Total Pageviews

Friday, August 5, 2016

Xplore Jakarta : Playparq

Niatnya sih mau ke Playground, namun waktu dicari tak kunjung ketemu. Akhirnya kami mencari alternatif lain dan sampailah di Playparq ini.

HTM Hari Libur : Rp.100.000,- per anak (sudah termasuk free 1 pendamping)

Untuk pendamping ke-2 dst., diwajibkan membayar sebesar Rp.10.000,- per orang












 

Xplore Jakarta : Museum Layangan

Sesuai namanya, Museum ini menyimpan beraneka ragam layangan. Mulai dari ukuran standar hingga ukuran jumbo.

Sayang, ketika kami datang ke museum ini sedang ada acara Halal Bihalal. Jadi, museumnya ditutup. Yesha yang awalnya antusias menjadi murung karena batal masuk museum.

Untunglah di luar museum juga ada beberapa layangan, lumayan menghibur.


Xplore Jogja : Jogja Scrummy

Waktu jalan-jalan di sekitaran Jogja, aku tanpa sengaja melihat baliho bergambar Dude Herlino (aktor Indonesia) memegang kotak kue yang bertuliskan "Jogja Scrummy".

Aku pun mencari info lebih lanjut mengenai hal itu. Ternyata Dude baru membuka toko oleh-oleh di Jogja. Aku pun tertarik untuk mengunjungi toko tersebut.

Ternyata oleh-oleh yang dijual di toko tersebut kebanyakan sama dengan toko lain. Namun, ada satu oleh-oleh khas toko ini yaitu Jogja Scrummy.

Jogja Scrummy adalah kue berlapis yang terdiri dari puff pastry dengan filling berbagai rasa di bagian atas dan Brownies Kukus di bagian bawah.


Jogja Scrummy menawarkan 6 (enam) rasa, di antaranya mangga, talas, rasberry, coklat, keju dan karamel.



Harga satuan Jogja Scrummy adalah Rp.45.000,- per pack. Karena kemarin pas beli masih promo jadi aku dapat harga Rp.35.000,- per pack.

Xplore Jogja : Coklat Monggo

Bagi yang telah memiliki anak, dapat mengajak anak ke Pabrik Coklat Monggo. Di sana, anak-anak dapat melihat proses pembuatan coklat secara langsung setiap hari Senin-Jum'at Pukul 08.00 - 15.00 WIB.

Di samping pabrik, juga terdapat etalase toko yang menjual coklat Monggo dan buka setiap hari.

Lokasi Pabrik cukup terpencil, kita harus melewati lorong dan pasar. Diusahakan datang ke Pabrik Coklat Monggo ini selain hari Legi, karena setiap hari Legi pasar Kotagede padat pengunjung.

Para penikmat coklat wajib mencoba coklat yang satu ini. Rasa coklat berbeda dengan coklat yang dijual di pasaran. Coklat monggo menggunakan butter sehingga coklat akan cepat meleleh ketika terlalu lama di suhu ruangan. Jadi sebaiknya setelah membeli coklat di sini, kita harus segera menghabiskan coklatnya atau kita dapat menyimpan coklat tersebut dahulu di lemari pendingin sebelum memakannya.




Xplore Jogja : Museum Bahari

Lokasi : Jln. Wates, Yogyakarta (dekat SMAN 1 Teladan Yogyakarta)

Lokasinya bergabung dengan Hotel Dermaga Keluarga. Stafnya ramah, kami ditanya sudah check in atau belum. Kami pun menjawab bahwa kami mau ke museum, lalu kami ditunjukkan tempat parkir yang terletak di belakang. 

Di tempat parkir, tampak juga fasilitas toilet dan mushola yang nyaman. Di belakang museum, tersedia Restoran dengan konsep Angkatan Laut (AL).

Setelah parkir, kami menuju ke museum. Kami membayar biaya masuk museum sebesar Rp.2.000,- per orang. Parkir gratis.

Area museum terdiri dari : ruang penyimpanan benda-benda berbau AL, ruang audio visual dan ruang navigasi kapal.

Di dalam ruang penyimpanan, tersedia cinderamata tentang AL seperti gantungan kunci dan perlengkapan/simbol yang dipakai di pakaian TNI AL. Namun, tidak tersedia magnet kulkas.

Di dalam ruang audio visual, kita dapat menonton sejarah Angkatan Laut dengan nyaman karena film diputar menggunakan home theater dan ruangan dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Sedangkan di ruang navigasi kapal, terdapat contoh peralatan yang digunakan di kapal.

 

Xplore Jogja : Gembira Loka Zoo & Taman Pelangi

*
Tahun ke-6 pernikahan dan usia Yesha memasuki 5 tahun, akhirnya saya dan suami kesampaian juga mengajak Yesha mengunjungi Kebun Binatang Gembira Loka (Gembira Loka Zoo/GL Zoo) dan Taman Pelangi di Yogyakarta.

Hutan Wisata Alam Punti Kayu Palembang tidak ada apa-apanya dibandingkan GL Zoo. Meski sama-sama memiliki area yang luas, GL Zoo lebih tertata dan terurus.

Ketika memasuki gerbang GL Zoo, sekeliling tampak biasa saja. Perjalanan dari parkir motor ke pintu masuk dihiasi dengan banyak toko cinderamata.

Kami pun membeli karcis/tiket masuk. Harga tiket masuk GL Zoo sangat terjangkau. Kita bisa memilih harga tiket masuk sesuai paket yang diinginkan. Kami memilih paket berupa tiket masuk dan naik kereta mini sepuasnya, seharga Rp20.000,- (dua puluh ribu rupiah). Harga tiket yang kami beli di luar GL Zoo lebih murah, dibanding kami beli tiket kereta mini tersendiri di dalam GL Zoo. Karena harga kereta mini antar terminal senilai Rp5.000,- (lima ribu rupiah).

Selain tiket masuk, petugas juga memberikan peta GL Zoo. Peta ini sangat berguna dalam memandu perjalanan kami.
Setelah melewati pintu masuk GL Zoo dan berjalan sedikit, di sebelah kiri tampak bangunan seperti museum yang berisikan beberapa contoh flora dan fauna.

Setelah museum, terdapat area berfoto yang disiapkan sedemikian rupa untuk pengunjung. Setelah puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan lebih ke dalam GL Zoo. Di sepanjang jalan masuk terdapat bentuk hewan yang dibuat dari tanaman. Pemandangan yang mengagumkan.




Kami menuruni banyak anak tangga dan menyeberangi jembatan untuk sampai di area perlindungan satwa. Terdapat beraneka ragam satwa di GL Zoo, mulai dari yang berukuran kecil (ikan, katak, dll) hingga ukuran besar (gajah dan onta).

Saya sungguh takjub dengan keanekaragaman satwa di GL Zoo. Banyak satwa yang belum pernah saya lihat terdapat di GL Zoo. Area yang luas dan terlihat terawat pun membuat saya terpesona dengan GL Zoo.




Bersyukur kami datang ke GL Zoo pada waktu pagi hari, jadi kami bisa puas mengelilingi area yang begitu luas itu. Hampir semua sudut GL Zoo kami kunjungi. Kami pun sempat menawarkan Yesha untuk mencoba menaiki gajah, kolam tangkap dan terapi ikan. Namun, Yesha sudah puas hanya dengan melihat wahana yang ditawarkan.

Pada saat tengah hari, kami singgah ke Mushola GL Zoo untuk melaksanakan sholat. Selepas sholat, kami mendengar suara dari arah bawah (panggung).

Ternyata ada pertunjukan satwa. Sungguh beruntung kami ketika itu, pengunjung yang tidak terlalu ramai membuat kami nyaman menikmati keindahan yang ditawarkan GL Zoo.

Selesai menonton pertunjukan satwa, kami mencoba wahana perahu air. Kami pun mengelilingi Danau yang terletak di tengah GL Zoo.

Setelah itu, kami menuju Restoran Terapung di tengah Danau dan berbentuk seperti Kapal untuk makan siang. Harga makanan di Restoran ini sangat terjangkau dibanding harga makanan di Sumatera, atau tidak jauh berbeda dengan harga makanan yang dijual di luar lingkungan GL Zoo. Kami menikmati makan siang kami dengan nyaman. 

Perut kami pun sudah terisi. Pemberitahuan tentang penutupan GL Zoo pun dikumandangkan bersamaan dengan adzan ashar. Kami pun bergegas menuju pintu keluar.

Terdapat area labirin terlihat namun kami tidak sempat mengajak Yesha melaluinya karena waktu penutupan GL Zoo semakin menipis.

Sepanjang jalan dari pintu keluar ke gerbang masuk terdapat banyak toko souvenir. Kami terburu-buru menuju parkiran untuk kembali ke rumah.

Hal-hal tentang GL Zoo dapat dilihat di website-nya http://gembiralokazoo.com/


**
Taman Pelangi adalah tempat wisata malam karena di dalamnya terdapat berbagai macam lampion berwarna-warni yang menarik dilihat pada saat langit sudah gelap.










Touring Mamojo Romo Balapan 2015-2016

Beberapa bulan sebelum keberangkatan touring, kami ditawari rencana pengalaman berbeda oleh Kakak suamiku. Kami pun tak berpikir panjang menyetujui usulan tersebut. Kami akan berkeliling ke beberapa daerah menggunakan mobil Captiva milik Kakak, bersama rombongan teman-teman 3C (Captiva Chevy Club) JJS (Jateng Jogja & Sekitarnya)-nya.

Tema touring kali ini adalah Mamojo, yakni kependekan dari Malang-Bromo-Jogjakarta.

Berikut rekap perjalanan kami :

28 Des 2015
Menjelang maghrib kami berangkat ke Solo, tempat pertemuan anggota 3C. Kami makan malam, sholat dan beristirahat sembari menunggu anggota 3C yang lain. Sekitar pukul 11 malam kami beramai-ramai memulai perjalanan panjang.

29 Des 2015
Perjalanan malam panjang dimulai, melewati daerah-daerah yang belum pernah aku lewati sebelumnya. Pemandangan tak tampak jelas karena tertutupi gelapnya malam. Jalan berkelok dan terjal sesekali terlintas di pandanganku pada saat ku tak sengaja terbangun dari tidur.

Ketika pagi menjelang, aku tersadar kami telah menepi di sebuah pom bensin besar yang memiliki waterboom. Kami berhenti cukup lama. Sebagian anggota sarapan, sebagian lagi melanjutkan tidurnya, terutama para pengemudi.

Perjalanan dilanjutkan kembali beberapa jam kemudian.

Kami menuju Malang. Pemandangan alam pagi tampak jelas diterangi sinar mentari sepanjang perjalanan. Jalan berliku, bukit terjal tampak beberapa. Semuanya membuatku tak henti bersyukur karena menjadi saksi hidup keindahan ciptaanNya.

Pemandangan alam segar tanpa henti membuatku tak sadar telah tiba di pemberhentian. Kami makan siang di salah satu Rumah Makan di Malang.

Rencananya setelah makan siang, kami akan ke museum angkut. Namun, tiba-tiba mobil bermasalah. Kami pun urung merealisasikan rencana kami karena waktu tersita untuk memperbaiki mobil.

Kami langsung menuju Hotel Horison untuk beristirahat hingga pukul 10 malam.

Pukul 10 malam, kami check out dari Hotel dan bersiap-siap menuju ke Bromo.

Perjalanan malam pun kami lalui kembali. Ketika kebanyakan orang terlelap di jam malam, Badak (sebutan untuk mobil Captiva) kami berlari kencang menuju Gunung yang tengah erupsi ketika itu.

30 Des 2015
Sekitar pukul 2 dini hari, kami tiba di tempat parkir pemberhentian pertama wisata Bromo. Abu vulkanik dan udara dingin terasa begitu pekat ketika kami turun dari mobil. Kami pun mengantri untuk naik Jeep. Perjalanan ke atas gunung akan kami tempuh menggunakan kendaraan yang telah disiapkan oleh pemandu wisata.

Udara dingin yang semakin menusuk karena perjalanan kami semakin menanjak, membuatku tak sempat memperhatikan waktu. Aku disibukkan memeluk si kecilku yang tampak kedinginan karena udara dingin penuh abu itu. Jika saja tidak ada abu, tentu hawa gunung itu akan terasa sangat menyegarkan.

Setelah beberapa menit kami menaiki Jeep, kami pun berhenti di pemberhentian kedua. Selepas ini, kami masih harus berjalan mendaki untuk sampai ke tempat untuk memandang sunrise. Tanpa terbayang tempat pemberhentian selanjutnya, sepanjang jalan kami ditawari naik kuda untuk ke puncak. Suamiku menawariku untuk naik kuda, namun aku berkeinginan untuk mendaki dengan usahaku sendiri ditemani suami dan anakku.

Kami pun berjalan perlahan menaiki jalan terjal demi mencapai tempat tujuan. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat. Yesha pun mengeluhkan rasa letih. Namun kami saling menyemangati agar kami bisa menikmati pemandangan indah yang menanti bersama-sama.

Perasaan ingin menyerah pun sempat menghampiri, namun kalah akan perasaan ingin membuktikan kekuatan diri.

Akhirnya kami tiba di pemberhentian selanjutnya sebelum subuh menjelang. Dari pemberhentian itu, kami masih bisa melanjutkan perjalanan menaiki banyak anak tangga hingga tiba di puncak. Namun, kami memutuskan untuk menikmati pemandangan matahari terbit di pemberhentian itu saja.

Subuh menjelang, kami pun menunaikan sholat dengan pakaian dan keadaan sekitar yang seadanya. Selesai sholat, kami menanti 'hadiah' yang sangat kami tunggu dari tadi, 'hadiah' yang terngiang-ngiang dalam benak diri jika berhasil mencapai posisi saat ini.

Matahari mulai mengintip di sudut depan kami, jika saja saja tidak ada abu itu, mungkin pemandangannya akan lebih menarik lagi. Namun, pemandangan matahari yang samar beranjak naik dan gunung yang terus mengeluarkan abu itu sudah lebih dari cukup bagi kami yang bersabar mendaki dari tadi.

Pedagang cinderamata pun lewat menawarkan beberapa benda. Kami memutuskan untuk membeli satu. Lalu, kami pun mengabadikan kenangan langka ini dengan berfoto bersama.



Setelah matahari cukup tinggi, kami pun kembali menuruni langkah awal kami. Yesha tetap bersikukuh tidak ingin naik kuda. Kami pun kembali berjalan kaki perlahan tapi pasti, menuju pemberhentian Jeep.

Terang saja, perjalanan kembali tidak begitu terasa karena pemandangan alam yang terhampar menakjubkan mengelilingi kami diterangi sinar mentari yang begitu hangat dan udara gunung yang akan lebih segar jika tidak ada abu itu.

Kami menaiki Jeep, aku dan Yesha langsung terlelap tanpa bisa menikmati pemandangan menuruni gunung yang sebenarnya ku nanti karena ketika naik tadi pemandangan masih gulita. Namun, mata yang berat kalah akan semua keinginan tadi.

Aku baru terbangun ketika Jeep berhenti di tempat parkir Badak kami. Kami pun menuju Badak untuk sarapan seadanya. Setelah sarapan, kami pun berangkat kembali menuju tempat selanjutnya.

Sepanjang jalan keluar menjauhi gunung Bromo, kami lagi-lagi dikelilingi pemandangan hijau yang luar biasa yang membuatku kembali bersyukur.

Perjalanan kami lanjutkan dengan tujuan Rumah Makan Taman Mangli Indah (Terapung) di daerah Jember. Santap siang sudah menanti kami di tempat itu. Rumah Makan dengan bangunan Rumah Adat dan pemandangan kolam ikan, membuat Yesha begitu gembira ketika melihatnya.


Setelah makan siang, kami menuju Pantai yang terletak di daerah Jember, yaitu Pantai Tanjung Papuma. Meskipun sudah terbiasa dengan suasana berbagai macam Pantai di Pulau Bangka, Pantai Tanjung Papuma ini berhasil mempesonaku dengan keindahannya. Air pantai yang terlihat biru jernih sejauh mata memandang, suara deburan ombak serta hawa pantai yang khas berhasil memikatku untuk berlama-lama memandangi pantai itu.






Yesha pun ikut terpikat dengan pemandangannya dan ingin segera bermain air. Namun, kami hanya mengizinkannya bermain hingga batas pasir yang basah karena ngeri melihat ombak yang menggulung ke arah laut dan menimbulkan rasa tidak aman melihatnya.

Yesha pun menerima keputusan itu dan mulai bersenang-senang sendiri dengan membangun istana pasir. Matahari pun mulai tenggelam, kami pun berkemas menuju Rumah Makan Legian Jember untuk santap malam.


Setelah makan malam, kami menuju tempat menginap kami yaitu Hotel Rosali di daerah Situbondo.



 


31 Des 2015
Kami berkumpul di ruang makan Hotel Rosali untuk sarapan sebelum memulai perjalanan hari itu.

Hari ini kami menuju Taman Nasional Baluran di Situbondo. Taman Nasional ini dijuluki juga Afrika-nya Indonesia. Karena di Taman ini terdapat pemandangan savana.

Wilayah Taman Nasional ini sangat luas. Jika kita berjalan dari pintu masuk hingga ke ujung, maka kita akan menemukan Pantai Bama. Di tengah-tengah rute pintu masuk-Pantai Bama, kita dapat melihat Bekol Savannah atau pos pengamatan satwa.

Kami pun sempat narsis bersama di daerah Bekol Savannah. Setibanya di Pantai Bama, kami santap siang dan sholat. Lalu, beristirahat menikmati pemandangan pantai dan hutan mangrove. Sembari mengawasi anak-anak bermain di pinggiran pantai.



Sekitar waktu ashar, kami berkemas dan kembali menuju hotel. Kami makan malam di Hotel Rosali. Perwakilan anggota 3C dari masing-masing Badak berkumpul mengevaluasi kegiatan 3C selama tahun 2015, dan sisanya beristirahat di kamar.

01 Jan 2016
Sarapan pagi, check out dan packing menjadi kegiatan kami pagi itu. Kami menuju jalan pulang. Sebelumnya, kami menyinggahi salah satu Panti Asuhan di daerah Situbondo. Kami berbagi sedikit nikmat dan pengalaman hidup sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya.

Kami pun sempat berhenti ketika adzan peringatan sholat Jum'at berkumandang. Kami menunggu para anggota yang melaksanakan ibadah sholat Jum'at.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Rumah Makan Tongas Asri. Kami santap siang dan sholat. Lalu, kami menyusuri jalan kembali.

Menjelang maghrib kami tiba di Hotel Singgasana Surabaya, disambut oleh anggota 3C Jawa Timur. Setelah proses check in, kami bersiap untuk makan malam bersama. Malam itu, diadakan gala dinner di Restoran Hotel Singgasana. Setelah kenyang berpesta barbekyu, kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

02 Jan 2016
Kami check out dan packing kembali. Kami kembali menyusuri jalan, lalu di tengah hari kami berhenti di Rumah Makan Apung Rachmawati, Bojonegoro untuk santap siang, sholat dan istirahat.

Perjalanan dilanjutkan hingga malam menjelang dan kami berhenti di Rumah Makan Dapur Ibu, Purwodadi untuk santap malam, sholat dan salam perpisahan. Pisah? Ya, jadwal touring kami telah usai. Sudah waktunya kami kembali ke realita hidup kami yang sebenarnya. Kami berpamitan, saling berpesan hati-hati di jalan hingga akhirnya kami benar-benar berpisah.

Kami tiba di rumah sekitar tengah malam, bongkar muatan lalu tidur.