. Pengalaman yang tak terlupakan bersama teman-teman seperjuangan.

Kami juga dapat menikmati pertunjukan seni Barong khas Bali dan berkunjung ke daerah pengrajin perak.

Satu saran penting jika kita berkunjung ke daerah yang berselisih waktu dengan domisili kita, setting jam kalian (baik hp atau sekedar jam tangan) dengan waktu tempat kalian berada. Karena kalian akan sangat memerlukannya (baik untuk waktu sholat dsb).

Masih banyak daerah di wilayah Indonesia Bagian Tengah yang belum saya kunjungi, terlebih lagi belum satu pun daerah di wilayah Indonesia Bagian Timur yang sempat saya datangi, maka makin panjang saja daftar kota yang harus saya kunjungi di Indonesia ini.

Untuk Indonesia saja saya masih kewalahan menjelajahinya. Apalagi luar negeri, belum pernah satu kali pun saya menggunakan paspor. Semoga bulan September 2014 menjadi langkah pertama saya melihat belahan dunia lain dari BumiNya ini. Aamiin.

A heart journey is not only reachable by climbing the mountain but also by traveling.

Go and see the outside world,, go traveling and you'll get the sense of life.

Wina.2014

Alhamdulillah My Footprints are almost in all Java Island except one

Selesai baca tulisan di blog Sarah Putri Utami yang berjudul "When The BIG Dream Come True", jadi semangat buat nulis lagi.

Kalo kemarin saya sudah cerita travelling di Pulau Sumatera. Kali ini saya akan melanjutkan cerita jalan-jalan saya di Pulau Jawa.

*
Oke, nyebrang selat Sunda sampe di pinggiran Pulau Jawa. Pertama, berbagi pengalaman selama di DKI Jakarta. Pertama kali saya datang ke ibu kota negara pada awal tahun 2008 (pada saat study tour kelas 3 SMAN 13 Palembang). Hingga saat ini belum banyak tempat yang saya kunjungi di salah satu wilayah khusus yang ada di Pulau Jawa ini. Karena sampai sekarang kebiasaan hanya singgah di bandaranya atau numpang transit saja. Pada saat study tour, saya hanya dapat mengunjungi dua tempat di kota orang Betawi ini. Yang pertama adalah Pusat Perbelanjaan Mangga Dua. Tak banyak yang dapat saya lakukan di Pusat Perbelanjaan tersebut karena pada dasarnya saya bukan seorang shopaholic.

Setelah puas berbelanja, rute study tour saya menuju ke Dunia Fantasi Ancol. Di arena bermain itu saya mencoba macam-macam permainan yang tersedia di sana. Namun ada beberapa permainan yang tidak sempat saya coba karena sedang diperbaiki, terlalu ramai pengunjung dan waktu yang sangat terbatas. Namun setidaknya saya sudah pernah menginjakkan kaki saya di ibu kota negara Republik Indonesia yang tercinta ini.

*
Kali pertama ke Bandung juga pada saat study tour pada tahun yang sama dengan kali pertama ke Jakarta. Kala itu saya berkesempatan ke daerah Cibaduyut dan Cihampelas Walk atau yang biasa disingkat Ci-Walk. Tak banyak juga yang dapat saya lakukan di kedua tempat tersebut. Hanya berjalan menikmati daerah sekitar dan memperhatikan keramaian yang ada di tempat itu.

Alhamdulillah tahun 2013 saya bisa kembali ke provinsi Jawa Barat tersebut. Jika tahun 2008 saya ditemani oleh teman-teman seangkatan. Kali ini saya kembali bersama suami dan putri saya. Kami sengaja merencanakan ke daerah sejuk itu dalam rangka menghadiri resepsi pernikahan teman sekantor di Jambi (Aneu Rahmah Rahayu, Garut). Menggunakan maskapai Indonesia Air, kami terbang dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang langsung ke Bandara Husein Sastranegara di Bandung.

Waktu itu kami mengambil jadwal penerbangan langsung pada sore hari. Dan kami pun berhasil keluar dari Bandara pada saat maghrib. Kami pun langsung ke hotel untuk beristirahat.

Keesokan harinya kami berangkat menuju kota Garut. Perjalanan panjang yang tak terlupakan pun kami alami. Waktu tempuh perjalanan pun menjadi di atas normal dikarenakan banjir merendam daerah sekitar Jawa Barat dan kemacetan yang terjadi akibat libur akhir pekan. Kami pun tiba di kota yang terkenal dengan dodolnya itu lepas tengah hari. Ramah tamah pun dilakukan hingga menjelang ashar. Lalu kami pun pamit.

Kami tiba di Bandung pada saat bulan menampakkan wajahnya. Kami pun beristirahat.

Esoknya kami mengagendakan untuk jalan-jalan keliling kota Bandung. Kami menyempatkan untuk ke kebun stroberi, memetik beberapa buahnya dan berfoto ria. Kebetulan sekali kebun stroberi yang kami kunjungi terdapat lintasan kudanya. Jadilah Yesha dan bapaknya mencoba menunggang kuda dengan dipandu oleh sang ahli kuda. Sayang sungguh sayang saya tidak mendapat kesempatan untuk berkuda karena Yesha merasa tidak nyaman selama berkuda.

Berjalan sedikit dari kebun stroberi, ada daerah penghasil tahu. Tahunya sungguh lembut dan rasanya pun sangat nikmat. Kami pun membeli beberapa untuk dimakan selama perjalanan.

Selepas dari kebun stroberi kami melanjutkan perjalanan ke Kampoeng Gajah. Tak banyak yang dapat kami lakukan di sini karena tempatnya yang tidak sesuai dengan perkiraan kami. Terdapat banyak wahana permainan yang tidak dapat diikuti oleh Yesha yang pada saat itu masih berumur sekitar dua tahun. Jadilah kami kembali berfoto-foto ria dan membeli kaos keluarga produksi Gurita.


*
Berlanjut ke tengah Pulau Jawa, saat ini setiap tahun saya mengunjungi ibukota provinsi Jawa Tengah ini yaitu kota Semarang. Di sana terdapat banyak keluarga suami saya. Dan tujuan utama saya ke kota ini bukan untuk jalan-jalan tapi lebih ke arah silaturahim. Tapi setidaknya saya sudah melewati Simpang Lima yang merupakan daerah yang menjadi khas kota Semarang.

Untuk menuju ke ibukota provinsi Jateng ini, saya biasa melewati kabupaten Magelang. Di sini tinggal saudara suami. Saya juga tidak pernah lama di daerah sejuk ini, kami terbiasa singgah sebentar lalu langsung meluncur ke Semarang.


*
Masih di bagian tengah dari Pulau Jawa, yaitu satu lagi wilayah khusus tidak lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pertama kali ke kota Gudeg ini masih pada rute yang sama saat study tour kelas 3 SMA. Saya dan teman-teman datang ke sini untuk mengagumi salah satu keajaiban dunia yang ada di negara Indonesia yaitu Candi Borobudur.


Saya dengan semangat menggebu menapaki setiap sudut Candi ini. Saya dengan senang hati mendaki bangunan bersejarah ini.

Setelah puas menikmati pemandangan sekitar Candi, saya dan teman-teman juga diperkenalkan dengan jalan yang katanya adalah saksi sejarah perkembangan kota Yogyakarta yaitu Jalan Malioboro.


Saya pun sempat sedikit berwisata belanja di daerah jalan tersebut, tepatnya di Pasar Beringharjo.


Saat ini setiap tahun saya sempatkan ke daerah yang juga terkenal dengan Bakpianya ini. Baik untuk silaturahim maupun untuk sembari menikmati kota pelajar ini.


*
Tiba di ujung pulau Jawa, saya pernah menginjakkan kaki di provinsi Jawa Timur. Provinsi dengan ibukota Surabaya ini meninggalkan kesan tersendiri bagi saya. Untuk pertama kalinya saya berkeliling daerah tidak bersama suami. 

Pada saat itu suami sedang melaksanakan dinas di kota yang terkenal dengan ikon patung buaya dan hiu itu. Selagi suami sedang serius dengan tugas negaranya, saya dan Yesha bersenang-senang menikmati daerah sekitar kota lapis legit ini.


Saya diajak berkeliling kebun binatang berskala internasional yang terletak di Kota Batu, sebelah barat Kota Malang. Kebun binatang ini menampilkan berbagai jenis fauna dari mulai satwa yang sering saya lihat hingga yang baru saya lihat pada saat itu. Lingkungan kebun binatang yang sangat terorganisir pun membuat saya lupa waktu ketika berada di sana. Fasilitas yang sangat memadai pun membuat saya semakin hanyut dalam suasana terkagum-kagum. Subhanallah, tak henti-hentinya kata itu muncul ketika saya menyaksikan keindahan BumiNya.

Keesokan harinya saya lanjut melancong ke Pulau Madura sedangkan suami saya masih tetap fokus pada tugasnya. Untuk menyebrang Pulau yang terkenal dengan bebek Sinjay-nya ini saya melewati sebuah hasil karya intelektual manusia atas izin Allah swt yaitu Jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dan Pulau Madura.


*
Sekarang, cek lagi provinsi di Pulau Jawa :
1. Banten
2. DKI Jakarta
3. Jawa Barat
4. Jawa Tengah
5. DI Yogyakarta
6. Jawa Timur

Okay, just one more to go for Java Island. But the other Island is still waiting for. In syaa Allah I'm going to visit another cities on another opportunities. Aamiin.

Thursday, August 7, 2014

Tulisan kedua dimuat di Buletin Happy Friday KITSBS edisi 5

Awalnya antara malu dan gak percaya diri untuk menulis di sini. Tapi seorang muda kembali menyemangatiku untuk merangkai kata lagi. Dimulai dengan kata pengantarnya, dia bertanya apakah aku suka menulis di blog? Ya, tentu saja jawabku. Kemudian langsung masuk ke inti dia bilang ayo coba tulis kejadian hari ini buat buletin kantor kita. Sontak aku kaget, aku yang biasanya hanya menulis hal-hal sepele tiba-tiba ditawari menulis secara formal menjadi agak ragu. "Ya, nanti aku coba", kataku. "Jangan dicoba", katanya. "Langsung ditulis aja, Mbak." Waduh, ini pukulan keras bagiku. "Oke deh", kataku sambil memantapkan hati. Mumpung bos gak ada, jadi waktu nulis agak luang. "Nanti aku coba", kembali aku berkata. "Bener ya Mbak, aku tunggu email tulisannya." Oke. Setengah hari aku habiskan untuk merajut kata demi kata. Dan sebelum bel istirahat memanggil, tugas ku kumpulkan. Alhamdulillah jadilah tulisan seperti di bawah ini. Tulisan di bawah ini secara tidak langsung hadir karena kesempatan dari seorang wanita berbadan mungil bernama Neyni Samosir.



KITSBS, Jum’at 13 Juni 2014, seperti biasa Jum’at pagi dimulai dengan senam aerobik yang menyehatkan. Peserta senam pun tergolong banyak untuk Jum’at kali ini karena kemarin ada pengumuman tentang Quiz Ranking 1 dengan hadiah yang wah. Ya... setelah vacum beberapa minggu karena banyak kegiatan, minggu ini HAPPY FRIDAY hadir kembali dengan mengusung tema Internalisasi strategi perusahaan.

Setelah senam, dilanjutkan dengan acara ramah tamah dari Hotel Amaris yang letaknya bersebrangan dengan PLN KITSBS. Sambil menikmati sarapan lontong khas Pak Fauzi dan bubur kacang ijo khas Hotel Amaris, para pegawai PLN KITSBS khitmad mendengarkan presentasi dari perwakilan Hotel tersebut. Usut punya usut ternyata ada beberapa pegawai PLN KITSBS yang sangat menantikan opening Hotel ini, namun setelah mendengar paparan dari salah satu Staf Hotel yang mengatakan bahwa hotel tidak memiliki kolam renang maka semangat pegawai pun melempem. Hotel Amaris memberikan corporate rate khusus kepada PLN KITSBS sebesar Rp 409.000,- per malam per kamar.

Selesai acara ramah tamah, semuanya menuju ke Auditorium untuk berpartisipasi dalam Quiz Ranking 1. Dipandu oleh Mbak Ella, Aa Dani dan Mas Ibnu, Quiz ini memiliki dua kategori pertanyaan yaitu Benar Salah dan Pilihan Ganda (A,B,C,D). Dan dikarenakan hadiahnya banyak, maka Quiz ini dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama dimenangkan oleh Bapak Abdan Syakuro dan berhak mendapatkan hadiah menginap gratis di Hotel Amaris. Sesi kedua diraih oleh Ibu Silvina Andriani dengan hadiah handphone Samsung. Dan sesi ketiga menjadi keberuntungan untuk anak PKL yang bermarga Sitohang dan memperoleh sebuah handphone Nokia. Bagi yang telah berpartisipasi dalam Quiz ini juga mendapatkan beberapa souvenir, minuman (susu kotak dan jus buah) dan tentunya banyak kegembiraan. So, everybody is happy because it’s happy Friday.

Saya baru sejauh ini di Sumatera, 4 cities left

Kalo diflashback ternyata sudah lumayan banyak daerah di Indonesia yang saya kunjungi.

Mari kita mulai dengan yang paling dekat sama Sabang yaitu Pulau Sumatera.

Meskipun saya belum pernah ke kota dengan km 0, paling tidak saya sudah pernah berada di daerah sekitaran Padang.

Ketika itu saya masih jadi anak OJT (On Job Training) di PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Jambi, saya dan dua teman saya diminta dinas ke daerah Sawahlunto tempat PLTU Ombilin milik Sektor Pembangkitan Ombilin berada.

Daerah Sawahlunto adalah sebuah daerah yang masih terjaga keasriannya. Daerah ini dikelilingi oleh bukit-bukit. Untuk mencapai daerah ini saya harus menaiki bukit dan kembali meluncur menuruni bukit. Pemandangannya jangan ditanya. Kata subhanallah tidak akan pernah terlewat jika melihat BumiNya yang begitu indah nan sejuk ini.

Berikut sedikit penampakannya.


Setelah puas dinas di Ombilin, saya dan teman-teman memutuskan untuk berkunjung sebentar ke daerah Bukittinggi. Karena keterbatasan waktu, saya hanya sempat mampir ke daerah di sekitar jam gadang saja (icon kota Bukittinggi). Lumayan menikmati sedikit bagian dari Bukittinggi. Makan di KFC di dekat jam gadang, foto di jam gadang dan berbelanja cinderamata di pasar dekat jam gadang.


Pemandangan Ombilin-Bukittinggi juga tidak kalah hebatnya dengan Sawahlunto. Jalan berkelok yang tajam dan berbahaya justru menjadi daya tarik tersendiri. Subhanallah. 

Saya juga sempat mampir sebentar ke Danau Singkarak karena kebetulan Danau ini berada di pinggir jalan.


Lanjut ke arah selatan Pulau Sumatera, saya sempat berdomisili di provinsi Jambi selama lebih dari tiga tahun. Di kota yang terkenal dengan icon angso duo ini juga mempunyai beberapa tempat yang bisa dianggap sebagai objek wisata. Salah satu di antaranya adalah Masjid Seribu Tiang.


Lalu ada juga pasar tradisional yang namanya sesuai dengan icon Kota Jambi yaitu Pasar Angso Duo.


Ada juga Family Park Kampoeng Radja yang terletak di luar kota Jambi. Di sini terdapat area outbond, waterpark, dan banyak permainan lain.


Dan masih banyak daerah lain yang menarik namun belum sempat saya kunjungi karena padatnya aktivitas. hehe

Setelah merantau tiga tahun lebih di Jambi, akhirnya saya dipulangkan ke provinsi yang membesarkan saya yaitu Sumatera Selatan. Provinsi yang beribu kota Palembang ini dikenal dengan makanan khas pempek.


Di Palembang banyak sekali jenis pempek, antara lain pempek kulit (terbuat dari kulit ikan), pempek adaan (berbentuk bundar), pempek telor kecil, pempek pistel/pastel (dengan isi pepaya), pempek kerupuk (bentuknya seperti kerupuk), pempek panggang (karena pempeknya dipanggang), pempek lenjer kecil dan besar (bentuknya lonjong), dan pempek kapal selam (pempek telor besar). Cara memakan pempek tidak lain adalah dengan kuah cuka.

Selain pempek, ada juga makanan lain yang dibuat dari bahan yang sama dengan pempek yaitu model dan tekwan. Keduanya dibuat dari daging ikan.

Model awalnya berbentuk bulat dengan isi tahu di dalamnya, setelah dipotong-potong model diberi kuah bening.

Satunya lagi tekwan. Tekwan diberi kuah yang sama dengan model, hanya saja tekwan tidak mempunyai isi. Jadi bentuknya murni seperti pada gambar di atas.

Palembang tidak memiliki banyak objek wisata di kotanya. Selain wisata kuliner, keluarga hanya dapat menikmati pemandangan hutan di tengah kota di Taman Wisata Alam Punti Kayu. 
Di dalam TWA Punti Kayu terdapat beberapa jenis hewan yang hidup dan ada beberapa permainan seperti perahu bebek. Selain itu kita dapat menikmati pemandangan hutan yang cukup luas.

Untuk di luar kota Palembang, saya sempat berkunjung ke Danau Ranau. Kebetulan pada saat itu ada teman yang berasal dari daerah sana yang akan menempuh hidup baru. Jadilah saya dan beberapa teman PLN melancong ke daerah sana.

 
Di sana kami sempat menikmati pemandangan danau yang menenangkan dan menaiki perahu menuju pemandian air panas yang terdapat di seberang danau. Pengalaman singkat yang sangat berkesan.




Bergeser sedikit dari Palembang, hampir setiap tahun (sebelum menikah) saya ke Pulau Bangka, khususnya kota Sungailiat. Saya biasa ke daerah ini bertepatan dengan hari kemenangan umat Muslim yaitu hari Lebaran.

Di Sungailiat terdapat banyak Pantai yang dapat dikunjungi. Yang paling terkenal saat ini adalah Pantai Parai Tenggiri.


Jika kita meneruskan perjalanan melewati Pantai Parai, maka kita akan menemukan Pantai Matras. Untuk masuk ke Pantai Parai, kita akan mengeluarkan kocek. Sebaliknya untuk masuk ke Pantai Matras kita hanya perlu membayar biaya parkir (jatah preman). Di Pantai Matras kita akan menjumpai batu-batu yang sangat besar dan tinggi, yang membuat pemandangan Pantai ini semakin menakjubkan.


Sebelum Pantai Parai, kita juga dapat singgah sebentar ke Pantai Batu Bedaun.


Jika kita berkunjung ke arah berlawanan dari ketiga pantai di atas, maka kita dapat mengunjungi beberapa pantai lainnya yang terdapat di sekitaran kota Sungailiat.






Selain objek wisata pantai, kita juga mudah mencari oleh-oleh makanan khas dari kota Sungailiat. Beberapa makanan rekomendasi dari saya yaitu Siput Gong-gong. Makanan satu ini terbuat dari siput dengan rasa asin. Hati-hati bagi penderita kolesterol dan sejenisnya karena makanan ini mengandung kolesterol tinggi. Harga yang diperlukan untuk mendapatkan makanan ini juga tergolong mahal. Satu kilogram makanan ini bisa mencapai nilai setengah juta rupiah. 


Selain siput gong-gong, anda juga wajib mencoba makanan yang dinamakan telor cumi. Jika diteliti makanan ini mirip seperti makanan yang disebut tusuk gigi di Palembang.


Selanjutnya anda juga bisa mencoba makanan yang lazim disebut 'getas' di wilayah ini, dan biasanya dipanggil dengan nama lain 'kretek'. Makanan ini tersedia dengan dua bentuk, yaitu lonjong dan bundar.



Di kota Sungailiat juga tersedia macam-macam kerupuk ikan dan berbagai jenis kemplang termasuk kemplang panggang.

Rasa semua makanan ini jangan ditanya. Terasa sekali ikannya. Semuanya berasal dari laut yang mengelilingi Pulau Bangka.

Oh ya, ada dua makanan khas yang sangat terkenal di Pulau ini adalah Rusip dan Terasi. Rusip adalah semacam saus yang terbuat dari ikan yang dihancurkan dan dicampur dengan bawang dan beberapa bumbu dapur. Namun keluargaku lebih suka untuk membuat Rusip sendiri dibandingkan membelinya di pasaran karena katanya yang di pasaran sangat asin, kurang pas dengan lidah anggota keluarga.

Satu lagi yaitu terasi atau yang biasa disebut 'calok'. Di Sungailiat anda akan menjumpai beberapa macam terasi, dari mulai terasi ikan sampai terasi udang.

Dan akhirnya tiba di penghujung Pulau Sumatera, saya pernah beberapa hari menginap di Provinsi Lampung. Alasannya masih karena tugas negara juga. Tapi sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil menyelam minum air, sembari dinas sekalian jalan-jalan. hehe

Ketika itu saya dinas ke Sektor Pembangkitan Tarahan. Sektor ini mempunyai mesin pembangkit yang dinamakan PLTU Tarahan.


Jika kita sampai di lantai kantor tertinggi dan melihat ke arah jalan raya, maka akan tampak di belakang jalan raya itu laut yang membentang. Pemandangannya jangan ditanya ya? So pasti jawaban saya "Subhanallah". 

Selesai dinas saya juga menyempatkan berwisata alam ke Pantai Pasir Putih yang letaknya tidak jauh dari Kantor Sektor tadi. Teman-teman Sektor juga dengan senang hati mengantarkan ke tempat indah tersebut.

Untuk makanan khas yang dapat dijadikan oleh-oleh, saat ini Lampung sangat terkenal dengan Bakso Sony-nya. Rasa daging sapi pada baksonya begitu terasa, kuah baksonya juga sangat menyegarkan. Kalo kata pak Bondan itu, Top Markotop. Kalo kata saya itu, Enak Tenan.

Yah, sebegitu dulu cerita saya jalan-jalan keliling Sumatera selama beberapa tahun sampai sekarang.

Provinsi di Sumatera :
1. Daerah Istimewa Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat, diwakili Ombilin dan Bukittinggi
4. Riau & Kepri
5. Jambi
6. Bengkulu
7. Sumatera Selatan, diwakili Palembang
8. Babel, diwakili Sungailiat
9. Bandar Lampung, diwakili Tarahan

Masih ada beberapa daftar kota di Sumatera yang harus saya kunjungi nih, tepatnya empat kota lagi.

Semoga Allah memberikan rezeki dan kesempatannya.. Aamiin

Tuesday, August 5, 2014

Silaturrahim = kumpul keluarga

Alhamdulillah untuk kesekian kalinya Allah menunjukkan kemurahanNya. Kami yang awalnya pasrah akan berlebaran di Palembang, akhirnya dapet tiket pulang ke Jogja pas minggu terakhir ngantor. Selasa 22 Juli 2014 kami dapet tiket pulang bertiga dengan harga lumayan terjangkau dengan maskapai Citilink. Setelah dua tahun tidak pulang ke Jogja saat lebaran, tentu saja momen kali ini sangat dinantikan.

Walaupun pesawat sempat delay 1 jam keberangkatan dari Palembang tapi rasanya tidak sebanding dengan kesempatan untuk pulang ke kampung suami. Selama perjalanan juga sangat menyenangkan. Aku akhirnya bisa mencoba fasilitas dan pelayanan maskapai yang merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia ini. Selain bisa nyicip layanan pesawat hijau untuk pertama kalinya, aku juga dapet kesempatan untuk mengunjungi Bandara Halim Perdana Kusuma. Maklum biasanya cuma tahu sama Bandara yang di Cengkareng. Alhamdulillah dapet rezeki plus plus.

Pukul 9 malam kami sampai di Kota Gudeg. Di pesawat hanya bisa berbuka sekedarnya, jadi kami memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah saudara di sawitsari. Alhamdulillah lagi-lagi aku masih diberi kesempatan untuk menikmati ayam & paru goreng khas Rumah Makan Tojoyo 3. Setelah setahun menantikan kesempatan itu datang lagi, akhirnya kesampaian juga. Syukur lagi deh sama Allah swt.

Setelah puas menikmati makan malam yang super nikmat, lezat dan murah, kami menuju perumahan sawitsari. Tak terasa sudah pukul 11, tak banyak yang dapat kami perbincangkan dengan keluarga karena malam yang sudah larut dan kami perlu istirahat agar siap sahur esok hari.

Tanggal 24 Juli 2014 Pukul 9 pagi kami kembali ke Bandara Adisucipto untuk menjemput Mbak Yaya dari Jepang. Awalnya Yesha merasa asing dengan Mbak Yaya. Namun Yaya dengan cepat menarik perhatian Yesha dengan menawarkan mainan gantungan, oleh-olehnya dari Jepang. Mainan itu berbentuk wanita jepang yang memakai kimono lengkap dengan riasan ala Jepang. Mainan itu dinamakan Maiko. Atau bisa dipanggil Maiko chan. Dari Yaya-lah aku tahu jika 'chan' dalam bahasa Jepang itu dilafalkan 'chang'. Selama ini aku mengira jika 'chan' dibaca sesuai tulisannya.

Dari Bandara kami menuju ke Pusat Rehabilitasi penangananan 'orang luar biasa', mulai dari orang gila, korban narkoba, dll. Di sinilah entah untuk keberapa kalinya aku dikenalkan dengan orang-orang yang istimewa, yang sanggup menyadarkan para korban tadi. Berbagai motivasi yang mereka pertahankan untuk terus menjalankan Pusat Rehabilitasi itu. Kisah yang paling menarik yang diceritakan salah satu 'trainer' adalah kisah tentang seseorang yang selama 4 tahun dia ajari dan tidak pernah nyambung jika diajak bicara, namun pada saat mendekati ajalnya orang tersebut akhirnya 'ngeh' dengan si 'trainer'. Subhanallah. Sungguh kejadian yang pantas disyukuri.

Selepas dari Pusat Rehabilitasi, kami singgah untuk sholat dzuhur di Masjid UGM. Lagi-lagi Jogja mengejutkanku dengan bangunannya. Belum pernah aku mendatangi Masjid yang megah dan berada di lingkungan sebuah universitas. Subhanallah. Rasa-rasanya setiap sudut kota Jogja bisa dijadikan objek wisata. Sayang kami tak punya banyak waktu untuk lebih menikmati suasana di sekitar Masjid.

Kami harus melanjutkan perjalanan ke daerah Bantul. Kali ini kami mengunjungi sebuah kantor milik yayasan Hoshizora. Hoshizora bergerak dalam bidang sosial. Ide membuka kantor ini merupakan ide dari salah seorang anak bangsa yang pernah menuntut ilmu di negeri Sakura. Ide ini muncul ketika dia merasa uang 1000 yen di Jepang bisa dipakai untuk makan, namun 1jt di Indonesia sudah bisa digunakan untuk menyekolahkan anak. Maka berdirilah Hoshizora.

Aturan mainnya kurang lebih begini, ada seorang donatur yang memberikan uang sebesar 1000 yen per bulan disebut Kakak Bintang, dan ada pula si penerima dana ini disebut Adik Bintang. Kakak Bintang dan Adik Bintang bisa saling mengenal dan berkomunikasi melalui surat.

Yayalah yang mengajak kami ke Hoshizora. Terkadang aku malu pada diriku sendiri. Seorang Yaya yang umurnya lebih muda dari 3 tahun dariku, memberikan pengetahuan yang luar biasa kepadaku hari itu.



Hari-hari begitu cepat berlalu, tak terasa hari kemenangan pun menghampiri. 28 Juli 2014, Rutinitas pagi itu diawali dengan sholat subuh dan persiapan untuk menunaikan kewajiban sholat ied. Untuk pertama kalinya aku melaksanakan sholat ied di Jogja. Sebuah pengalaman yang lagi-lagi sangat berharga dan patut untuk dikenang. Sholat ied di Jogja lebih simple dibandingkan pengalamanku di Sumatera. Tidak bertele-tele. Sholat ied di Jogja dimulai pukul 6.30, biasanya di Sumatera sholat ied baru akan dilaksanakan pukul 7.30. Sholat ied di Jogja ditutup dengan ceramah yang singkat, padat dan jelas serta berbobot tentunya. Sedangkan di Sumatera biasanya diawali dengan laporan keuangan, laporan zakat, dll. Di sinilah bagian yang paling menyenangkan dari mendatangi tempat lain. Kita dapat mempelajari budaya daerah yang kita datangi. Kita dapat membuka wawasan dan tidak hanya menjadi katak dalam tempurung.

Selepas sholat ied, kami kembali ke rumah. Sarapan pagi, acara sungkeman dan foto-foto tentunya untuk mengenang momen yang sangat berharga ini.

Lewat tengah hari setelah sholat dzuhur, aku, suami dan Yesha bersiap menjelajah daerah Semarang. Kami semangat untuk silaturahim dengan keluarga di sana. Daerah yang pertama kami kunjungi adalah Medoho, tempat tinggal Mbak Yuli dan Mas Aris. Selanjutnya kami ke Tlogosari, tempat Mbak Neni, Mas Antung dan anak2nya. Perjalanan hari itu kami tutup di Banyumanik (om Kus, bulik Yati, dkk).

Hari kedua lebaran kami mengunjungi rumah bulik Bang dan pakde To. Selama perjalanan kami melewati jalan tol yang ada di Semarang. Subhanallah jalan tol aja sangat indah. Jalan tol di Semarang melewati bukit-bukit yang sangat menakjubkan pemandangannya, baik di siang hari maupun di malam hari.

Hari ketiga kami berkeliling daerah Ambarawa. Sebuah daerah yang sangat sejuk terletak di bukit dan airnya menyegarkan. Ada sebuah rumah keluarga yang terletak di pinggir jalan dan pinggir tebing, di belakang rumahnya terdapat hutan yang ada sungai mengalirnya. Subhanallah, sungguh indah pemadangannya.

Hari keempat, hari terakhir di Semarang. Pagi-pagi aku lihat ada pesan di facebook dari Sarah. Obrolan pun tumpah. Sarah memberikan saran untuk mencoba Kue Mocci khas Semarang. Setelah tanya suami dan keluarga, akhirnya Kue Mocci didapatkan. Rasanya itu loh, hmm yummy slurp, enak banget, lembut (klo kata Yesha).

Oh ya, selama di Semarang Yesha juga bersenang-senang loh. Yang paling berkesan sama Yesha sepertinya main bersama ayam Pakde Aris. Dari mulai kasih makan ayam, main kejar-kejar sampe dipegang-pegang. Subhanallah.




Selepas dari Semarang kami melanjutkan perjalanan ke daerah Gresik. Sebelum keluar dari Semarang, kami sempatkan mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah yang kebetulan tidak jauh dari rumah keluarga di Medoho. Subhanallah. Rumah Allah yang satu ini membuat kangen akan Tanah Suci, karena ada payung di depan area Masjid Agung Jateng ini yang mirip dengan yang ada di Masjid Nabawi Madinah.




Perjalanan ke Gresik kami tempuh bersama Mas Yono dan Mbak Ratna serta anak-anaknya. Pemandangan di daerah Jawa sangat luar biasa. Di Sumatera biasanya perjalanan jauh via darat akan terasa amat melelahkan. Berbanding terbalik dengan daerah Jawa. Perjalanan jauh terasa amat menyenangkan. Banyak pemandangan yang dapat disuguhkan. Dari Semarang yang berbukit-bukit, kali ini kami melewati daerah ladang garam dan sepintas melewati PLTU Rembang. Yup, lagi-lagi nambah pengetahuan.



Selama perjalanan ke Gresik kami singgah ke beberapa rumah keluarga di Lasem dan Pamotan. Kami tiba di Gresik hampir tengah malam. Tak banyak basa basi, kami pun lantas beristirahat.

Hari berikutnya kami diajak ke rumah Om Joko, teman Mas Yono dari 3C (Captiva Chevy Club) di Surabaya. Untuk menempuh perjalanan dari Gresik - Surabaya kami memilih lewat tol. Dan akhirnya kami janjian ketemuan di dekat Masjid Agung Jawa Timur. Yes, foto-foto lagi. I left my footprints there.




Ternyata Om Joko ini baru pindah rumah. Kami pun diajak ke rumah barunya itu. Rumahnya ternyata adalah komplek PLN daerah itu. Hoho, gak jauh-jauh dari PLN rupanya. Ke mana-mana ketemu PLN. PLN ada di mana-mana. Hihi.

Sambutan Om Joko sangat luar biasa. Saat tiba di rumahnya, kami langsung disuguhi minuman sirup campur lengkeng, kolang kaling, nata de coco dan cincau yang menyegarkan. Selanjutnya kami ditawari makan besar yang mewah, ada kuwe bakar, gurame goreng, sop kacang merah, sayur toge, sayur kangkung dan sambal yang rasanya top markotop (jadi pengen lagi). Kami juga dipersilakan untuk menunaikan kewajiban sholat sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja. Sebelum pulang, kami diberikan oleh-oleh Perabot rumah. Katanya itu kebiasaan daerah sana, jika ada yang pindah rumah dan ada yang bertamu maka tuan rumah wajib memberikan Perabot rumah untuk yang berkunjung. Alhamdulillah dapet hadiah dan subhanallah dapat ilmu baru.

Sebelum pamit kami pun sempat berfoto untuk mengenang masa-masa indah. Om Joko sekeluarga pun dengan senang hati mengantar kami hingga gerbang tol Gresik. Candaan dan obrolan mengiringi perjalanan kami, dan tak lupa ucapan terima kasih dari kedua belah pihak. Kami berterima kasih atas sambutan Om Joko dan sebaliknya dia berterima kasih karena telah dikunjungi.

Selepas tol Gresik, kami pun melanjutkan perjalanan sendiri. Dikarenakan jalan yang ditempuh untuk ke Jogja sangat jauh, kami memutuskan untuk beristirahat di daerah Kudus. Tengah malam telah lewat, kami memilih untuk menginap di hotel Salam Asri Kudus. Alhamdulillah masih tersedia 3 kamar, pas untuk kami semua. Kamarnya besar, nyaman dan harganya sangat terjangkau. Subhanallah, apa-apa di Jawa murmer (murah meriah). Alhamdulillah.

Pukul 9 pagi kami bersiap melanjutkan perjalanan kembali menuju Kota Jogja. Sebenarnya dari Surabaya-Jogja akan lebih dekat jika melewati Solo. Namun dikarenakan ada macet di rute tersebut, akhirnya kami kembali ke Jogja muter lagi melewati Semarang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku mengagung-agungkan namaNya. Sungguh BumiNya sangat indah dan tak patut kita menyombongkan diri dalam keadaan apapun karena Dialah Sang Maha di atas Maha, Dialah yang paling tinggi kedudukannya. Apalah artinya kita dibanding Dia. Bahkan setitik pun tidak.

Tengah hari kami memutuskan singgah sejenak di warung Kopi Klotok. Sebuah tempat makan dengan kesan sederhana, seperti rumah penduduk biasa yang terbuat dari kayu dengan posisi agak ke atas bukit. Apik tenan. Makanannya juga tidak kalah enak dengan penampilan rumahnya. Harganya pun sangat bersahabat. Fasilitas dan pemandangannya pun tidak kalah menarik. Pokok'e komplitos.

Setelah makan siang, kami sholat dan melanjutkan perjalanan lagi.

Kami tiba di Jogja waktu ashar daerah setempat.

Tanggal 3 Agustus 2014, kami kembali ke Palembang. Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin sampai di Jogja, sekarang sudah harus kembali ke dunia nyata.

Alhamdulillah disyukuri saja, masih ada kesempatan untuk bertemu keluarga dan belajar dunia luar.

Walaupun mudik tidak murah, namun hasil yang didapat juga tidak kalah berharga.