Total Pageviews

Tuesday, September 23, 2014

IDE : Modifikasi Listrik Pintar

Tulisan ini sengaja saya buat untuk Perusahan tempat saya bekerja yaitu PT PLN (Persero) dan juga sebagai tiket untuk mengikuti kontes blog yang bertema #IdeKUUntukPLN, yang diadakan oleh PLN bekerja sama dengan www.blogdetik.com



Seperti yang kita ketahui semua bahwa PT PLN (Persero) adalah satu-satunya perusahan listrik milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. PLN masih menjadi milik pemerintah sesuai dengan bunyi Pasal 33 UUD 1945.

Produk hasil inovasi terbaru dari PLN saat ini adalah listrik pintar. Melalui listrik pintar, PLN menawarkan Kemudahan, Kebebasan dan Kenyamanan dalam mengendalikan sendiri penggunaan listrik sesuai kebutuhan dan kemampuan pelanggan.

Listrik pintar atau yang biasa disingkat lispin merupakan solusi isi ulang dari PLN, yang cara menggunakannya mirip seperti pulsa isi ulang pada telepon seluler. Yaitu pertama-tama pelanggan harus membeli pulsa (voucher/token) listrik isi ulang yang terdiri dari 20 digit nomor yang dapat diperoleh melalui gerai ATM sejumlah bank, melalui Alfamart, Indomaret, Pos Indonesia ataupun loket-loket pembayaran tagihan listrik online.

Kemudian 20 digit nomor tadi dimasukkan (diinput) ke dalam kWh Meter Khusus yang disebut dengan Meter Prabayar (MPB) dengan bantuan keypad yang sudah tersedia di MPB lalu tekan enter. Maka seketika akan tampil jumlah kWh yang telah kita beli.

Jika energi listrik yang tersimpan pada MPB sudah hampir habis, maka MPB akan memberi sinyal awal agar segera melakukan pengisian ulang. Jika hal ini tidak dilakukan hingga energi listrik benar-benar habis, maka rumah akan gelap gulita.

Dengan adanya lispin ini pelanggan dapat mengetahui secara persis penggunaan listrik di rumah secara real time, setiap saat atau kapan saja.

Jadi kendali penggunaan listrik sungguh di tangan pelanggan.

Dengan produk yang sudah begitu hebat saya sebagai pegawai dan juga sebagai pelanggan PLN tentunya mengharapkan sesuatu yang lebih luar biasa lagi dari satu-satunya perusahaan penyedia listrik di Indonesia tercinta ini.

Entah bagaimana cara persisnya, saya terkadang ingin agar pengendalian penggunaan listrik ini tidak hanya dapat dilihat pada saat di rumah tapi juga dapat diupdate di mana saja dan kapan saja. Contohnya seperti layaknya layanan mobile banking, saya harap saya dapat mengakses pemakaian listrik saya. 

Saya berandai-andai lispin dapat dibuat mobile application-nya, di mana ada menu-menu sebagai berikut :
1. Informasi atau status jumlah kWh terkini (kWh tersisa)
2. Pembelian kWh terakhir
3. Jumlah kWh yang telah dipakai baik dalam minggu maupun bulan, sehingga hal ini dapat membantu pelanggan dalam mengevaluasi penggunaan energi listriknya
4.  Pembelian pulsa/voucher/token isi ulang
5. Alarm/pengingat kWh yang hampir habis
6. Transfer pulsa/voucher/token isi ulang, maksudnya pulsa milik sendiri yang masih banyak dapat ditransfer ke pulsa milik orang lain yang dikehendaki

Setelah mobile application, akan lebih baik lagi jika pengendalian penggunaan listrik juga dapat diakses menggunakan fasilitas internet dengan alamat home www.pln.co.id. Contoh alamat web-nya www.pln.co.id/lispin. Dari situ kita dapat memilih menu-menu yang tersedia dengan pilihan kurang lebih seperti yang ada pada mobile application.

Dengan adanya aplikasi berbasis internet yang di-connect ke web PLN, maka akan banyak pelanggan secara tidak langsung membaca informasi yang terdapat dalam lama PLN. Dan hal itu juga secara tidak langsung membuat pelanggan lebih dekat maupun mengenal lebih dalam tentang PLN.

Baiklah, seperti itulah kira-kira sedikit IDE saya untuk perusahaan tempat saya mencari nafkah selama kurang lebih lima tahun ini.

Semoga PLN menjadi perusahaan yang lebih baik lagi, baik dalam hal pelayanan kepada pelanggan maupun dalam hal berinovasi.


Monday, September 22, 2014

Experiences in some Airlines

1. Garuda Indonesia
My first flight is with no. 1 Indonesia's airline. Tentunya maskapai ini tidak memang begitulah adanya, memang menjadi yang terbaik di antara maskapai lain. Selama terbang dengan Garuda Indonesia, saya mendapat pelayanan yang begitu baik. Pramugarinya ramah-ramah, senyum pramugarinya tak kunjung pudar sejak masuk pesawat hingga keluar dari pesawat. Selama dalam penerbangan pun saya disuguhkan makanan dan minuman gratis yang rasanya so yummy. Pada saat promo biasanya harga tiket penerbangan maskapai ini tidak berbeda jauh dengan maskapai lain. Perlu dicatat bahwa harga tiket Garuda Indonesia sudah termasuk Airport Tax. Untuk jadwal penerbangan pun maskapai ini termasuk maskapai yang tidak molor jam terbangnya. Biasanya penerbangan mengalami delay hanya karena faktor keamanan yaitu faktor cuaca yang tidak memungkinkan untuk terbang. Selebihnya biasanya saya tepat waktu jika menggunakan maskapai ini.

2. Lion Air
Jika di Jambi biasanya saya terbang dengan maskapai no. 1 di Indonesia karena harga tiket lion-garuda tidak beda jauh, maka keadaan berubah ketika saya pindah ke Palembang. Hal ini karena harga tiket lion air biasanya lebih murah dibandingkan dengan Garuda Indonesia. Sesuai dengan harga tiketnya yang murah, maka saya masih perlu merogoh kocek untuk membayar Airport Tax dan tidak ada pelayanan makanan-minuman gratis selama penerbangan. Untuk jadwal penerbangan biasanya maskapai ini sering delay, walaupun biasanya sebagai upah lelah menunggu delay ini saya diberikan camilan atau terkadang makanan berat namun hal tersebut tetap saja tidak menyenangkan. Biasanya waktu penerbangan yang tertera di tiket maskapai ini merupakan waktu boarding, maka saya biasanya terlambat sekitar 30 menit hingga 1 jam jika menggunakan maskapai ini. Namun biasanya juga saya tidak terburu-buru ketika memilih maskapai ini. Jika Garuda Indonesia biasanya tepat waktu pada saat penerbangan kapan pun atau pada waktu jam berapa pun, maka Lion Air yang paling tepat waktu dari Palembang adalah Lion Air penerbangan pertama.

3. Indonesia Air
Maskapai yang beroperasi dengan tujuan Palembang-Bandung langsung ini tidak berumur panjang. Maskapai ini hanya berhasil saya coba sekali untuk perjalanan Palembang-Bandung PP. Kemungkinan karena maskapai baru yang belum tersistem dengan baik, maka ketika itu saya mendapat tiket yang ditulis secara manual sedangkan untuk maskapai lain yang sudah tersistem dengan baik biasanya saya menerima tiket yang diprint dari komputer. Harga tiket penerbangan ini waktu itu tergolong murah dibanding dengan penerbangan saingannya Lion Air dengan tujuan yang sama namun harus transit dulu di Batam. Selama penerbangan juga tidak ada makanan & minuman gratis serta saya juga masih harus membayar Airport Tax. Pilot penerbangannya kala itu juga termasuk pilot handal (tidak banyak guncangan pada saat take off maupun landing). Sedangkan untuk Garuda/Lion saya untung-untungan mendapat pilot handal dan tidak (karena frekuensi penerbangan saya dengan kedua maskapai itu lebih banyak juga atau mungkin saat itu saya beruntung dapat pilot handal Indonesia Air).

4. Air Asia
Saya juga baru satu kali mencoba maskapai ini. Namun saya mengacungkan dua jempol untuk maskapai ini perihal waktu keberangkatan pesawat yang sangat tepat waktu. Jika di tiket saya tertulis waktu sekian untuk keberangkatan maka pada waktu itu juga pesawat akan take off. Perlu diingat ini adalah waktu take off  bukan boarding. Jadi waktu itu saya boarding 30 menit sebelum keberangkatan. Karena terbiasanya dengan maskapai yang tidak setepat waktu ini, kala itu saya hampir ketinggalan penerbangan ini karena menganggap sepele maskapai ini dan juga karena speaker di Terminal 3 yang tidak begitu baik. Namun saya juga sedikit waspada dengan memperhatikan jadwal penerbangan di layar televisi yang biasanya dipasang di bandara. Saya sedikit kaget karena di layar itu tertulis last call untuk penerbangan saya ke Jogja. Saya segera tanya ke petugas bandara. Lalu saya diarahkan ke petugas Air Asia. Masih 10 langkah dari petugas itu, petugasnya teriak teriak Jogja-Jogjakarta. Alhamdulillah masih sempat.

5. Tiger Air by Mandala
Maskapai ini juga tidak bertahan lama beroperasi dengan tujuan Palembang-Jogjakarta langsung tanpa transit. Harga tiketnya juga sangat terjangkau. Fasilitas yang diberikan hanya penerbangan, tidak ada snack maupun free Airport Tax. Awalnya pergi ke Jogja dengan penerbangan ini tidak ada masalah, namun ketika akan kembali ke Palembang saya menghadapi delay yang lumayan melelahkan. Tapi setidaknya waktu itu saya bisa menikmati Blue Sky Lounge Bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Menunggu pun menjadi menyenangkan.

6. Citilink
Maskapai yang katanya merupakan anak perusahaan Garuda Indonesia ini juga sempat aku cicipi sekali. Baru saja, Juli 2014 sebelum Lebaran Idul Fitri. Setelah 2 tahun tidak berlebaran di Jogja, dikarenakan harga tiket pulang lebaran sangat mahal, alhamdulillah bisa berlebaran kembali di Kota Gudeg. Ketika itu aku mengambil rute Palembang-Halim-Jogja. Karena maskapai inilah aku bisa mengunjungi Bandara Halim Perdana Kusuma. Bandara yang tidak beda jauh fasilitasnya dengan Bandara Husein Sastranegara (Bandung). So simple. Harga tiket Citilink sudah termasuk Airport Tax namun tidak termasuk free snack. Pengalaman selama penerbangan pun agak mengkhawatirkan karena ketika pesawat melebarkan sayapnya terdengar bunyi krek krek seperti besi reot. Alhamdulillah touch down di Jogja dengan selamat. Menyenangkan mendapat pengalaman baru namun sedikit seram juga.

Pengalaman kedua naik maskapai ini tanggal 01 Februari 2015, dikarenakan pulang ke Jogja dadakan, maka kembali ke Palembang juga dadakan. Dan dapatlah tiket harga terjangkau dengan maskapai ini. Pengalaman kedua ini tidak terlalu menyeramkan. Pesawat yang digunakan lebih baik dan penempatan duduk pun lebih menyenangkan alias dapet tempat duduk agak depan. Jenjang waktu yang cukup panjang sambil menunggu transit ketika itu, kami isi dengan bertemu dengan keluarga di Jakarta.

7. Cathay Pasific
Alhamdulillah akhirnya bisa merasakan pengalaman luar biasa keluar negeri menggunakan maskapai (yang katanya) paling mahal. Aku baru tahu setelah pulang dan ada teman yang bilang gitu. Haha. Mungkin saja. Sangat menyenangkan. Selama penerbangan domestik biasanya aku mendengar dua bahasa (Inggris-Indonesia), tapi di penerbangan internasional maskapai ini menggunakan tiga bahasa sekaligus, yaitu Inggris, Indonesia dan satunya lagi aku tidak tahu pasti, mungkin Mandarin atau sejenisnya. Pelayanan selama penerbangan pun jangan ditanya, sangat mengagumkan. Pramugari/pramugara mana pun yang melayani sama menyenangkannya. Ketika dilayani oleh Pramugari Indonesia maka selama penerbangan pun terasa di rumah sendiri. Dan ketika dilayani oleh Pramugari/pramugara lain maka itulah kesempatan mempraktekkan Bahasa Inggrisku yang cetek. Hehe. Selama penerbangan ini aku disuguhi makanan berat, mungkin karena waktu penerbangan yang panjang. Sebelum menyuguhi makanan, pramugarinya menanyakan aku mau makan apa. Dan sebagai seorang Muslim, aku tidak bisa banyak memilih, aku hanya mengatakan ingin makanan muslim. Maka akan datanglah makanan khusus untuk pemeluk Islam (Moslem Meal seperti yang tertulis pada kotak makan). Rasa makanannya juga tergolong lezat. 

Pada saat akan ke Jepang, aku harus transit ke Hongkong dan menunggu selama lima jam sebelum pesawat berikutnya ke Fukuoka, Jepang. Perjalanan Jakarta-Hongkong ditempuh menggunakan pesawat Cathay Pasific. Sedangkan perjalanan Hongkong-Fukuoka ditempuh menggunakan pesawat Dragon Air (mungkin kerja sama dengan Cathay Pasific). 

Berbeda dengan pada saat berangkat, rute perjalanan pulang menjadi sangat berbeda. Hal ini tidak aku ketahui sebelumnya. Jadilah aku harus terbang dari Fukuoka ke Taipei, menunggu selama 45 menit lalu melanjutkan penerbangan dengan pesawat yang sama dari Taipei ke Hongkong. Setiba di Hongkong, aku langsung disambut oleh pramugari Cathay yang bilang kalo aku harus segera ke pesawat yang menunju Jakarta dikarenakan waktu yang sudah mepet. Ya, akibat transit di Taipei waktu penerbangan pun menjadi tumpang tindih dengan penerbangan terakhir ke Jakarta. Aku pun harus berlari-lari demi mengejar pesawat. Tanpa rasa berdosa pun pramugari Cathay hanya bisa bilang 'hurry up Jakarta'. Ada rasa dongkol dalam hatiku. Tapi aku pun hanya bisa mengikuti perintah pramugari itu. Setelah keadaan yang serba terburu-buru tadi akhirnya sampai di pesawat yang akan mengantarkanku ke Jakarta. Huff. Ngos-ngosan, capek, segera aku memanggil pramugara yang kebetulan lewat sambil bilang "Do you have some water, please?" Hauslah, habis lari-lari plus gendong Yesha.

Oh ya, fasilitas di pesawat ini juga 'waahhh' banget. Kamu bisa nonton, mendengarkan musik dll dengan benda berbentuk seperti iPad (touch screen, of course) mirip dengan yang ada di Garuda Indonesia. Plus tambahan fasilitas charger serta tempat makanan yang lebih bagus. Hehe.

Perjalanan yang panjang tidak membuat sakit telinga lho. Sepertinya peredam di dalam pesawat ini jauh lebih baik bahkan jika dibandingkan dengan milik maskapai no. 1 Indonesia. Padahal aku selalu dapat di belakang sayap yang biasanya jika naik maskapai Indonesia pasti pengen cepat-cepat mendarat. Hihi.

8. Sriwijaya Air
Setelah lama menunggu, akhirnya bisa juga nyoba Airline satu ini plus dibayar sama kantor pula. Bonus plus plus hehe. Singkat cerita, pengalaman naik maskapai ini tergolong menyenangkan. Selain jadwal delay yang tidak mundur sejak pemberitahuan keterlambatan awal, proses take off  juga berjalan dengan mulus. Fasilitas snack selama perjalanan juga lumayan dan katalog belanja selama di pesawat juga termasuk murah. Hanya saja pada saat proses landing di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang terjadi guncangan seperti saat naik kuda (padahal belum pernah naik kuda hehe). Entah karena pilot atau masalah landasan, wallahu alam. Overall, it's fun to fly with this airline. Alhamdulillah penantian yang tidak sia-sia.

9. Nam Air
Alhamdulillah 29 Januari 2015 kemarin, dengan rencana dadakan bisa ke Jogja nyobain maskapai ini. Dikarenakan maskapai ini bekerja sama dengan Sriwijaya Air, maka menurutku fasilitas dan pelayanannya tidak berbeda jauh dengan 'ibu'-nya itu. Bahkan pesawat yang aku naiki waktu itu judulnya Sriwijaya Air, hanya kertas 'bekal'-nya yang bertuliskan Nam Air.

Begitulah sekelumit tentang beberapa perjalanan penerbanganku. Lagi-lagi masih ada beberapa penerbangan yang harus dicoba pelayanannya. Semoga mendapat pengalaman yang lebih baik lagi. Aamiin.