Total Pageviews

Friday, November 13, 2015

Bijaklah Mengenalkan Gadget pada Anak

Di zaman modern saat ini, bukan hal yang baru jika balita saja sudah pandai mengotak-atik gadget. Berikut dampak buruk membiarkan anak bermain handphone, tablet dan sejenisnya :

1. Merusak mata anak.
Handphone atau tablet yang berukuran kecil memaksa mata anak untuk fokus lebih banyak. Akibatnya mata anak jadi terganggu dan mengakibatkan anak harus menggunakan alat bantu penglihatan atau yang biasa kita sebut dengan kaca mata. Mungkin bagi dampak ini tidak terjadi begitu saja dan membutuhkan waktu lama untuk terealisasi, dengan kata lain dampak ini bisa saja dirasakan pada masa yang akan datang.

2. Mengacaukan sikap psikologis anak.
Alasan kedua ini saya saksikan sendiri, ketika anak saya tengah bermain dengan temannya.

Ceritanya mereka sedang bermain masak-masakan dan berlagak layaknya di restoran. Yesha berperan menjadi koki/pramusaji sedangkan temannya menjadi pelanggan.

Lalu, terjadilah percakapan kira-kira seperti ini :
Teman Yesha : "Saya pesan yang ini ya".
Yesha : "Baik".

Yesha berpura-pura mempersiapkan makanan yang dipesan temannya.

Beberapa saat kemudian, teman Yesha mengeluh.
Teman Yesha : "Mana pesanannya? Lama sekali pesanannya datang. Saya sudah lapar ini".
Yesha : "Sebentar ya, makanannya masih dimasak".
Teman Yesha : "Kalo pesanannya lama datangnya, pelanggannya nanti pergi lho". (dengan berlagak marah)

Saya langsung mengikutkan diri saya ke permainan mereka.
Saya : "xxxxx(nama anak), mainnya yang baik dong. Gak usah marah-marah".
Teman Yesha : "Hehe, gak kok. Aku cuma pura-pura aja, kayak di game yang ada di iPadku itu kayak gitu. Kalo kelamaan pesanannya datang, pelanggannya kabur".

Mendengar ucapan teman Yesha, aku berusaha menanggapi dengan hati-hati.
Saya : "Gak usah gitu, mainnya yang sopan aja. Yang jelek, gak usah diikuti".

-end-

Sejak Yesha lahir, aku dan suami sudah berkomitmen untuk tidak terlalu mengenalkannya pada gadget. Banyak alasan yang membuat kami memutuskan untuk mengambil keputusan itu. Namun, keputusan kami itu tidaklah mutlak. Terkadang kami menjelaskan kepada Yesha fungsi gadget dan mengajarkannya untuk bijak dalam menggunakannya.

Yesha juga pernah mempermasalahkan ketika dia melihat temannya sibuk bermain gadget (yang sepertinya memang sengaja dibelikan orang tua untuk anaknya), sedangkan dia tidak. Namun, kami meyakinkannya bahwa gadget bukanlah kebutuhan primernya saat ini. Yesha harus lebih fokus dalam belajar menyikapi kehidupan dengan baik. Karena pelajaran itu membutuhkan waktu yang panjang dan memberikan hasil yang lebih memuaskan, dibanding mempelajari dan mengaplikasikan gadget.

Buat para orang tua, jadikan teknologi sebagai sarana penunjang kreativitas anak. Bukan sebaliknya, menjadikan teknologi sebagai alat menurunkan harapan kita terhadap anak. Jika orang tua memang ingin mengenalkan anak pada teknologi melalui game yang ada pada gadget, maka sebaiknya orang tua memilihkan permainan seperti puzzle atau permainan yang mengasah otak lainnya. Hindari permainan yang melibatkan emosi.

Saya lebih memilih anak saya pandai bersikap, dibanding dia pandai bermain gadget tapi tidak tahu cara bersikap yang baik. Yang menyebabkan dia akan kesulitan berkomunikasi dengan sesamanya di kemudian hari, karena terlalu sibuk memperhatikan gadget


Saya bahkan rela membelikan Yesha kamera dengan harga terjangkau karena :
1. Dia tertarik dengan fotografi
2. Saya ingin dia fokus dengan minat fotografinya

Saya tidak membelikan/meminjamkan handphone saya karena saya khawatir fitur lain yang ada di handphone akan mengaburkan niat awal dia (ketertarikannya akan fotografi).

No comments: