Total Pageviews

Thursday, January 30, 2014

Wanita & Siklus Haidnya

Para ulama memang berbeda pendapat dalam menetapkan berapa lama minimal masa haidh seorang wanita. Juga tentang berapa lama maksimalnya. Mereka juga berbeda pendapat tentang berapa lama minimal dan maksimal masa suci dari haidh.



a. Lama Haid bagi Seorang Wanita

Mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa paling cepat haid itu terjadi selama tiga hari tiga malam, dan bila kurang dari itu tidaklah disebut haid tetapi istihadhah. Yaitu darah penyakit yang tidak menghalangi kewajiban shalat dan puasa.

Sedangkan paling lama masa haidh itu menurut madzhab ini adalah sepuluh hari sepuluh malam, kalau lebih dari itu bukan haid tapi istihadhah.

Dasar pendapat mereka adalah hadis berikut ini:

Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Haid itu paling cepat buat perawan dan janda tiga hari. Dan paling lama sepuluh hari." (HR Tabarani dan Daruquthni dengan sanad yang dhaif)

Al-Malikiyah mengatakan paling cepat haid itu sekejap saja, bila seorang wanita mendapatkan haid dalam sekejap itu, batallah puasanya, salatnya dan tawafnya. Namun dalam kasus `iddah dan istibra` lamanya satu hari.

As-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa paling cepat haid itu adalah satu hari satu malam. Dan umumnya enam atau tujuh hari. Dan paling lama lima belas hari lima belas malam. Bila lebih dari itu maka darah yang keluar adalah darah istihadhah.

Pendapat ini sesuai dengan ucapan Ali bin Abi Thalib r.a. yang berkata, `Bahwa paling cepat haid itu sehari semalam, dan bila lebih dari lima belas hari menjadi darah istihadhah.` 


b. Lama Masa Suci

Masa suci adalah jeda waktu antara dua haid yang dialami oleh seorang wanita. Masa suci memiliki dua tanda, pertama; keringnya darah dan kedua adanya air yang berwarna putih pada akhir masa haid. (lihat kitab Bidayatul Mujtahid 1/52, kitab al-Qawwanin al-Fiqhiyyah halaman 41).

Untuk masa ini, Jumhur ulama selain Al-Hanabilah mengatakan bahwa masa suci itu paling cepat lima belas hari. Sedangkan Al-Hanabilah mengatakan bahwa: `Masa suci itu paling cepat adalah tiga belas hari. 



Menetapkan Batas Maksimal Haidh

Jadi untuk mudahnya, ukur saja dengan ukuran hari, misalnya dengan menggunakan mazhab Asy-Syafi’i dan Al-Hanabilah, yaitu 15 hari. Bila setelah 15 hari masih ada darah atau flek yang keluar, pasti bukan darah haidh. Maka segeralah mandi janabah dan shalat, meski darah masih keluar dengan deras setelah itu.

Sedangkan bila anda menggunakan pendapat Al-Hanafyah, batas maksimalnya hanya 10 hari saja.


Wallahu a’lam bishshawab



Apakah sentuhan kulit suami isteri membatalkan wudhu’?

Apakah sentuhan kulit suami isteri membatalkan wudhu’?
Ini adalah pertanyaan klasik, di mana jawabannya pun tidak kalah klasiknya. Karena sebenarnya jawabannya memang bisa diduga, yaitu terjadi khilaf di kalangan para ulama.
Sebagian ulama memandang bahwa seorang suami yang menyentuh kulit isterinya membatalkan wudhu’nya. Sebagian ulama lainnya berpandangan sebaliknya.


1. Pendapat Yang Membatalkan
Mereka yang memandang bahwa sentuhan kulit antara suami isteri berdalil dengan beberapa dasar, di antaranya:
وصرح ابن عمر بأن من قبل امرأته أو جسمها بيده فعليه الوضوء.

رواه عنه مالك والشافعي.ورواه البيهقي عن ابن مسعود بلفظ " القبلة من اللمس وفيها الوضوء. واللمس ما دون الجماع."
Ibnu Umar berkata bahwa orang yang mencium isterinya atau menyentuh tubuhnya, maka dia harus berwudhu’.
Hadits ini diriwayatkan oleh Malik dan Asy-Syafi’i.
Dari Ibnu a’sud ra berkata, "Mencium isteri itu termasuk menyentuh dan mengharuskan wudhu’. Dan menyentuh itu segala yang belum sampai jima’ (HR Al-Baihaqi)
Selain itu mereka juga berdalil dengan apa yang anda tanyakan di atas, yaitu hubungan suami isteri yang sebelumnya bukan mahram, akan tetap terus tidak mahram meski sudah menikah. Dan konsekuensinya, sentuhan antara mereka akan membatalkan wudhu’.


2. Pendapat Yang Tidak Membatalkan
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa antara suami isteri tidak batal wudhu’ bila bersentuhan, mendasarkan pandangan mereka pada beberapa dalil berikut ini:
روي أحمد والأربعة رجاله ثقات، عن عائشة رضي الله عنها " أن النبي صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ."
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW mencium para isterinya kemudian beliau keluar untuk shalat dan tidak berwudhu’ lagi (HR Ahmad)
وعنها رضي الله عنها قالت: كنت أنام بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم، ورجلاى في قبلته، فاذا سجد غمزني، فقبضت رجلي متفق عليه
Dari Aisyah ra berkata, "Aku pernah tidur di hadapan nabi SAW, sedangkan kedua kakiku berada di arah kiblatnya. Bila beliau sujud, beliau menyingkirkan dan memegang kedua kakiku (HR Bukhari dan Muslim)
وأخرج اسحاق بن راهويه، وأيضاً البزار بسند جيد، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قبلها وهو صائم، وقال:

"إن القبلة لا تنقض الوضوء ، ولا تفطر صائم."
Ishaq bin Rahawaih dan Al-Bazzar dengan sanad yang baik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mencium isterinya dalam keadaan puasa, lalu beliau berkata, "Sesungguhnya mencium itu tidak membatalkan wudhu’ dan tidak membatalkan puasa.



Namun mereka semua dalil ini disanggah oleh kelompok pertama dengan beberapa hujjah, misalnya bahwa apa yang terjadi antara nabi SAW dengan para isterinya merupakan suatu kekhusususan, tidak berlaku buat umatnya.
Pendeknya, apa yang anda tanyakan itu secara hukum masih menjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengatakan sentuhan suami isteri membatalkan wudhu dan ada yang berpendapat sebaliknya.

Wallahu a’la bishshawab



Friday, January 10, 2014

Belajar Ikhlas





Kata "ikhlas" sangat sederhana, hanya satu kata, pengucapannya pun tak terlalu sulit, pemahaman mengenai kata tersebut juga boleh jadi sangat baik di pribadi masing-masing. Namun, penerapannya lah yang masih sukar.

Berikut beberapa cerita pendekku tentang belajar ikhlas itu. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

*
Setelah menikah, kebanyakan pasangan baru atau yang biasa disebut dengan penganten baru pastilah mengidam-idamkan kelahiran momongan, begitu pula aku. Tak perlu waktu lama untuk memiliki keinginan mempunyai anak tersebut. Rasa itu akan datang dengan sendirinya. Seperti air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Singkat, satu minggu setelah menikah perasaan itu mulai mendatangiku. Layaknya pasangan lain, aku dan suami pun berusaha mewujudkan impian kami tersebut. Aku pun tak pernah berhenti mengumandangkan doa demi membantu meraih keinginan itu. Hanya Allah-lah yang paling tahu perasaanku ketika itu. Sungguh aku sangat ingin memiliki buah cinta bersama suamiku. Aku pun yakin Allah akan mengirimkan titipanNya pada kami. Tapi sungguh aku tak pernah berani memaksakan untuk memilikinya. Allah akan menitipkan 'malaikat kecil' itu jika Dia menganggap aku mampu menjaga amanahNya, begitu batinku. Satu bulan berlalu, 'tamu' yang biasa datang pun tak kunjung datang. Aku pun mencoba membeli alat tes kehamilan, aku mencoba membeli yang merknya sudah terkenal dan lumayan mahal. Pertama kali menggunakan alat yang dibiasanya disebut test pack itu, sungguh aku seperti orang kolot. Berusaha mengikuti instruksi yang ada pada kemasan alat itu. Setelah cukup jelas membaca 'perintah'nya, aku pun masuk ke kamar mandi. Mengambil urine-ku, mengukur batas maksimal urine yang akan dicek dari luar wadah dengan batas maksimal yang dianjurkan test pack. Sepertinya pas, batinku. Segera ku masukkan alat itu ke wadah berisi urine-ku. Gawat, seketika aku terperanjat. Batas maksimal urine melebihi batas maksimal test pack. Segeralah aku mengeluarkan test pack-nya, spontan saja, maklumlah belum berpengalaman. Hihihi. Aku mengeluarkan sedikit urine dari wadah, mencocokkan kembali dengan batas maksimal test pack  dan meletakkan lagi test pack pada urine. Yup, pas, girangku. Aku pun menunggu sesuai petunjuk dalam kemasan. Alhasil, satu garis yang terlihat. Negatif. Dengan kata lain, tidak hamil. Sejak saat itu, aku menjuluki kejadian waktu itu dengan nama 'teh celup'. Aku tak lupa memberi tahu suamiku. Sungguh ada sedikit rasa kecewa di hatiku melihat hasil itu. Entah mengapa aku tidak terlalu sakit dan aku masih punya keyakinan yang sama, keyakinan yang lebih besar dibanding rasa kecewaku. Semua akan indah pada waktunya. Allah selalu tahu kapan waktu terbaik memberikan sesuatu kepada hambaNya. Suamiku pun sempat ditanya Mbaknya (Ratna Syifa'a R) apakah aku sudah 'isi' atau belum. Suamiku menjawab sesuai faktanya. Mbak Ratna segera membesarkan hati kami. Ditunggu saja dua minggu lagi, insyaAllah akan positif hasilnya. Entah apa keyakinannya waktu itu. Padahal aku yakin sekali dia tidak tahu kejadian 'teh celup'-ku itu. Karena aku hanya menceritakan peristiwa 'teh celup' itu kepada suami dan beberapa temanku. Terang saja ketika aku menceritakannya, temanku tertawa dan menganggap hasil itu tidak akurat. Namun aku mencoba bersabar untuk menunggu waktu dua minggu sesuai saran Mbak Ratna. Tak sabar sekali rasanya menunggu waktu dua minggu itu tiba. Dan akhirnya hari yang ditunggu itu datang juga. Aku kali ini membeli alat tes kehamilan yang murah, berbekal saran teman kantorku yang mengatakan bahwa test pack yang mahal dan murah itu sama fungsinya. Hasilnya sama-sama akan akurat. Aku pun menguji sarannya. Keesokan harinya, aku mencoba tes kehamilan itu kembali tanpa adegan 'teh celup' itu lagi. Hasilnya, ada dua garis. Satu garis merah terang dan satu lagi garis merah muda yang pudar. Aku yakin sekali maksudnya aku positif hamil. Sungguh waktu itu aku sulit berkata-kata. Langsung memanggil-manggil suamiku, tak sabar menunjukkan hasilnya. Suamiku pun bertanya dengan polosnya, apa maksud dua garis itu. Aku pun dengan setengah yakin dan setengahnya lagi tak yakin berkata insyaAllah aku hamil. Aku pun menelpon Mamaku untuk memastikannya. Mamaku pun mengamini doaku. Tak puas juga, kami berkunjung ke dokter kandungan untuk melihat bentuk janin kami. Dan yakinlah kami ketika melihat gambar bulat seperti telur ketika dokter mengarahkan alat yang disebut USG itu ke perutku.

Duhai para pembaca yang budiman, mungkin dari cerita di atas tidak terlalu terasa makna ikhlas itu. Namun yakinlah, bahwa ketika kau terlalu menginginkan sesuatu maka yakinlah kau tidak akan mendapatkannya. Tapi ketika kau menyerahkan semua keputusan padaNya dengan kata lain kau ikhlas menerima semua peristiwa, maka kau akan mendapatkan apa yang kau harapkan dengan tidak terlalu memaksakannya.

Untuk yang sedang menunggu kehadiran buah hati, yakinlah bahwa Allah akan memberikannya dengan senang hati pada kalian ketika Dia merasa kalian siap. Berbaik sangkalah dengan Penciptamu.





**
Tahun lalu pada suatu siang hari aku, suami dan salah satu teman kantor makan siang ke daerah Sekip, Palembang. Kami keluar kantor mengendarai mobil pribadi. Tempat makan yang kami kunjungi itu konon katanya terkenal. Jelas saja, parkir pun susah. Teman kami memutuskan untuk turun terlebih dahulu untuk memesan makanan sedangkan aku dan suami menunggu sampai mendapat parkiran. Sementara kami parkir di pinggir jalan. Tak lama kemudian, adalah satu mobil yang rencananya keluar dari tempat makan itu. Rencananya kami akan mengambil posisi parkir tersebut. Kami pun menunggu hingga mobil itu keluar sempurna sehingga kami dapat masuk. Belumlah mobil di depan keluar sempurna, tiba-tiba ada yang menabrak mobil kami dari belakang. Mobil sedan merah tua (kalo tidak salah Accord) nempel di belakang mobil kami kayak perangko. Rasa marah dan kesal pun berdatangan. Aku yang setelah lama mengamati mobil itu akhirnya sengaja benar membuka jendela, ingin sekali menunjukkan bahwa aku marah atas perbuatan sang pengendara mobil sedan itu. Wajah pengendara pun ku tatap dengan penuh amarah padahal wajahnya samar-samar terlihat. Dia yang entah salah tingkah, takut atau apalah, seperti kebingungan melepaskan mobilnya dari mobil kami. Aku pun sangat khawatir, takut jika mobil kami rusak parah. Yang lebih takut lagi, Papa yang marah karena itu kan mobil Papa. Dengan bantuan tukang parkir, akhirnya mobil sedan dan mobil kami pun dapat saling menjauh. Mobil sedan itu berjalan pelan melewati kami. Aku dan suami pun berpikir bahwa dia akan segera berhenti di depan untuk menepi guna menyelesaikan permasalahan ini. Jauh dari sangkaan kami, si pengendara lalai tadi melarikan diri. Kami pun tak dapat berbuat apa-apa. Kami memutuskan untuk melanjutkan makan siang yang tertunda. Makan siang itu pun berjalan tak nyaman. Selesai makan siang, suamiku bertanya pada tukang parkir. Syukur beribu syukur tukang parkir itu berkata bahwa mobil itu sering lewat daerah itu. Pemilik mobil itu juga sering makan siang di tempat makan itu. Pemilik mobilnya adalah seorang pegawai Bank BNI 46 di daerah Pal Lima, sependengaranku. Tukang parkirnya juga memberikan plat mobilnya (BG 384 AT). Kami pun berterima kasih kepada tukang parkir itu. Kami masuk ke mobil dan melaju ke tempat bekerja 'sopir yang kabur' itu. Sesampai di sana, aku bertanya pada Security di Bank tersebut. Aku berusaha bertanya dengan nada sesopan mungkin dan dengan menahan amarahku. Aku tanyakan sedan yang menabrak kami tadi. Dengan sopan sang Security menjawab bahwa tidak ada sedan seperti yang aku deskripsikan tadi. Security itu pun bertanya balik padaku tentang alasanku bertanya sedan itu. Aku pun menceritakan kejadian yang tak menyenangkan itu. Setelah mendengarnya, Security tadi menjelaskan bahwa mungkin maksud tukang parkir itu bukan Pal Lima namun Panglima (yang ada di depan McD & Hotel Anugrah). Kami pun pamit dan mengucapkan terima kasih. Tanpa menunda-nunda lagi kami melanjutkan perjalanan ke daerah yang disarankan Security tadi. Sesampainya di tempat, kami bertanya lagi ke orang yang mengenakan seragam Satpam. Kami kembali menjelaskan peristiwa buruk yang baru kami alami. Sayangnya Satpam itu tidak hafal dengan semua mobil yang ada di kantor. Dia menyarankan kami langsung ke area parkir, mencari mobil yang dimaksud dan bertanya dengan sopir yang ada di sana. Berjalanlah kami ke belakang Bank itu, bertanya dan tetap tidak menemukan hasil. Adalah satu orang yang mengusulkan agar kami menitipkan pesan kepada bagian Umumnya. Kembalilah kami ke dalam bangunan itu dan mencari satu orang yang dianggap setara dengan Kepala Bagian. Singkatnya, kami bertemu dengan orang tersebut. Bercerita lagi dan menitipkan nomor ponsel suamiku. Setelah melalui semua perjuangan itu, aku pun tawakal. Aku tak tahu maksudNya. Yang jelas, aku tak terlalu memikirkannya kembali. Singkat kata, aku berusaha ikhlas. Di perjalanan pulang kantor, suamiku bercerita bahwa orang yang menabrak mobil kami menghubunginya. Orang itu bercerita bahwa tadi siang mobilnya dipinjam temannya yang sedang terburu-buru dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia berjanji akan mempertemukan temannya dan suamiku untuk menyelesaikan semua masalah. Pada akhirnya, masalah terselesaikan.

Buah dari ikhlas itu sangat manis. Kita hanya perlu percaya padaNya. Jika pun yang kita inginkan tidak terpenuhi, maka percayalah Dia akan menggantinya dengan lebih baik.




***
Desember 2013 kemarin keuangan rumah kami mepet sekali. Adalah seorang teman kantor mengajak untuk bisnis kecil-kecilan. Rencana kami akan membeli beberapa lusin pakaian untuk dijual kembali dengan modal dan untung dibagi dua. Aku yang awalnya kurang tertarik tapi berusaha berpikiran positif. Awalnya ragu namun akhirnya memaksakan untuk gabung. Segeralah temanku itu mentransfer biaya yang diminta ke rekening yang dituju. Setelah selesai, temanku juga melaporkan dan diterima dengan baik oleh sang admin. Beberapa hari menunggu, temanku mencoba menanyakan ke sang penjual tentang posisi barang kami. Dari situlah kecurigaan mulai muncul. Lama pesan tak di balas, telpon tak diangkat. Keesokan harinya temanku bercerita bahwa kontak BBMnya telah dihapus oleh penjual tadi. Semua pesan dan telepon tak ada jawaban. Temanku menyarankan agar aku yang menelpon, namun tetap tak ada hasilnya. Jelas sudah, kami jadi korban penipuan. Tak bisa berkata-kata aku ketika mendengar kemungkinan itu. Namun apa daya. Ku hanya dapat merelakannya. Aku ikhlas ya Rabb, keluhku. Seminggu kemudian, uang tujuh kali lipat masuk ke rekeningku. Dari perusahaan tempat aku bekerja, untuk pembuatan seragam dinas kami. Pegawai lain dapat juga tentunya, namun aku meyakini bahwa itu adalah ganti dari uangku yang hilang.




****
Pagi hari aku yang terbiasa mengecek telepon selulerku tak berhenti memandang handphone sembari sibuk mengklik sana sini. Baca bentar geser lagi, baca lagi buka (aplikasi) yang lain lagi. Asyik sekali. Suamiku pun sempat mengingatkan. Kasihan hpnya dipelototin terus. Saat itu baterai hp masih 30%. Masih asyik dengan hpku hingga beberapa menit tiba-tiba layar hpku menghitam. Lampu hp masih menyala sebentar hingga benar-benar mati. Prasangka pertama yang terpikirkan adalah hpku rusak seperti hp suami yang harus diservice hingga dua bulan. Namun aku berusaha berprasangka baik, mungkin baterainya habis batinku. Aku pun mencoba mengisi baterai dengan menyambungkannya ke power bank yang kemungkinan masih ada 25% atau kurang. Lampu hp yang biasa berubah merah, tanda hp sedang diisi pun tidak menyala. Kecemasan pun meliputi. Aku pun mencoba mengisi hp lain dan berhasil. Gelisah pun menyelimuti. Makin kuat dugaanku hpku rusak seperti hp suami yang dulu. Aku pun memutuskan untuk datang ke tempat service hp. Sepanjang perjalanan menuju service centre, aku pun berpikir mungkin ini teguran untukku. Aku pun berusaha santai, tidak terlalu memusingkan kebiasaanku yang sangat bergantung pada gadget-ku itu. Mungkin lebih tepatnya, aku berusaha ikhlas atas kejadian itu. Sesampainya di tempat service, aku pun menceritakan peristiwa tadi pagi. Seketika tukang service mengecek hpku dan ajaib hp pun langsung bisa diisi baterainya. Kemudian tukang service pun menjelaskan bahwa hpku itu spesial. Jika baterai hpku kurang dari 15%, biasanya ia tidak mau diisi via power bank. Harus terhubung langsung ke listrik. Hihi.

Thursday, January 2, 2014

Adab Membaca Al-Qur'an

1. Membersihkan mulut dengan bersiwak sebelum membaca Al Qur'an.
Dengan tujuan agar ketika membaca Al-Quran, mulut terasa segar dan wangi dan membaca pun dapat dilakukan enak dan tenang.

2. Mensucikan diri dengan wudhu terlebih dahulu
Berwudhu sebelum menyentuh dan membaca Al-Quran merupakan perilaku penting agar diri ini dalam keadaan suci terhindar dari hadas kecil maupun hadas besar. Karena Al-Quran merupakan Kitab suci yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya, seperti yang dikatakan oleh shahih Imam Haromain berkata ” Orang yang membaca Al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, namun dia telah meninggalkan sesuatu yang utama”.(At-Tibyan, hal. 58-59)

3. Membaca Al Qur'an di tempat yang bersih seperti masjid, dsb.

4. Menghadap kiblat.

5. Membaca ta'awudz (A'udzu billahi minas-syaithonirrajiim) ketika mulai membaca Al Qur'an.
Dalam firman Allah SWT yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)

6. Membaca basmalah (Bismillahirrahmaanirrahiim) di permulaan tiap surat kecuali surat At Taubah.

7. Khusyu' dan teliti pada setiap ayat yang dibaca.
Firman Allah Ta'ala: (Apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an
ataukah hati mereka terkunci)
( Surat Muhammad: ayat 24 )

Firman Allah Ta'ala: (Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya ....)
( Surat Shaad: ayat 29 )

8. Memperindah, melagukan dan memerdukan suara dalam membaca Al Qur'an.
Firman Allah Ta'ala: (.....dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan)
( Surat Al Muzzammil: ayat 4 )

Dari Abu Hurairah ra. berkata; Rasulullah saw. bersabda,"Bukan dari golongan kita orang-orang yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Qur'an."
( Riwayat Bukhari )

Dari Abu Hurairah ra. juga, bahawa beliau berkata; Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak mengizinkan sesuatu seperti yang Dia izinkan kepada seorang nabi yang bagus suaranya, di mana beliau melagukan Al Qur'an dengan keras."
( Riwayat Bukhari & Muslim )

9. Pelan dan tidak tergesa-gesa dalam membaca Al Qur'an.
Dari Abi Wail dari Abdullah berkata: Pada waktu pagi kami pergi kepada Abdullah, dia berkata; Seseorang telah berkata: "Aku telah membaca satu mufasshal (seperempat Al Qur'an) tadi malam", Abdullah berkata: "Secepat itukah seperti orang membaca syair?, sesungguhnya aku mendengar bacaan dan aku menghafal beberapa pasang ayat yang dibaca Rasulullah saw. yaitu sebanyak delapan belas dari mufasshal dan ada dua dari Alif Laam Haa Miim."
( Riwayat Bukhari )

10. Memperhatikan bacaan (yang panjang dipanjangkan dan yang pendek dipendekkan).
Dari Qatadah ra. berkata; Aku bertanya kepada Anas bin Malik ra. tentang bacaan Rasulullah saw. Anas menjawab: Beliau memanjangkan yang panjang (Mad)."

Pada riwayat lain: Anas membaca 'Bismillaahirrahmaanirrahiim' dia memanjangkan 'Bismillaah', dan memanjangkan 'ar-rahmaan' dan memanjangkan 'ar-rahiim' Dari Ummu Salamah ra. bahwa dia menggambarkan bacaan Rasulullah saw. seperti membaca sambil menafsirkan; satu huruf, satu huruf.
(Riwayat Abu Daud, Tirmizi, Nasai'e. Tirmizi berkata: hadits ini hasan
sahih)

Allah berfirman: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (QS Al-Muzzammil 73:4)
 
11. Berhenti untuk berdoa ketika membaca ayat rahmat dan ayat azab.
Dari Huzaifah ra. ia berkata; Pada suatu malam aku shalat bersama Nabi Muhammad saw., beliau membaca surat Al Baqarah kemudian An Nisaa' kemudian Ali 'Imran. Beliau membaca perlahan-lahan, apabila sampai pada ayat tasbih beliau bertasbih, dan apabila sampai pada ayat permohonan beliau memohon, dan apabila sampai pada ayat ta'awudz (mohon perlindungan) beliau mohon perlindungan.
( Riwayat Muslim )

12. Menangis, sedih dan terharu ketika membaca Al Qur'an.
Allah berfirman: (Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui(dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)
( surah Al Maidah - ayat 83 )

Allah Ta'ala berfirman:(Katakanlah, "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur sambil bersujud),
(dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan kami;sesungguhnya janji
Tuhan kami pasti dipenuhi")

(Dan mereka menyungkur sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk)

( Surat Al Israa': ayat 107 - 109 )

13. Sujud tilawah, bila bertemu ayat sajdah.
Disahkan dari Umar ra. bahawa ia membaca surat An Nahl di atas mimbar pada hari Jum'at sampai ketika membaca ayat sujud beliau turun dan sujud, begitu juga orang-orang yang lain ikut sujud bersama beliau. Dan ketika datang Jum'at berikutnya ia membaca surat tersebut dan ketika sampai pada ayat sujud ia berkata,"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kita melalui ayat sujud barangsiapa yang sujud, maka ia telah mendapat pahala, dan barangsiapa yang tidak sujud, maka tiada dosa baginya." dan Umar ra. tidak sujud.
( Riwayat Bukhari )

14. Suara tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan.
Allah berfirman: (....dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya)
( surah Al Isra' - ayat 110 )

Dari 'Uqbah bin Amir ra. berakata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang membaca Al Qur'an dengan suara keras seperti orang yang bersedekah secara terang-terangan dan orang yang membaca Al Qur'an secara perlahan seperti orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi.
( Riawayat Abu Daud dan Tirmizi dan An Nasa'i )
( Tirmizi berkata: Hadis ini hasan )

15. Menghindari tawa, canda dan bicara saat membaca.
Allah berfirman: (Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat)
( Surah Al A'raaf - ayat 204 )

Janganlah memutuskan bacaan Al-Quran sembarangan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain atau memenuhi hajat yang tidak mendesak. Tetapi hentikanlah bacaan sampai pada batas ayat yang sempurna dan tidak termasuk sebagai waqaf qabih.

16. Apabila Al Qur'an sudah dibacakan dengan bacaan (qiraat) tertentu, maka etisnya supaya megikuti bacaan tersebut selama masih dalam satu majlis.

17. Membaca menurut tertib mushaf. 
Para ulama berkata: “Pendapat yang lebih terpilih adalah membaca menurut tertib Mushaf, maka dia baca Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali Imran, dan seterusnya. Kecuali sesuatu yang telah ditentukan dalam syarak yang merupakan pengecualian, seperti sembahyang Hari Raya, shalat dhuha dan lainnya.

18. Memperbanyak membaca Al Qur'an dan mengkhatamkannya (menamatkannya).
Dari Abdullah bin 'Amr berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah Al Qur'an dalam waktu satu bulan", Aku menjawab, "Saya mampu," Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah ia dalam waktu sepuluh hari", Aku menjawab, "Saya mampu." Rasulullah saw. bersabda lagi, "Bacalah ia dalam waktu tujuh hari dan jangan lebih dari itu."
( Riwayat Bukhari dan Muslim )

Rasulullah SAW dalam sabda mengatakan “Siapa saja yang membaca Al-Quran sampai selesai (Khatam) kurang dari 3 hari, berarti dia tidak memahami”. (HR. Ahmad dan para penyusun kitab-kitab Sunan)