Total Pageviews

Tuesday, December 31, 2013

Cinta

Cinta...
Entah apa arti cinta menurut kalian

Bagiku,,,
Cinta adalah air mata yang keluar ketika melihatnya terluka
Air mata yang tak sengaja ku teteskan seakan aku yang kesakitan
Bulir air mata yang mengalir spontan tanpa dapat ku hentikan

Bagiku,,,
Cinta adalah doa yang ku panjat ketika dia tak berada di dekat
Mantra-mantra yang ku kirimkan sebagai ganti penjagaan
Komat kamit gerakan mulut sebagai ganti peluk

Bagiku,,,
Cinta adalah kamu
Kamu yang biasa namun selalu berusaha untuk menjadi luar biasa
Kamu yang selalu ada di kala ku tak kuasa


Tuesday, December 24, 2013

Tulisan Pertama dimuat di Buku Saatnya Hati Bicara 2


Tanggal 23 Desember 2013 sore hari sebelum pulang kantor, saya sempatkan membaca kembali email kantor saya. Saya selalu tertarik dengan Newsletter yang dikeluarkan oleh PLN Kita. Kali ini judulnya pun membuat saya semakin bersemangat membacanya "Saatnya Hati Bicara 2 diluncurkan". Ketika attachment saya buka, munculah tanda bulat berputar, loading. Saya pun memutuskan sholat ashar terlebih dahulu sembari menunggu seluruh lampiran email terbuka dan dapat dibaca dengan baik.

*
Sebelumnya PLN Kita pernah mengirimkan email perihal ancang-ancang tentang buku ini. Semua pegawai PLN dapat mengirimkan tulisannya tentang pengalaman pribadi menolak gratifikasi sebelum waktu yang ditentukan.

Saya pun ikut berpartisipasi mengirimkan tulisan saya via email. Beberapa hari kemudian email saya dibalas yang isinya kurang lebih ucapan terima kasih karena telah ikut menyumbang tulisan. Selanjutnya tidak ada pemberitahuan lebih lanjut apakah tulisan saya akan ikut dibukukan atau tidak.

*
Selesai sholat rupanya suami saya sudah menunggu di depan ruangan mengajak pulang. Segera saya kembali ke ruangan untuk bersiap-siap, saya membereskan peralatan kantor, menutup window yang dibuka setelah mengklik perintah save. Saya putuskan melanjutkan pekerjaan saya keesokan harinya. 

Seketika jantung saya berdetak, teringat dengan email yang sangat ingin saya buka dari tadi. Sekarang semua sudah dapat dibaca, loading telah berlalu. Dengan deg-degan saya buka Newsletter yang dibuat dalam format PDF itu. Saya mencoba searching nama saya dengan menekan tombol Ctrl + F pada keyboard saya. Kemudian saya ketikkan nama "wina".

Awalnya saya temukan nama "Wina Karlina" di daftar isinya. "Yaaahh", sepertinya tulisan saya tidak masuk. Kemudian saya membaca nama di bawahnya. Wina Indah Pratami. Benar itu nama saya. Judul tulisan "Karena suami saya tidak ridho". Perasaan judulnya kemarin bukan itu yang saya buat, batin saya. Saya segera melihat halaman tulisan lengkapnya. Saya baca sepintas dan benar, itu tulisan saya. Sebagian besarnya sih, sudah diedit sebagian.

Rasanya seperti mendapat kejutan spesial, hadiah terbaik sore itu. Saya segera mencetak lengkap tulisan saya. Kemudian komputer saya matikan dan bergegas menuju parkiran mobil. Tak sabar ingin menunjukkan karya pertama saya pada suami.

Saking tidak sabarnya, saya berlari-lari ke kecil ke mobil. Dengan sedikit ngos-ngosan saya minta maaf dengan suami saya. Spontan suami saya bingung. Saya langsung menyerahkan lembaran-lembaran kertas yang tadi saya print. Suami saya membaca sepintas, seketika senyumnya mengembang. Langsung mengacak kerudungku. Tanda bangganya padaku.

Perjalanan pulang ke rumah sore itu dihabiskan dengan ceritaku yang tulisannya berhasil dimuat di buku yang diterbitkan oleh tempat bekerja kami.

Berikut tulisan saya yang ada dalam buku tersebut(versi sebelum dan sesudah editing) :

Nama : Wina Indah Pratami
Jabatan : Junior Officer Administrasi Pemeliharaan Pembangkit
Unit Asal : PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel
Judul : I change my self and hope world can follow me Karena suami saya tidak ridho

Saat saya menerima Surat Keputusan (SK) Pengangkatan menjadi Pegawai PLN, tidak ada sedikit pun terbersit di benak saya mengenai “korupsi”. Saya pikir dunia kerja tidak beda jauh dengan dunia sekolah, maklum saya hanya tamat SMA lalu PLN mau memberi beasiswa D1 Diploma Satu dan jadilah saya seperti sekarang ini.
Kebetulan, tempat On Job Training (OJT) saya sama dengan tempat SK Pengangkatan saya. Sebagai seorang yang baru, saya berusaha banyak belajar dari para senior. Kebetulan sekali saya ditempatkan di bagian logistik yang menurut pendapat orang-orang Bagian itu merupakan “lahan tempat basah”. Awalnya saya tidak terlalu memikirkan pendapat orang-orang itu, saya pikir mungkin saja hanya bercanda toh saya anak baru. Namun, setelah makin lama saya di tempat itu saya akhirnya mengerti maksud dari obrolan orang-orang yang saya anggap candaan tadi tentang “tempat basah”.

Di tempat itu, banyak sekali yang berusaha memberikan “ucapan terima kasih” kepada saya atau begitulah yang dikatakan mereka kepada saya “Ucapan terima kasih kami, Mbak”. Saya bingung lalu bertanya balik “Ucapan terima kasih bagaimana Pak?” (saya panggil Pak karena kebanyakan Pimpinan Tertinggi Rekanan PLN adalah seorang Bapak-bapak). Lalu dia bilang “Ya, ucapan terima kasih karena Mbak telah membantu pekerjaan kami.” Kemudian Akhirnya saya jelaskan, “Pak, itu sudah merupakan tugas saya. Saya digaji sama PLN ya untuk bekerja seperti ini. Mohon maaf Pak, saya tidak bisa menerimanya.”
Alhamdulillah Bapak itu (sepertinya dengan senang hati) mau mengambil kembali pemberiannya. Pernah juga saya jumpai ada yang memaksa saya menerima, namun lagi-lagi saya menolak tegas upah itu. Ada juga yang pernah bilang, “Maaf Mbak gak sempat bawa oleh-oleh, ini buat Mbak”, katanya (sambil menyerahkan amplop). Langsung saja saya timpali, “Maaf Pak saya tidak bisa terima, gak papa gak bawa oleh-oleh.”
Semua kejadian yang saya alami ini saya ceritakan kepada suami saya, Alhamdulillah saya sangat bersyukur Allah telah memberikan pasangan hidup yang ‘sama’ seperti saya. Suami saya sangat mendukung apa saja yang saya lakukan. Beliau juga bangga karena saya mampu menolak godaan-godaan yang ada.
Tiga tahun berlalu, saya dan suami saya dipindahkan ke Kantor Induk. Sungguh saya sangat gembira dimutasikan ke kantor induk, karena semoga saya akan terbebas dari godaan-godaan yang selama ini berlalu lalang di depan saya.
Namun ternyata semua itu tidak sampai di sini, entah apa rencana Allah kepada saya. Saya ditempatkan di tempat yang lagi-lagi dianggap banyak orang sebagai “lahan basah”. “Huff” adalah kata yang keluar ketika orang-orang berprasangka bahwa saya suka ditempatkan di tempat yang mereka anggap “enak”.
Saya selalu berupaya meneguhkan hati saya bahwa saya akan berusaha menjadi “baik” di manapun saya berada, tidak peduli apa kata orang-orang yang berprasangka.
Sebagai orang baru di tempat yang baru (juga), saya (pura-pura) agak bingung ketika diberikan amplop (tentunya berisi uang, mosok saya gak bisa bedain uang atau kertas hehe) kepada saya. Kali ini saya dikasih amplop di tempat yang agak terbuka karena memang tempat kerja saya yang baru ini tidak disekat, apalagi jumlah stafnya lebih banyak dibanding jumlah staf yang ada di unit lama tempat saya bekerja dulu.
Karena bingung cara menanggapinya saya terima dulu amplop tersebut. Amplop tersebut menurut saya sangat tebal, mungkin di dalamnya ada sekitar satu jutaan. Saya langsung bertanya dalam hati saya, “Satu juta hanya untuk staf seperti saya? Bagaimana untuk atasan, atasan atasan saya, trus atasan atasan atasannya lagi?”


Lalu saya minta pendapat salah satu rekan kerja yang saya teladani. Beliau berkata, “Gak papa itu diterima. Kalo minta ya jangan, tapi kalo diterima ya diambil.” Astaghfirullah..... teriak batin saya.
Setelah pulang kerja, lagi-lagi saya ceritakan masalah tersebut kepada suami saya. Beliau dengan tegas berkata bahwa amplop itu harus dikembalikan. Alhamdulillah ya Rabb, Engkau telah berikan pemimpin yang InsyaAllah membimbing hamba agar tetap di jalanMu.
Keesokan harinya Alhamdulillah si Bapak yang kasih memberi uang (kemungkinan 1 juta) itu masih berkepentingan ada urusan ke di kantor. Segera saya kembalikan amplop tersebut. Si Bapak bertanya, “Kenapa?” Spontan saya jawab, “Karena suami saya tidak ridho.” Lalu dia bilang, “Kan gak perlu bilang ke suami?” Seketika itu istighfar saya ucapkan dan saya tegaskan, “Maaf Pak, saya tidak bisa menerima pemberian yang tidak diridhoi suami saya.” Alhamdulillah pembicaraan tidak diperpanjang lagi.
Sampai saat ini saya tetap berusaha untuk tidak menerima apapun dari mitra kerja PLN, tanpa mengurangi pelayanan saya ke mitra kerja PLN. Semoga saya tetap bisa menjaga komitmen saya, lalu semoga orang-orang di dekat saya dapat “tertular” komitmen saya dan akhirnya semua pegawai PLN dapat menjalankan komitmen yang sama dengan saya. Majulah terus PLN, teruslah berkarya dan berinovasi, saya selalu mendukungmu. I love you full, my PLN. Jiwa dan ragaku untukmu. (***)


An honour can be a part of this book, thanks PLN :-*

Monday, December 23, 2013

ODOJ 952 (G-02 PLN)

ODOJ = One Day One Juz





Sesuai namanya, grup ini dibentuk untuk memotivasi umat muslim dalam membaca Al-quran (kitab suci) minimal satu juz per hari. Satu juz biasanya setara dengan sepuluh halaman (bolak balik).

Adalah teman sekantorku, Mbak Tika (Annisa Istikawati) mengajakku bergabung dengan grup ini. Sebelumnya juga aku sudah mengetahui keberadaan grup ini dari Mbakku (Ratna Syifa'a) dan kebetulan melihat instagram temanku (Siti Mulyanah Rifai).

Awal diajak Mbak Tika, aku pun dengan cerewetnya tanya ini itu. Memastikan aku sendiri paham dengan aturan main di grup tersebut. Sebenarnya aku sudah mengenal cara bermainnya dari Mbakku, cuma hatiku seperti masih ragu karena takut tidak sanggup menjalankannya. Setelah melanglang buana memikirkan baik buruk, menimbang-nimbang risiko, berhitung soal pekerjaan rumah (mengasuh anak, membersihkan kamar dll), khawatir tidak dapat menyelesaikan kewajiban satu juz per hari itu dan embel-embel yang tidak jelas, sontak aku melawan dan mengejutkan diriku sendiri, 'memaksa' gabung grup itu, nekat. Nyelonong bilang deal dan janji dengan mbak Tika untuk mulai besok walaupun masih ragu, tapi segera aku tepis. Gak mau kalah dari 'syetan yang terkutuk'.

Jumat 20 Desember 2013, aku semangat menyelesaikan juz 24-ku yang masih tersisa empat halaman. Tidak ngebut lho, tetap memperhatikan rambu-rambu dan dikerjakan dengan semangat yang berapi-api karena teringat 'hutang'-ku dengan mbak Tika.

Sabtu 21 Desember 2013 aku mulai menjalankan janjiku. Aku secara resmi join dengan mengambil juz 25. Aku mengambil juz ke-lima dari terakhir itu dengan alasan melanjutkan tilawah pribadiku.

Setelah menunaikan shalat subuh, aku mulai membaca ayat-ayat cinta itu. Aku melantunkan ayat per ayat dengan lancar (tidak terbata-bata), tanpa hambatan sedikit pun. Mungkin karena masih pagi jadi masih fresh.

Rencana awal, aku akan membagi jatah satu juz yang setara dengan sepuluh halaman itu untuk lima waktu. Menghabiskan jatah dengan mencicil sebanyak dua halaman tiap waktunya. Namun subuh itu begitu asyik, rasanya begitu sayang dilewatkan tanpa menyelesaikan jatahku. Aku pun memutuskan melanjutkan sisa jatahku.

Beberapa menit berlalu Yesha tiba-tiba mendekat tanpa suara, rupanya si kecilku terbangun. Besar kemungkinan karena suaraku yang sedang mengaji. Segera dia mengambil posisi tiduran di kakiku, ikut mendengarkan dengan khitmad. Aku pun melanjutkan bacaanku sambil mengelus-elus kepala si mungilku. Yesha seperti tersihir ikut larut dalam 'nyayianku'.

Satu setengah jam berlalu sejak aku mulai menyelesaikan jatahku. Rasa puas mendatangi. Layaknya teriakan 'hore' anak-anak kecil, bak sebuah kemenangan. Sungguh menyenangkan dapat memulai hari dengan 'bermandikan' ayat-ayat cintaNya.

Keesokan harinya ku ulangi kembali kegiatanku itu. Yesha kembali beranjak dari tidurnya mendengar 'cengkok' ibunya menyanyikan ayat-ayat suci. Sungguh bahagia dapat membangunkan buah hatiku dengan meminjam panggilan lembutNya. Memulai hari bersama buah hati dengan membiasakannya dengan pembiasaan yang baik.

Memang tidak mudah untuk sampai ke tahapku saat ini. Aku pun melalui proses yang panjang. Saat Ramadhan contohnya, Wina kecil mencoba menyelesaikan satu juz setiap harinya. Aku ketika itu ingin sekali mengkhatamkan Al-quran pada malam takbiran. Ingin sekali mempunyai prosesi sendiri dalam rangka menyambut ataupun merayakan hari kemenangan. Aku pun memulai dari juz satu. Setiap juz yang terdiri dari sepuluh halaman, aku bagi waktu pembacaannya menjadi lima, sesuai waktu shalat fardhu. Aku mentargetkan membaca minimal dua halaman bolak balik sehabis shalat fardhu. Jika aku tidak dapat sampai dua halaman maka aku harus membayar sisanya dengan membacanya pada giliran berikutnya. Sungguh tidak semudah saat ini, waktu itu aku masih terbata-bata membaca ayat-ayatNya. Susah payah aku menyelesaikan dua halaman, namun aku bertekad tidak akan menyerah. Akhir waktu segera menghampiri, aku kembali berhitung dengan situasi apakah aku masih memungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaanku itu. Setelah dievaluasi, aku mantap yakin masih dapat menyelesaikannya tepat waktu seperti yang aku rencanakan sebelumnya. Hari yang ditentukan pun tiba, alhamdulillah targetku tercapai. Kegembiraan menggantung. Teriakan 'yeay' terlontarkan. Sujud syukur aku lakukan. Kemenangan pertamaku yang ku raih dengan jerih payahku sendiri.

Teringat perkataan guru agamaku waktu kelas 2 SMA yang menyemangati kami untuk setiap hari membaca Al-quran. Tak masalah jika sekarang kau tak lancar. Semakin sering kau baca, semakin lancar lisanmu.

Sungguh tak rugi jika menghabiskan waktu dengan 'menyelami' Al-quran. Baik di kala suka maupun duka, Al-quran selalu menemani layaknya teman sejati. Al-quran sangat bermanfaat bagiku khususnya di waktu hati resah, gelisah, galau tak karuan, Al-quran dapat mendamaikan jiwaku yang rapuh.

COPAS dari Grup ODOJ (sumber: Ratna Syifa'a R)
Al-quran terlalu mulia untuk disanding dengan kesibukanmu. Al-quran terlalu agung untuk dibandingkan dengan target harianmu. Al-quran terlalu suci untuk kau balap dengan mimpi-mimpimu. Sungguh!!

Meski tak kau baca, tak kau tadabburi apalagi tak kau amalkan, Al-quran tak merugi, tak terhinakan sama sekali.

Hey! Tapi lihat siapa nanti yang kelak akan menangis tersedu. Meraung-raung meminta dikembalikan dalam keadaan semula agar punya kesempatan membersamai Al-quran. Bermesra dengan Al-quran. Benar-benar menjadikannya sahabat.

(Nasehat yang lebih pantas ditelunjuki pada diri sendiri)

Yuk kita bermujahadah lagi.
Kuatkan azzam lagi.
Menjadikan Al-quran target tertinggi.
Yang paling utama untuk dicapai.
Paling utama untuk diraih.
Bersama targetan yang lain.


Thursday, December 19, 2013

Tayamum di kala tiada air

Islam sungguh agama yang sangat memikirkan penganutnya. Salah satunya dengan tayamum. Di kala kita tidak memiliki air untuk bersuci, Islam memudahkan kita bersuci dengan cara tayamum.

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak menyucikan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur,” (QS. Al Maidah: 6).

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum.
Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.
Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.


Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air


Syarat Sah Tayamum :
- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh


Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :
- Membaca basmalah
- Menghadap ke arah kiblat
- Membaca doa ketika selesai tayamum
- Medulukan kanan dari pada kiri
- Meniup debu yang ada di telapak tangan
- Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku


Rukun Tayamum :
- Niat Tayamum.
- Menyapu muka dengan debu atau tanah.
- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.


Tata Cara / Praktek Tayamum :
- Membaca basmalah
- Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta'ala).
- Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
- Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
- Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”.  Kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. (hadits ‘Ammar bin Yasirradhiyallahu ‘anhu)





Hijab Syar'i




Islam memuliakan wanita dengan adanya perintah berhijab. Dengan berhijab, seorang muslimah seperti mutiara dalam kerang. Terlindungi dan sangat berharga.





Hijab syar'i terdiri dari :
1. Jilbab
2. Khimar
3. Kaos kaki
4. No heels



Pengertian Jilbab merujuk QS. Al-Ahzab ayat 59

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Maksudnya, jilbab adalah kain terusan yang menjulur ke bawah hingga menutupi kedua kakinya. Atau di Indonesia lebih dikenal sebagai gamis.


Pengertian Khimar merujuk QS. An-Nur ayat 31

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Artinya, khimar merupakan penutup bagian kepala hingga dada atau apa saja yang serupa dengannya yang berfungsi menutupi seluruh kepala, leher, dan lubang baju di dada. Di Indonesia, kita lebih akrab dengan sebutan kerudung.









Adapun syarat hijab seorang muslimah adalah :

  1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, seperti muka dan telapak tangan. (HR. Abu Dawud)
  2. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)
  3. Kain yang tebal dan tidak tembus pandang. (HR. Ahmad, Abu Dawud)
  4. Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian. (QS. Al-Ahzab ayat 59 & HR. Muslim)
  5. Tidak menyerupai laki-laki. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah)
  6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir. (HR. Muslim, An-Nasa'i, Ahmad)
  7. Pakaian yang tidak mencolok dan tidak menggunakan wangi-wangian.(HR. An-Nasa'i, Abu Dawud, Tirmidzi)


    SAY NO TO HEELS
    Sepatu berhak tinggi itu umumnya membuat cara berjalan wanita menjadi berbeda, yaitu lebih berlenggak-lenggok atau menjadikan betis yang indah jadi terlihat dan menjadikan wanita nampak lebih tinggi. Maka ini termasuk dalam kategori tabarruj, sekaligus memiliki unsur penipuan. Padahal, para wanita muslimah dilarang menampakkan perhiasannya kecuali pada mahram atau orang-orang yang berhak untuk melihat keindahan dirinya.

    “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim]

    Kebiasaan menggunakan sepatu berhak tinggi ini adalah salah satu kebiasaan wanita Yahudi dan Nasrani. Wanita-wanita mereka menggunakan sepatu berhak tinggi ini untuk berhias dan menampakkan kecantikan mereka untuk memikat pandangan laki-laki. Maka sudah selayaknya seorang wanita muslimah menjaga dirinya dari hal-hal yang meniru (tasyabbuh) orang-orang kafir dan jahiliyah.

    “…dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” (QS. Al-Ahzab : 33)



    Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga dapat segera dipraktekkan (muslimah) dan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat juga untuk para ikhwan dalam membimbing keluarganya yang wanita.

    Amin amin Allahumma amin.

Friday, November 29, 2013

Dhuha = Sedekah




Waktu Shalat dhuha
Telah terjadi perbedaan dikalangan fuqaha didalam batasan shalat dhuha secara umum. Jumhur ulama berpendapat bahwa waktu shalat dhuha dimulai dari ketika matahari mulai meninggi hingga sedikit sebelum tergelincir selama belum masuk waktu yang dilarang.
Imam Nawawi didalam “ar Raudhah” mengatakan, "Para sahabat kami (madzhab Syafi’i) berpendapat, waktu shalat dhuha berawal dari terbit matahari dan dianjurkan agar mengakhirkannya hingga ia meninggi.”

Hal itu ditunjukkan oleh riwayat Imam Ahmad dari Abu Murrah ath Thoifi berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kalian lemah dari melaksanakan empat rakaat dari permulaan siangmu yang akan mencukupkanmu di akhir siangnya."

Namun al Adzra’i berpendapat bahwa apa yang dinukil itu dari para sahabatnya (madzhab Syafi’i) itu tedapat catatan, yang terkenal dari pendapat pertama mereka “yaitu pendapat jumhur” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730)

Dengan demikian waktu shalat dhuha dimulai kira-kira sejak maahari mulai naik kira-kira sepenggalah hingga sedikit sebelum masuknya waktu zhuhur atau sekitar 15 menit setelah waktu syuruq hingga 15 menit sebelum masuk waktu zhuhur.

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha
Adapun tentang rakaatnya maka tidak ada perbedaan dikalangan fuqaha yang mengatakan sunnahnya shalat dhuha berpendapat bahwa paling sedikit rakaat shalat dhuha adalah dua rakaat.

Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahi munkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha."

Namun terjadi perbedaan dikalangan mereka tentang maksimal rakaatnya :
Para ulama Maliki dan Hambali berpendapat bahwa maksimal rakaat shalat dhuha adalah delapan rakaat berdasarkan riwayat Ummu Hani’ bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memasuki rumahnya pada saat penaklukan Makkah, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam shalat delapan raka’at" seraya menjelaskan, "Aku belum pernah sekalipun melihat Beliau melaksanakan shalat yang lebih ringan dari pada saat itu, namun Beliau tetap menyempurnakan ruku’ dan sujudnya."

Para ulama Maliki ini juga menegaskan makruh melebihkan dari delapan rakaat jika seseorang meniatkan shalat dhuha bukan niat sunnah mutlak. Mereka juga menyebutkan bahwa yang paling moderat dari shalat dhuha adalah enam rakaat.

Sedangkan para ulama Hanafi dan Syafi’i —pendapat yang marjuh— serta Ahmad —dalam satu riwayat darinya— bahwa maksimal dari shalat dhuhah adalah dua belas rakaat, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan an Nasa’I dengan sanadnya yang didalamnya terdapat kelemahan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua belas rakaat maka Allah (akan) membangunkan baginya istana dari emas di surga.” Ibnu Abidin menukil dari “Syarh al Maniyah” dan menegaskan bahwa hadits lemah bisa diamalkan didalam perkara-perkara keutamaan.

Al Hashkafi dari kalangan Hanafi menukil dari ‘adz Dzakha’ir al Asyraqiyah” menyebutkan bahwa yang moderat adalah delapan rakaat dan inilah yang paling utama, berdasarkan perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan tentang maksimalnya hanyalah melalui perkataaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam saja.

Adapun dikalangan para ulama Syafi’i telah terjadi perbedaan didalam berbagai ungkapan mereka tentang maksimal rakaat shalat dhuha. Imam Nawawi didalam “al Minhaj” menyebutkan bahwa maksimalnya adalah dua belas rakaat sementara dia menyalahinya didalam kitab “Syarh al Muhadzab”, dia menyebutkan dari kebanyakan ulama bahwa maksimal adalah delapan rakaat. Beliau menyebutkan juga didalam “Raudhah ath Thalibin” bahwa yang paling utama adalah delapan rakaat sedangkan maksimalnya adalah dua belas rakaat dengan mengucapkan salam di setiap dua rakaat.” (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 9730 – 9731)

Doa Khusus Pada Shalat Dhuha
Tidak ada doa-doa khusus pada shala dhuha. Dibolehkan bagi setiap muslim untuk berdoa dengan doa-doa yang dikehendakinya selama tidak ada dosa didalamnya dan memutuskan silaturahim baik doa-doa yang matsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau doa-doa yang mudah bagi dirinya. Akan tetapi doa yang matsur lebih utama jika ia hafal. (Markaz al Fatwa No. 65406)

Shalat Isyraq
Para ulama menyamakan antara shalat isyraq dengan shalat dhuha. Meksipun ada yang sedikit membedakan diantara keduanya yaitu jika shalat itu dikerjakan diawal waktu yaitu ketika matahari mulai terangkat kira-kira sepenggalah maka ia disebut shalat isyraq sedangkan jika dikerjakan di tengah-tengah atau akhir waktu maka ia disebut shalat dhuha.

Wallahu A’lam