Total Pageviews

Monday, December 14, 2015

Motivasi Belajar Yesha

Dari usia 2 tahun 2 bulan, Yesha sudah kami masukkan ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Saya dan suami mengambil keputusan itu karena kami melihat Yesha sudah bosan di rumah. Yesha merasa bingung mengeksplorasi bagian rumah yang mana lagi. Jadilah kami mengambil keputusan menyekolah Yesha.

Kami pun mencarikan sekolah berbasis Islam untuk Yesha. Kami juga menjelaskan pada gurunya agar Yesha tidak dipaksa untuk belajar. Biarkan Yesha bermain sepuasnya, karena niat kami menyekolahkan Yesha bukan untuk membuat Yesha bisa segera membaca ataupun berhitung. Kami hanya ingin Yesha mempunyai tempat eksplorasi lain, sekaligus tempat Yesha diajarkan kebiasaan yang baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa usia Yesha ketika itu tidaklah tepat untuk dipaksa  memahami alfabet ataupun angka-angka yang akan berakibat fatal pada masa yang akan datang. Saat itu, kami lebih menitikberatkan edukasi tentang pembiasaan dan cara bersosialisasi yang baik kepada Yesha. Alhasil, Yesha pun nyaman di sekolah, bahkan pada saat sakit pun dia sangat menyayangkan jika tidak bisa bersekolah.

Tahun berganti, kami pindah rumah. Dan kami mencarikan sekolah baru yang tetap berbasis Islam untuk Yesha. Alhamdulillah ketemu.

Yesha cepat beradaptasi dan merasa nyaman di sekolah baru. Dari sudut pandang tentang mata pelajaran, Yesha tidak banyak berkembang hingga usianya mencapai 4 (empat) tahun. Namun, dari sisi pemahaman hidup Yesha sudah sangat meningkat.

Kami pun hingga saat ini tidak memaksakan Yesha untuk memahami semua pelajaran sekolah. Namun, ketika pembagian report kenaikan kelas, dia menemukan motivasi belajarnya sendiri. Dia melihat beberapa temannya mendapat Piala dari sekolah dan dia segera bertanya, "Bu, piala Yesha mana? Kok Yesha gak dapat piala. Yesha mau piala, Bu."

Aku pun segera memutar otak, memilih kata-kata sederhana agar Yesha mudah memahami penjelasanku. "Maaf ya Nak, Yesha belum bisa dapat piala. Teman-teman Yesha yang dapat piala itu karena teman-teman Yesha sudah bisa memahami pelajaran yang disampaikan Bunda (maksudnya guru)", jelasku. "Gak papalah, Nak. Yang penting itu Yesha jadi anak soleha".

Obrolan kami pun berlanjut.
Yesha : "Tapi Yesha pengen dapet piala, Bu". (sambil merengek)
Aku : "Kalo Yesha pengen dapet piala, Yesha harus belajar. Yesha harus bisa semua yang diajarin Bunda. Yesha harus berusaha ya, Nak".

Sejak saat itu, Yesha seperti menemukan motivasi terbesarnya yaitu untuk mendapatkan piala.

Peringatan Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1437 H, sekolah Yesha mengadakan lomba membaca Surat Al-Fatihah, do'a sebelum & sesudah makan, serta lomba busana muslim.

Yesha pun berlatih setiap hari untuk lomba membaca surat dan do'a. Kami pun fokus membantunya dengan mendengarkan dan mengkoreksi bacaannya.

Beberapa hari sebelum lomba, Yesha tiba-tiba membujuk, "Bu, nanti ibu datang ya ke acara lomba sekolah".

Aku yang heran pun langsung bertanya balik, "Memangnya kenapa, Sayang?"

"Yesha pengen ibu datang", balas Yesha.

Aku pun langsung mendiskusikan dengan suami dan kami memutuskan untuk hadir.

Hari lomba pun tiba. Tibalah giliran Yesha tampil. Air mataku hampir saja tidak terbendung karena haru, mendengar Yesha melantunkan Surat Pembuka dalam Kitab Suci kami itu. Tanganku sedikit bergetar karena isak yang mau meledak, menyaksikan Yesha mengumandangkan surat pertama yang ada di Al-Qur'an itu.

Air mataku masih menggunung di ujung mataku, ketika Yesha selesai mengucapkan salam, tanda selesai tampil. Dia pun langsung berlari ke arahku dan memelukku. Aku pun tak henti-henti meninggikannya, mengucap "Ibu bangga sama Yesha".

Yesha pun memelukku tambah erat. 

Kejadian itu makin bertambah haru ketika pengumuman, nama Yesha disebutkan sebagai Juara 2. Dia gembira bukan main.

Kembali memelukku setelah menerima piala. "Ibu, Yesha dapat piala".

"Alhamdulillah, Nak. Itu balasan karena Yesha rajin berlatih".

Motivasi itu masih membara di dalam tubuh Yesha. Pada pembagian report mid semester, awal bulan November kemarin, Yesha mendapatkan bintang kelas pertama. Dia pun super bangga menunjukkan bintang merah bertuliskan angka 1 (satu) kepada kami, sambil menyerahkan laporannya.



No comments: