Total Pageviews

Friday, November 29, 2013

Dhuha = Sedekah




Waktu Shalat dhuha
Telah terjadi perbedaan dikalangan fuqaha didalam batasan shalat dhuha secara umum. Jumhur ulama berpendapat bahwa waktu shalat dhuha dimulai dari ketika matahari mulai meninggi hingga sedikit sebelum tergelincir selama belum masuk waktu yang dilarang.
Imam Nawawi didalam “ar Raudhah” mengatakan, "Para sahabat kami (madzhab Syafi’i) berpendapat, waktu shalat dhuha berawal dari terbit matahari dan dianjurkan agar mengakhirkannya hingga ia meninggi.”

Hal itu ditunjukkan oleh riwayat Imam Ahmad dari Abu Murrah ath Thoifi berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kalian lemah dari melaksanakan empat rakaat dari permulaan siangmu yang akan mencukupkanmu di akhir siangnya."

Namun al Adzra’i berpendapat bahwa apa yang dinukil itu dari para sahabatnya (madzhab Syafi’i) itu tedapat catatan, yang terkenal dari pendapat pertama mereka “yaitu pendapat jumhur” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730)

Dengan demikian waktu shalat dhuha dimulai kira-kira sejak maahari mulai naik kira-kira sepenggalah hingga sedikit sebelum masuknya waktu zhuhur atau sekitar 15 menit setelah waktu syuruq hingga 15 menit sebelum masuk waktu zhuhur.

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha
Adapun tentang rakaatnya maka tidak ada perbedaan dikalangan fuqaha yang mengatakan sunnahnya shalat dhuha berpendapat bahwa paling sedikit rakaat shalat dhuha adalah dua rakaat.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahi munkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha."

Namun terjadi perbedaan dikalangan mereka tentang maksimal rakaatnya :
Para ulama Maliki dan Hambali berpendapat bahwa maksimal rakaat shalat dhuha adalah delapan rakaat berdasarkan riwayat Ummu Hani’ bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan Makkah, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam shalat delapan raka’at" seraya menjelaskan, "Aku belum pernah sekalipun melihat Beliau melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun Beliau tetap menyempurnakan ruku’ dan sujudnya."

Para ulama Maliki ini juga menegaskan makruh melebihkan dari delapan rakaat jika seseorang meniatkan shalat dhuha bukan niat sunnah mutlak. Mereka juga menyebutkan bahwa yang paling moderat dari shalat dhuha adalah enam rakaat.

Sedangkan para ulama Hanafi dan Syafi’i —pendapat yang marjuh— serta Ahmad —dalam satu riwayat darinya— bahwa maksimal dari shalat dhuhah adalah dua belas rakaat, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan an Nasa’I dengan sanadnya yang didalamnya terdapat kelemahan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua belas rakaat maka Allah (akan) membangunkan baginya istana dari emas di surga.” Ibnu Abidin menukil dari “Syarh al Maniyah” dan menegaskan bahwa hadits lemah bisa diamalkan didalam perkara-perkara keutamaan.

Al Hashkafi dari kalangan Hanafi menukil dari ‘adz Dzakha’ir al Asyraqiyah” menyebutkan bahwa yang moderat adalah delapan rakaat dan inilah yang paling utama, berdasarkan perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan tentang maksimalnya hanyalah melalui perkataaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam saja.

Adapun dikalangan para ulama Syafi’i telah terjadi perbedaan didalam berbagai ungkapan mereka tentang maksimal rakaat shalat dhuha. Imam Nawawi didalam “al Minhaj” menyebutkan bahwa maksimalnya adalah dua belas rakaat sementara dia menyalahinya didalam kitab “Syarh al Muhadzab”, dia menyebutkan dari kebanyakan ulama bahwa maksimal adalah delapan rakaat. Beliau menyebutkan juga didalam “Raudhah ath Thalibin” bahwa yang paling utama adalah delapan rakaat sedangkan maksimalnya adalah dua belas rakaat dengan mengucapkan salam di setiap dua rakaat.” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730 – 9731)

Doa Khusus Pada Shalat Dhuha
Tidak ada doa-doa khusus pada shala dhuha. Dibolehkan bagi setiap muslim untuk berdoa dengan doa-doa yang dikehendakinya selama tidak ada dosa didalamnya dan memutuskan silaturahim baik doa-doa yang matsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau doa-doa yang mudah bagi dirinya. Akan tetapi doa yang matsur lebih utama jika ia hafal. (Markaz al Fatwa No. 65406)

Shalat Isyraq
Para ulama menyamakan antara shalat isyraq dengan shalat dhuha. Meksipun ada yang sedikit membedakan diantara keduanya yaitu jika shalat itu dikerjakan diawal waktu yaitu ketika matahari mulai terangkat kira-kira sepenggalah maka ia disebut shalat isyraq sedangkan jika dikerjakan di tengah-tengah atau akhir waktu maka ia disebut shalat dhuha.

Wallahu A’lam




Friday is Happy Day

Kalo di kantor, hari jumat merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu. Kenapa begitu? Untuk sebagian orang, khususnya seperti pegawai BUMN, jumat adalah hari terakhir ngantor. Besoknya liburan, waktu kumpul keluarga. Sungguh menyenangkan menyambut hari jumat. On the other hand, ada juga yang bersemangat akan datangnya hari jumat karena mereka mau pulang kampung. Maklum beberapa teman kantor adalah perantau, berjuang mencari nafkah bagi keluarga walaupun jauh dari sanaknya.

Sekedar sharing beberapa keutamaan hari jumat bagi umat Muslim. Semoga bermanfaat. 


Thursday, November 28, 2013

Anak laki-laki



Teringat kejadian semalam (27 November 2013), masih sibuk dengan hape, sibuk LINE-nan dengan si Sarah Putri Utami & berlanjut ke Erika Sari. Tak terasa hari sudah malam, tak terasa kegiatan Futsal suamiku sudah mau selesai. Tiba-tiba terdengar seruan-seruan di belakangku, di dalam lokasi 'ring' futsal. Awalnya hanya beberapa, dan segera menjadi banyak. Awalnya dua orang perang mulut, dilanjutkan dengan aksi pukul memukul dan diikuti teman-temannya, jadilah segerombolan anak-anak muda (laki-laki, usia SMA atau kuliahan) saling bergelut. Terlihat seorang anak laki-laki yang dikeroyok oleh banyak anak laki-laki lain. Sungguh kejadian yang tidak mengenakkan sama sekali. Peristiwa yang sangat tidak terbayangkan ataupun aku inginkan.

Malam itu aku menjadi saksi perseteruan remaja-remaja tanggung itu. "Ya Allah", jeritku tertahan. Istighfar kuat ku kumandangkan, namun seperti tanpa arti sama sekali. Mereka tetap sibuk dengan aktivitas mereka, mereka tetap asyik dengan kegiatan saling tinju mereka.

Kembali aku ucapkan kata "Astaghfirullah" yang langsung diikuti dengan teriakan suamiku yang mengatakan "Berhenti". Kata tegas yang dilantangkan oleh suamiku demi menghentikan perseteruan di depanku. Disambut lagi dengan ucapan yang sama yang keluar dari mulut teman sekantor kami.

Aku antara kaget, tidak percaya, tidak tahu mau berbuat apa, hanya berisyarat agar mereka dilerai. Namun, seperti kalah jumlah aku, seperti tak ada yang mendengar, seperti tak ada yang menghiraukan. Mungkin karena aku perempuan, mungkin karena itu tontonan mengasyikan untuk kumpulan pemuda tanggung lainnya di sudut sana.

Suara marah suamiku dan teman kami tadi tak henti dilontarkan dengan maksud menenangkan remaja-remaja itu dari 'keasyikan' mereka. Aku yang rasa-rasanya hampir tidak pernah melihat kejadian seperti itu secara langsung, apalagi semalam aku menyaksikan 'acara' itu secara live dan tentunya free. Suara suamiku membuatku berpikir cepat, khawatir dia ikut berpartisipasi dalam adegan tinju tadi. Memikirkannya saja, langsung panaslah mataku, takut suamiku kenapa-kenapa.

Syukur alhamdulillah ada pria yang berhasil melerai remaja-remaja tadi. Mendungku tertahan, tak jadi menghitam, aksi 'turun hujan' pun urung ku lakukan. 

Keluarlah remaja-remaja tadi dari 'ring tinju' mereka (yang sebenarnya adalah area futsal), masih terdengar cek cok mereka namun nampaknya lebih tenang. Dinasehatilah mereka oleh rekan-rekan sekantorku, dikatakan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah mereka dengan baik-baik. Adalah satu remaja, yang korban pukul atau sasaran pukul tadi tidak mau ikut berdamai. Entah kesal, entah dia memang salah, akhirnya hanya teman-temannya yang lain saja yang bersalaman dengan kubu satunya.

'Acara' yang kupikir telah berakhir dengan aksi gencat senjata tadi ternyata tidak berakhir di situ, berlanjutlah ke tempat parkir.

Adalah seorang remaja yang menyuruh turun si korban (sasaran) pukul tadi dari tempat diboncengnya. Tak terlalu terdengar apa pembicaraan mereka karena jauh, tak terlihat juga ekspresi mereka karena gelapnya malam tanpa diterangi lampu di sekitar mereka. Dan terjadilah lagi babak kedua 'acara' tadi. Haduh, bersambung ternyata koyo sinetron wae, keluhku dalam hati.

Aku spontan menarik-narik suamiku, menunjukkannya adegan kedua cerita bersambung tadi. Tak jauh dari kami, ada laki-laki lain yang bukan dari pihak manapun (sepertinya) ikut teriak-teriak. Awalnya menyemangati anak-anak tadi untuk melanjutkan aksi mereka di tempat lain dan berakhir menjadi ketakutan karena perkelahian itu dekat dengan mobilnya, khawatir rusak mobilnya.

Segeralah suamiku mendekati tempat kedua 'acara' tadi. Mereka pun entah kenapa tiba-tiba saling menjauh, bubar. Selesailah 'film' seru tadi.

Sepulangnya kami dari tempat futsal tadi, berceritalah aku dengan suamiku terkait kejadian tadi. "Gimana kalo kita punya anak laki-laki ya, Pak?", kataku. 'Pertunjukkan' tadi seakan jadi warning atau sign buatku. Anak laki-laki biasanya emosinya lebih labil dibanding anak perempuan, apalagi yang seusia SMA itu. Tersinggung dikit, langsung 'gasak' aja. 

Semoga aku mampu mendidik anak laki-lakiku jikalau aku diberikan kepercayaan olehNya. Aamiin

Muslimah dan Hijab


Fenomena yang namanya Wanita itu sungguh tidak ada habis-habisnya. Kecantikannya, keindahannya, kemolekannya, keelokannya, sungguh akan jadi perbincangan yang tiada henti. Terbukti dengan tergelarnya begitu banyak kontes kecantikan. Menurut pikiran positifku, itu berarti wanita sangat berperan di dunia ini.

Wanita merupakan makhluk yang istimewa. Saking istimewanya, Islam sangat melindungi makhluk yang satu ini. Wanita atau yang biasa disebut muslimah dalam Islam, diwajibkan memakai hijab. Seperti mutiara di dalam kerang. Muslimah dijaga dengan sangat baik oleh Islam. Islam begitu menghargai sosok muslimah.

Fenomena kedua yang sedang membahana di mana-mana sekarang adalah soal hijab itu sendiri. Alhamdulillah saat ini hijab bukanlah sesuatu yang tabu. Hijab sudah ada di mana-mana. Tidak hanya di sekitaran masjid atau mushola. Hijab sudah bisa kita lihat di sekitar kita, di lingkungan rumah, di kantor-kantor, di bank, di rumah makan, dll.

Teman-teman, sepupu-sepupu, keponakan, ibu-ibu, nenek-nenek, para wanita muslim beramai-ramai memakai hijab. Sungguh peristiwa yang menyenangkan bukan? Para muslimah bangga menunjukkan identitas mereka. Para muslimah sibuk menutupi aurat mereka. Kejadian yang sangat menggembirakan dalam sejarah hidupku. Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al-Baqarah ayat 148).

Melihat saudari-saudariku sibuk berbenah diri dengan memakai hijab mereka merupakan suatu berkah untukku. Sesuatu yang patut disyukuri, sesuatu yang patut dibanggakan, sesuatu yang perlu kita apresiasi.

Sungguh tidaklah mudah menetapkan hati untuk memakai hijab. Banyak sekali godaannya, aku sendiri mengalaminya. Jadi aku tahu sebetul-betulnya keberanian seorang muslimah berhijab itu. Keputusan yang sangat pantas diacungi jempol. Malah perlu dikasih two thumbs up.

Hijab itu seperti perjalanan hidup. Memutuskan untuk mengenakannya seperti mendapat hidayahNya. Walaupun sudah jelas-jelas hijab itu wajib dikenakan, namun sekali lagi aku sampaikan bahwa istiqomah dengan hijab bukanlah sesuatu yang gampang.

Kalo lihat teman (cewek) pake hijab itu langsung aku salami, selamat-selamatin, puji-puji, buat heboh deh. Maksudnya buat nyemangatin si cewek ini tadi. Biar hijabnya bertahan selamanya. Hijabnya jadi bener. 

Si cewek itu juga pastinya seneng banget, perbuatan dia diterima dengan baik oleh lingkungannya. Tahu banget deh rasanya, pernah ngalamin juga (waktu kelas 2 SMA duluuuuu sekali) hihihi.

Balik ke fenomena hijab tadi, sekarang juga banyak muncul kejadian hijab-hijab modis. Padahal jelas-jelas di Al-qur'an itu gak ada tuh perintah pake hijab modis. Allah tidak memerintahkan muslimah memakai hijab buat terkenal lho. Allah itu sayang sama perempuan jadinya dilindungi pake hijab deh.

Hijab itu difungsikan sebagai pelindung, bukan pembungkus. Ada yang pake hijab tapi gak sampe menutupi dadanya, ada yang juga yang pake hijab tapi bajunya masih memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya. Ampuuuuuun deh. Pakai hijab tapi telanjang (Ada 2 macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian, HR. Muslim). Coba deh baca juga QS. Al-Ahzab ayat 59 dan QS. An-Nur ayat 31. Ditambah cari-cari info di buku atau tanya orang yang menurut kita lebih mengerti perihal hijab. 

Jangan lupa, saling menyemangati biar perjalanan hidupmu lebih berarti. Ingatkan saudarimu jika dia menyimpang. Sebaik-baiknya sahabat adalah yang mengingatkan (ketika sahabatnya salah).

Saudariku sayang, yang hijabnya belum sempurna, ayo kita sama-sama menyempurnakannya. Yang sudah sempurna, keep istiqomah dan syiarkan ya. Jangan berhenti di situ saja, masih banyak yang perlu dibenahi. Jadikan hidupmu berharga, tidak hanya untukmu sendiri, jadikan dirimu bernilai untuk orang-orang di sekitarmu.

Ubahlah dirimu sendiri dulu ketika kau ingin mengubah orang lain. Dengan begitu kau akan mengubah dunia.

^_^

Tuesday, November 26, 2013

Perjalanan Hijabku

Awal pertama aku memakai kerudung ketika aku duduk di kelas 2 SMA. Sungguh aku tak menyangka ucapanku waktu SMP yang hanya ucapan lepas semata terwujud. Kala itu aku berkata kepada sahabatku bahwa aku akan mengenakan hijab saat SMA. Ah, ucapan anak SMP yang tanpa pikir panjang yang ku ingat. benarkah kata orang itu? Bahwa ucapan adalah doa? Entahlah. Yang ku tahu, memang lisan itu sebaiknya tidak digunakan untuk menyakiti sesama. Lisan ini alangkah indahnya jika digunakan untuk menyanjung sahabat-sahabat kita, mengajak orang sekitar untuk lebih baik, memotivasi sekitar, begitu bermanfaat bukan? Membayangkannya saja sudah membuat hati senang, apalagi jika diterapkan. Mungkin setiap hari akan berbunga-bunga, hidup akan lebih baik.

Baiklah, kembali ke cerita berhijab saya. Kala itu aku dimotivasi oleh seorang muslimah bernama Sarah Putri Utami. Sarah adalah teman sekelas saya (XI IPA 2) SMAN 13 Palembang. dia pinter buat kartun gitu, aku pernah minta dibuatin satu. Masih ada sampai sekarang lho. Waktu itu, sekalian minta fotonya. Biar buat kenang-kenangan, buat nostalgia masa SMA suatu saat nanti. Ucapan sarah yang sangat ku ingat ketika itu "kamu cantik kalo pake jilbab", yah mungkin kurang pas tapi lebih kurang intinya seperti itu. Sarah bilang dia perhatiin kalo aku suka pake lengan tambahan (manset) kalo bajuku kurang panjang. Dia juga bilang kalo sepertinya aku berminat pake kain kudung. Deg, si sarah ini perhatian amat. Saya jadi malu hehe. Aku inget banget sarah bilang itu pas hari minggu, tanggalnya udah lupa. Kenapa aku bisa inget harinya? Soalnya tiap bulan SMAku dulu ada semacam ta'liman gitu. Waktu itu kami ta'liman di Asrama Haji Palembang. Pas itulah sarah mengucapkan kata-kata ajaib yang akhirnya membuat saya memakai hijab.

Sepulang acara sekolah itu, kebetulan mama pas di Palembang. Maklum mama sama papa gak tinggal serumah sama aku. Mereka kerja di daerah yang bernama Bayung Lencir. Pas banget kayaknya. Apa itu takdir Allah ya? gak tahulah. Singkat cerita, aku bilang ke mama kalo aku mau pake hijab. Maklum zamanku dulu rasa-rasanya belum banyak yang pake hijab kayak sekarang. Mama bilang boleh aja asalkan hijabnya gak dilepas. Hijab itu bukan buat main-main kata mama. Iya juga. Apa aku sanggup mempertahankan hijabku? Ya Allah, aku pengeeen banget pake hijab. Tolong bantuin ya Allah, semoga aku bisa memegang teguh niat suci berhijab ini. Aamiin.

Setelah menggenggam izin mama, esok harinya aku pake jilbab deh ke sekolah. Semua teman-teman pada heran. Habis bengong beberapa detik, semuanya langsung berhamburan ke arahku (yang berhamburan yang akhwat aja loh). Mereka ngucapin selamat lah, nanya-nanya apa motivasiku, sampai kata-kata "kok bisa lah" keluar, aduuuhh remaja tuh gitu yah. Ekspresinya itu loohh, kalo diingat-ingat muka-muka penasaran mereka ngegemesiiiin banget, kayak bayi. Hehe.

Aku yang pada dasarnya suka banget menceritakan apa aja ke teman-teman dengan senang hati meladeni pertanyaan-pertanyaan mereka. Habislah hari itu dengan jawaban-jawabanku dan tentu saja dengan pelajaran-pelajaran kami. Kan tadi ceritanya di sekolah.

Makin hari trending topic "wina berhijab" makin pudar. Kicauan-kicauan sudah berkurang karena mereka sudah puas dengan klarifikasi panjang langsung dari nara sumber. Bisik-bisik tetangga (maksudnya teman-teman) yang tidak terdengar lagi menyisakan perjuangan berhijabku sendiri.

Dari awal pake hijab cuma niat doang. Belum ada modal apa-apa lho. Gak kepikiran sama sekali besok-besok pake jilbab apa. Bukan masalah harus pake jilbab apa untuk nyocokin sama baju, tapi masalah jilbabnya aja gak punya banyak. Haduuuh, aku ini terlalu polos opo piye yo? Hehe.. Akhirnya pake jilbab yang tersedia aja, pas di ujung minggu pun kebingungan. Karena jilbab yang aku punya cuma 2 jadilah aku pinjam jilbab bibiku. Gak papa lah, jilbabnya belum sempurna. Belum sempurna yang menutup dada dan terlebih lagi belum sempurna hak milikku. Hahaha. Sing penting niatku baik :)

Terkadang sesuatu itu memang perlu dipaksakan. Kalo kemarin aku pikir panjang mau pake hijab saja, mungkin sampe sekarang malah gak pake jilbab. Jadi, nekat itu perlu (tapi buat yang baik-baik aja ya). Berangsur-angsur aku punya stok jilbab yang bisa buat ke sekolah dan keluar rumah maupun jalan-jalan. Terima kasih buat mama yang my stakeholder.. Hehe

Dari awal pake hijab aku sangat menggarisbawahi QS. An-Nur : 31 yang mengatakan bahwa kain kudung itu harus sampai dada. Meskipun sempat lupa aku dengan ayat itu. Ampunilah aku wahai Rabbku Yang Maha Pengampun. Selanjutnya aku akan ceritakan kisah kelupaanku itu.

Masa SMA selesai. Saatnya daftar-daftar ke perguruan tinggi. Aku pun mendaftar ke universitas negeri satu-satunya di Palembang. Maklum anak kesayangan, gak boleh keluar Sumatera. Hihihi. Sembari menunggu pengumuman lulus tidaknya aku ke universitas negeri itu, teman-teman nawarin iseng-iseng berhadiah ikut tes beasiswa dari salah satu BUMN di Indonesia. Alhamdulillah aku lulus keduanya (universitas negeri & BUMN). Aku pun memilih meringankan beban orang tua. Aku memilih BUMN itu. Alhamdulillah BUMN ini tidak melarang muslimah berhijab. Tadi sudah aku bilang di awal kan kalo pas zamanku hijab belum seramai saat ini. Mau foto untuk kelulusan aja sempat ada issue kalo harus buka jilbab. Horror kan? 

Balik lagi ke BUMN tadi, jadi selama masa prajabatan aku tetap kekeuh dengan hijabku. cuma aku juga lupa alasannya kenapa aku mengurangi hijabku dari sedada menjadi setengahnya. Mungkin waktu itu aku berpikir biar simple kali ya? Entahlah, aku lupa. Menyesal pun tiada guna. Nasi sudah menjadi bubur kata peribahasa.

Sebelum masa prajabatan berakhir aku dan teman seangkatan harus menjalani proses yang dinamakan on job training (OJT). Aku pun kebagian ditempatkan di provinsi Jambi. Sejak masih masa diklat, aku sangat ingin berdomisili di kota yang memiliki Sungai Batang Hari itu karena aku ingin dekat dengan orang tuaku. Bayung Lencir lebih dekat ke Jambi (sekitar 1,5 jam) daripada ke Palembang (sekitar 4 jam). ^_^

Sampai masa pengangkatan hijab tetap melekat padaku. Namun, masih setengah tadi. Tidak sampai setahun pengangkatan, aku bertemu laki-laki bernama Fajar Sumaryanto yang sekarang menjadi suamiku. Beliau ini sangat menginspirasiku. Beliau sangat membantu mengembalikanku ke hijab yang menutupi dada. :-*

Kurang lebih dua tahun aku dan suami di Jambi, kami dimutasikan ke Palembang. Setahun berjalan tanpa terasa. Memasuki tahun 2013 mulai bermunculan trend fashion berhijab yang semakin marak hingga saat ini. Para muslimah merasa sangat senang berhijab dan tetap terlihat cantik, termasuk aku. Kembali lagi aku melalui jalan berkelok tanpa aku sadari. Kan di dalam Al-quran hijab itu harus menutupi dada, kalo kerudungku tetap menutupi dada itu tetap dinamanakan syar'i dong, pikirku ketika itu. Apalagi ada slogan 'cantik dan syar'i'. Wah, pake hijab tapi gak kuno. Pake hijab tetap cantik dan tambahan alasan memotivasi muslimah memakai hijab. Sungguh godaannya sangat berat. Huff

Aku dengan muka luguku meyakinkan suami perihal tersebut. Suami yang masih ragu tidak dapat berkata apa-apa. Dan aku dengan cepatnya menganggap itu sebagai jawaban 'iya'. Ya Allah, sungguh jika dosaku itu Kau anggap termasuk dosa yang besar aku mohon ampunMu. Aku memohon belas kasihMu, memohon kata maafMu. T_T

Sejak launching hijab-hijab modis itu, aku ikutan mengoleksi buku-buku tutorial hijab cantik dan syar'i tadi. Ada perasaan mengganjal, hati kecilku merasa ada yang tidak benar dengan perbuatanku ini namun aku tidak tahu apa. The show must go on. Jadi ya dilanjut aja.

Beberapa bulan berjalan, Alhamdulillah Allah memberikan hidayahNya. Allah memberikan petunjukNya agar aku tidak terlampau jauh meninggalkanNya. Aku yang merasa masih sangat kurang pengetahuan tentang Islam, mencoba menggali lebih dalam. Aku add  akun-akun yang membahas tentang keislaman. Aku buka akun-akun teman yang menurutku sudah lebih paham akan Islam. Dan akhirnya Allah memberikan cahayaNya. Allah memperkenalkanku dengan buku Yuk Berhijab karya Ust. Felix Siauw dengan caraNya yang tak terduga. Kun faya kun

Selesai membaca buku tadi, meledaklah dadaku, panaslah mataku, rubuhlah badanku. Aku pun merasa sangat kecil. Rasa-rasanya pengetahuanku (tentang Islam) hanya setitik. "Kecil sekali hambaMu ini ya Rabb", teriakku dalam tangis tertahan. Sungguh Engkau-lah Yang Maha Besar, tiada tanding. Hamba seperti makhluk tak terlihat, tiada daya dan upaya kecuali kehendakMu. Permohonan ampun ku ucapkan, doa-doa ku panjatkan.

Tak lupa pula aku mohon maaf kepada suamiku, menghabiskan uang kami demi stylish hijab. Ku salami tangannya, ku ciumi, bertekuk lututlah aku di depannya, memohon kata maafnya, meminta ampunnya, menginginkan ridhanya lagi. dengan semua kesederhanaannya suamiku berkata bahwa dia memaafkanku. Dengan semua kemudahan yang dia miliki, dia berkata dia memberikan ampunnya. Ku tatap matanya, ku lihat mata bercahayanya, tanpa keterpaksaan dan tanpa beban. Alhamdulillah, lagi-lagi aku seperti teringat untuk bersyukur atas kado terindah dariNya berupa laki-laki pendamping hidupku.

Kapan-kapan pengen nulis tentang suamiku, agar dia tahu betapa besar pengaruhnya terhadapku. Mudah-mudahan segera bisa terealisasi.

Back to my writing, here i am now.

Kurang lebih 7 (tujuh) tahun sejak aku mulai berhijab, aku yang saat ini insyaAllah nambah ilmunya (tentang menutup aurat) dibanding awal pake jilbab dulu.


7 (tujuh) tahun waktu yang cukup panjang untuk menemukan arti berhijab. Bahwa niat berhijabku hanya karena Allah, hanya mengharapkan ridhaNya.

7 (tujuh) tahun yang lama bagiku, yang entah kebetulan atau takdirNya menunjukkanku the real hijab sebelum peringatan hari lahirku, ini sungguh membuatku surprised, menjadikannya kado terindah untukku. 

23 tahun sejak aku dilahirkan, aku menemukan 'hijab' yang sesuai dengan keinginanNya, kemauanNya, ketentuanNya.

Neyni Samosir (teman sekantor, bukan penganut Islam) berkata : "Tambah kelihatan muslimah kamu, Mbak". (Suatu ketika dia melihatku mengenakan hijab panjang nan lebar itu, beberapa waktu lalu, hari jumat 22 Nopember 2013)

"Alhamdulillah", sahutku.

Selanjutnya dia menanyakan usiaku dan langsung ku jawab, "InsyaAllah 01 Desember 2013 aku berumur 23 tahun."

Segera disahutnya jawabanku tadi, "Ya ampun Mbak, baru usia segitu kamu sudah menemukan pencarian Tuhanmu."

"InsyaAllah, aamiin, Alhamdulillah". tak henti-hentinya ku panjatkan syukurku. Semoga hijabku bisa berguna tidak hanya untukku tapi juga untuk orang-orang sekitarku (baca: menginspirasi), terutama sahabat-sahabat muslimahku.

Percakapan dengan Neyni memberikan motivasi tersendiri kepadaku.


Ketika datang waktu zuhur, aku pun memenuhi panggilanNya dan menuju ke mushola. Untuk ke mushola, aku harus sedikit berjalan keluar kantor. Sesaat setelah keluar kantor, bertiuplah angin. Biasanya hijabku yang sedada langsung bertiup dan menyingkap dadaku, namun kali ini berbeda. Hijab panjang nan lebarku tetap kokoh, hanya mengikuti arah angin tanpa terangkat. Sungguh saat itu aku melihat kebesaranNya atau juga hidayahNya. Segera ku sadari, mungkin inilah alasan muslimah-muslimah yang dulu ku lihat mengenakan hijab panjangnya hingga hampir menutup jemari mereka. Akhirnya ku temukan alasannya. Terima kasih untuk menunjukkanNya kepadaku ya Allah.

Semoga aku mampu mempertahankan hijabku hingga akhir hayatku, menjadikan hijab ini dakwahku, menjadikan hijab ini sebagai ungkapan cintaku, menjadikan hijab ini sebagai cambukku, pengingatku di kala ku lengah terhadapNya, dan last but not at least semoga hijab ini membantuku mencapai gelar bidadari surgaNya.

Aamiin :)