Total Pageviews

Thursday, June 25, 2015

Mentahnik Yesha


Mungkin sudah satu bulan membeli buku di atas. Namun, baru sempat memulai membaca awal Ramadhan ini. Dan sampailah aku pada sub bab "Mentahnik Bayi dengan Kurma dan Mendoakannya".

Ditulisan dalam buku itu "mentahnik adalah menguyah sesuatu lalu meletakkan dan mengusap-usapkan kunyahan itu di mulut bayi. Hal ini dilakukan agar bayi mau makan dan membuatnya kuat".

Dulu ketika Yesha baru lahir, kami hanya mempunyai persediaan madu. Alhasil, pertama kali Yesha ditahnik menggunakan madu. Bapak Yesha mencuci tangannya menggunakan sabun hingga bersih. Lalu melumuri madu ke jari telunjuknya. Dan dibalurkan pada sekitar langit-langit mulut Yesha kecil.

Setelah beberapa hari, barulah Yesha ditahnik menggunakan kurma. Bapak Yesha lah yang mentahnik Yesha kembali. Sebutir kurma dikunyah oleh Bapaknya, setelah dirasa bisa dimakan oleh Yesha mungil, barulah kurma kunyahan itu digosok-gosok di langit-langit mulut Yesha.





Sebagaimana pengetahuan kesehatan kami waktu itu, di mana katanya bayi yang berusia sampai dengan enam bulan hanya boleh mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI). Namun, kami yakin Rasulullah mempunyai alasan tersendiri hingga menganjurkan mentahnik bayi. Kami pun memutuskan untuk menjalankan ajaran itu. Dan setelah membaca buku di atas, kami sangat bersyukur telah melakukan anjuran mentahnik tadi pada bayi Yesha.

Kini, di saat banyak teman-teman yang mengeluhkan anak mereka sulit makan atau anak mereka hanya mau makanan tertentu, Alhamdulillah sampai dengan saat ini Yesha tak memiliki masalah makan yang berarti. Bahkan ketika Yesha sakit pun, Yesha masih semangat makan.

Yesha juga tergolong anak yang mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Alhamdulillah sampai saat ini Yesha tidak pernah sakit berat. Sakit yang dia pernah derita hanyalah batuk pilek biasa. Yesha tak pernah sakit hingga mengharuskannya dirawat inap. Semoga Yesha sehat seterusnya. Aamiin.

Sahabat muslimah sekalian, marilah mentahnik bayi kita, ikuti anjuran Rasulullah, semoga kelak anak kita selalu sehat dan kuat. Aamiin.



*Semoga bermanfaat :)

Tuesday, June 23, 2015

Ramadhan Tahun ini dan Dia yang Penuh Arti

Teringat ketika mendekati akhir Sya'ban dan akan memasuki awal Ramadhan
Entah mengapa air mataku jatuh sendiri
Rasa syukur menghampiri 
Ketika akan bertemu dengan bulan penuh arti

Bulan Ramadhan yang dikenal dengan banyak panggilan
Disebut bulan Keberkahan, bulan Ampunan
Dan bulan yang mempunyai makna tersendiri bagi diri ini

Alhamdulillah aku mempunyai suami yang sederhana
Yang tak terlalu memikirkan hal yang fana
Di mana segala kemewahan berbuka tak begitu berarti
Hanya fokus akan ibadah pada Ilahi dan perbaikan diri

Dia selalu membantu pekerjaan rumah
Tanpa berkeluh kesah
Dia juga mengingatkanku untuk tilawah
Tanpa kenal lelah

Walaupun cuaca gerah
Tak mengapa
Karena ku punya dia
Yang bisa ku andalkan kapan saja

Ramadhan semakin berarti
Ketika dia berada di sisi

5 Hari Menanti

Minggu 21 Juni 2015 tepat tengah hari di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, jantungku berdegup kencang ketika mendengar pemberitahuan pendaratan pesawat yang dari tadi ku tunggu. Mataku langsung tertuju pada eskalator pintu kedatangan domestik di satu-satunya Bandara di Provinsi Sumatera Selatan. Ku tatap lamat-lamat, satu per satu penumpang yang menuruni eskalator itu. Berharap orang yang ditunggu segera muncul. Hatiku semakin berpacu dan dipenuhi sejumlah rindu. Segera ku palingkan mata pada buku yang ku bawa demi mengurangi kecepatan organku yang makin berpacu. Lalu mata ku arahkan ke tempat pengambilan bagasi.

Tak lama tampaklah gadis kecil dengan jaket merah muda berjalan santai mengikuti langkah bapaknya di depan, tanpa sadar ada seseorang di kejauhan yang begitu memperhatikan setiap langkah kecilnya. Itulah anakku, Ayesha. Dialah yang dari tadi ku tunggu dengan sabarku. Berharap segera bertemu dan melontarkan segala rindu. 

Semakin ku fokuskan mataku padanya, semakin mataku terasa panas, hidungku terganggu, dadaku sesak dipenuhi banyak rindu.

Segera ku raih telepon genggamku di dalam tas, menekan nomor dan mulai mengatur nafas. Suara di sana mengucapkan salam, aku menarik nafas dan membalas salam. "Pak, Yesha tolong diantar ke luar dulu. Nanti baru Bapak nunggu bagasi lagi. Ibu tunggu di luar", pintaku.

Gadis kecil berkerudung lembayung muda pun melangkah menuju ke arahku. Spontan ku lambaikan tanganku. Dia pun setengah berlari seakan tak sabar juga ingin bertemu. Aku sabar menunggu tepat di depan pintu (bukan tempat seharusnya aku berdiri, namun demi segera bertemu si buah hati, kakiku pun melangkah sendiri, tanpa henti). Begitu pintu terbuka dia segera berlari menghambur padaku, memelukku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku pun memeluk tak kalah erat darinya, mencium wajah kecilnya, menanyakan apakah dia merindukanku sambil menahan haru. Dia berkata, "Yesha kangen sama Ibu". "Ibu juga kangeeen sama Yesha", balasku.

Tangisku akan pecah jika saja tidak ingat puasaku dan teralihkan oleh insiden itu. Tangan anak kecil terjepit di pintu otomatis. Tangis anak itu akan pecah, tangisku urung pecah, aku pun membantunya. Para penjaga keamanan dan orang sekitar mengeluhkan kejadian itu. Entah ke mana orang tua anak yang terjepit tangannya itu.

Yesha segera diamankan orang tuaku. Dan aku kembali menunggu suamiku sambil menatap conveyor. Kali ini aku berdiri di tempat yang seharusnya (di belakang pagar pembatas pintu kedatangan).

Setelah pengambilan bagasi selesai, aku pun menceritakan isi hatiku pada suami. Yesha pergi berlibur sejak 17 Juni 2015 ke Yogyakarta, sembari menemani suami perjalanan dinas ke kota Gudeg. Waktu yang mungkin terasa singkat dan menyenangkan bagi Yesha. Namun serasa lama bagi si penunggu, yaitu aku.

Namun sungguh tak ku sesali keputusan itu, demi pengalaman berarti untuk malaikat kecilku.

Monday, June 8, 2015

Pelajaran Menabung Yesha

Dikarenakan tabungan Yesha retak karena kepenuhan isinya, dan dengan pertimbangan usia tabungan yang hampir mencapai satu tahun maka dibongkarlah celengannya itu. Setelah dikelompokkan, dihitung dan ditotal didapatlah jumlah uang Yesha sebanyak Rp313.000,-


Setelah berdiskusi, saya dan suami memutuskan bahwa uang tersebut dapat Yesha belanjakan untuk memenuhi keinginannya. Hal tersebut kami utarakan kepada Yesha dengan syarat (dari saya) bahwa sedikit uang tersebut harus dibelikan celengan baru sedangkan sisanya dapat Yesha belanjakan semua keinginannya.

Sesampainya di pusat perbelanjaan, kami terlebih dahulu mengajak yesha untuk memilih tabungan barunya. Selanjutnya Yesha kami bebaskan memilih mainan yang disukainya. 

Setelah melihat-lihat, didapatlah beberapa pilihan mainan Yesha. Kami membantu Yesha menyesuaikan pilihan mainan dengan anggaran yang tersedia. Ketika pilihannya melebihi anggaran yang ada, kami pun memberikan pilihan pada Yesha. 

Pada awalnya Yesha menginginkan semua pilihannya terpenuhi. Namun kami tegas menolak, dan memberikan pengertian kepada Yesha bahwa dia dapat membeli mainan lain dengan hasil tabungan berikutnya. Setelah diberi penjelasan yang dapat diterima, Yesha pun menyetujui dan menerima ketetapan kami.

Akhirnya, Yesha membeli satu celengan baru dan tiga mainan baru (mini laptop, mixer & pancingan dengan musik).

Sesampainya di rumah, Yesha tak sabar mencoba mainan barunya. Semoga Yesha mendapat pelajaran berharga dari menabungnya selama ini.