Total Pageviews

Tuesday, December 22, 2015

KITSBS mlaku-mlaku nang Jatim Rek

Dalam rangka meningkatkan keeratan hubungan sesama pegawai, PLN KITSBS mengadakan acara Employee Gathering (EG) di Kota Batu, Malang, Surabaya pada tanggal 18-20 Desember 2015.

Sekitar pukul 5 sore (18/12), pegawai yang mengikuti kegiatan EG berkumpul di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Panitia telah stand by di depan pintu keberangkatan untuk membagikan tiket pesawat dan konsumsi.

Proses check in dan boarding berjalan lancar. Waktu landing dan pengambilan bagasi di Bandara Juanda Surabaya selesai sekitar pukul 10 malam. Lalu, perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Suramadu dan tiba di Bebek Sinjay, Bangkalan, Madura. Para pegawai pun menyantap menu bebek yang sangat terkenal di daerah itu pada waktu menunjukkan tengah malam.

Selepas santap malam, perjalanan kembali dilanjutkan ke tujuan utama yaitu Kota Batu. Para pegawai tiba di Hotel Batu Suki, Kota Batu pada pukul 03.30 WIB (19/12). Pegawai dipersilakan untuk istirahat sejenak dan berkumpul kembali pada pukul 7 pagi untuk agenda selanjutnya.

Setelah selesai sarapan, para pegawai langsung menuju tempat Rafting di Kampung Wisata Tani Temas, Kota Batu. Para pegawai mengikuti kegiatan rafting dengan jarak tempuh kurang lebih 10 (sepuluh) kilometer.

Selesai rafting, para pegawai santap siang dan sholat. Selanjutnya menuju PLN APJ Malang Rayon Batu dalam rangka kegiatan benchmark

Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke tempat wisata petik apel yang dikelola oleh Kelompok Tani Makmur Abadi (KTMA). Di tempat ini, pengunjung bisa makan apel sepuasnya di tempat. Namun, jika pengunjung ingin membawa pulang apel-apel tersebut, maka pengunjung harus membayar apel dengan harga Rp 15.000,- per kilogram.

Perjalanan kembali dilanjutkan ke Museum Angkut. Seperti namanya, Museum Angkut berisikan alat-alat transportasi sejak zaman dahulu hingga kini. Alat transportasi yang berasal dari domestik hingga mancanegara.

Setelah puas berkeliling Museum Angkut, peserta EG kembali ke hotel untuk istirahat. Pukul 7 malam, peserta EG kembali berkumpul untuk makan malam dan kegiatan Ramah Tamah. Dalam kegiatan ramah tamah, terdapat banyak permainan dan hadiah. Mulai dari penampilan kelompok bus, lomba foto unik, hingga doorprize.

Setelah kegiatan ramah tamah selesai, para peserta EG dipersilakan memilih untuk melanjutkan istirahat atau mengunjungi Batu Night Spectacular (BNS).

Keesokan harinya (20/12), para pegawai kembali berkumpul setelah sarapan dan proses check out. Perjalanan kembali ke Palembang pun dimulai. Sebelumnya, para peserta EG menyempatkan mampir ke wisata belanja/pusat kerajinan Permata Tanggulangin.

Setibanya di Bandara Juanda, para pegawai diberikan tiket pesawat dan makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan proses check in dan boarding.

Sesampainya di Bandara SMB II, para pegawai bisa mengambil bagasi dan kembali ke rumah masing-masing.

Membiarkan anak menemukan motivasi belajarnya

Setelah meraih piala Juara 2 Lomba Baca Do'a & Surat Pendek, Juara Harapan 1 Lomba Busana Muslim, Bintang Kelas 1 pada Laporan Mid Semester dan beberapa penghargaan lainnya pada Lomba 17an, Alhamdulillah Yesha dapat Bintang Kelas Pertama pada Laporan Semester Pertama yang dibagikan tanggal 18 Desember 2015.

Bermula dari keinginan memiliki Piala, prestasi Yesha semakin menanjak. Aku dan suami tidak pernah memaksa Yesha untuk belajar hingga saat ini. Kami merasa waktunya belum tepat. Kami membiarkan Yesha menentukan targetnya sendiri.

Ketika Yesha bertanya kenapa dia tidak mendapat Piala seperti beberapa temannya, maka kami memberikan penjelasan jujur bahwa temannya sudah lebih paham pelajaran dibanding Yesha. Kami pun menyarankan Yesha untuk lebih memperhatikan penjelasan Bunda(guru)nya, sehingga Yesha lebih memahami pelajaran dan kemungkinan dia akan mendapatkan piala.

Sejak saat itu, pengetahuan Yesha semakin bertambah. Yesha pun sering bangga mengabarkan bahwa pengetahuannya bertambah dengan cara menunjukkan kebolehannya.

Dengan prestasi Yesha yang kian naik, Yesha tidak menjadi sombong. Kami tidak pernah melihat dia mengumbar keberhasilannya. Mungkin karena Yesha pernah merasakan posisi di bawah (ketika dia belum bisa meraih piala).

Dengan bertambahnya pengetahuan Yesha, Yesha memiliki kegiatan tambahan yaitu menulis. Sehingga Yesha tidak hanya mengenal mainan, tetapi Yesha juga lebih mengenal buku.

Tidak memaksakan belajar pada anak, bukan berarti tidak memberikan fasilitas belajar apapun pada anak. Kami memberikan Yesha mainan magnet berbentuk huruf dan angka untuk mengenalkan Yesha pada alfanumerik. Dampaknya, Yesha pun sering bertanya, "Ini huruf apa, Bu?"


Sejak Yesha kecil, kami mengelilinginya dengan buku meskipun Yesha belum bisa membaca, agar kecintaan Yesha terhadap buku tumbuh sejak dini. Yesha sering mendongeng dengan caranya sendiri dari buku yang ia baca gambarnya.

Saran untuk para orang tua :
1. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar terutama untuk anak balita karena usia balita adalah usia bermain. Jadi tidak sepantasnya memaksakan sesuatu yang tidak mereka senangi.

2. Rangsang keinginan belajar anak dengan memberikan fasilitas belajar yang menarik perhatiannya, bisa berupa mainan magnet, buku bergambar, lagu-lagu yang menyiratkan pelajaran, dsb.

Monday, December 14, 2015

Motivasi Belajar Yesha

Dari usia 2 tahun 2 bulan, Yesha sudah kami masukkan ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Saya dan suami mengambil keputusan itu karena kami melihat Yesha sudah bosan di rumah. Yesha merasa bingung mengeksplorasi bagian rumah yang mana lagi. Jadilah kami mengambil keputusan menyekolah Yesha.

Kami pun mencarikan sekolah berbasis Islam untuk Yesha. Kami juga menjelaskan pada gurunya agar Yesha tidak dipaksa untuk belajar. Biarkan Yesha bermain sepuasnya, karena niat kami menyekolahkan Yesha bukan untuk membuat Yesha bisa segera membaca ataupun berhitung. Kami hanya ingin Yesha mempunyai tempat eksplorasi lain, sekaligus tempat Yesha diajarkan kebiasaan yang baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa usia Yesha ketika itu tidaklah tepat untuk dipaksa  memahami alfabet ataupun angka-angka yang akan berakibat fatal pada masa yang akan datang. Saat itu, kami lebih menitikberatkan edukasi tentang pembiasaan dan cara bersosialisasi yang baik kepada Yesha. Alhasil, Yesha pun nyaman di sekolah, bahkan pada saat sakit pun dia sangat menyayangkan jika tidak bisa bersekolah.

Tahun berganti, kami pindah rumah. Dan kami mencarikan sekolah baru yang tetap berbasis Islam untuk Yesha. Alhamdulillah ketemu.

Yesha cepat beradaptasi dan merasa nyaman di sekolah baru. Dari sudut pandang tentang mata pelajaran, Yesha tidak banyak berkembang hingga usianya mencapai 4 (empat) tahun. Namun, dari sisi pemahaman hidup Yesha sudah sangat meningkat.

Kami pun hingga saat ini tidak memaksakan Yesha untuk memahami semua pelajaran sekolah. Namun, ketika pembagian report kenaikan kelas, dia menemukan motivasi belajarnya sendiri. Dia melihat beberapa temannya mendapat Piala dari sekolah dan dia segera bertanya, "Bu, piala Yesha mana? Kok Yesha gak dapat piala. Yesha mau piala, Bu."

Aku pun segera memutar otak, memilih kata-kata sederhana agar Yesha mudah memahami penjelasanku. "Maaf ya Nak, Yesha belum bisa dapat piala. Teman-teman Yesha yang dapat piala itu karena teman-teman Yesha sudah bisa memahami pelajaran yang disampaikan Bunda (maksudnya guru)", jelasku. "Gak papalah, Nak. Yang penting itu Yesha jadi anak soleha".

Obrolan kami pun berlanjut.
Yesha : "Tapi Yesha pengen dapet piala, Bu". (sambil merengek)
Aku : "Kalo Yesha pengen dapet piala, Yesha harus belajar. Yesha harus bisa semua yang diajarin Bunda. Yesha harus berusaha ya, Nak".

Sejak saat itu, Yesha seperti menemukan motivasi terbesarnya yaitu untuk mendapatkan piala.

Peringatan Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1437 H, sekolah Yesha mengadakan lomba membaca Surat Al-Fatihah, do'a sebelum & sesudah makan, serta lomba busana muslim.

Yesha pun berlatih setiap hari untuk lomba membaca surat dan do'a. Kami pun fokus membantunya dengan mendengarkan dan mengkoreksi bacaannya.

Beberapa hari sebelum lomba, Yesha tiba-tiba membujuk, "Bu, nanti ibu datang ya ke acara lomba sekolah".

Aku yang heran pun langsung bertanya balik, "Memangnya kenapa, Sayang?"

"Yesha pengen ibu datang", balas Yesha.

Aku pun langsung mendiskusikan dengan suami dan kami memutuskan untuk hadir.

Hari lomba pun tiba. Tibalah giliran Yesha tampil. Air mataku hampir saja tidak terbendung karena haru, mendengar Yesha melantunkan Surat Pembuka dalam Kitab Suci kami itu. Tanganku sedikit bergetar karena isak yang mau meledak, menyaksikan Yesha mengumandangkan surat pertama yang ada di Al-Qur'an itu.

Air mataku masih menggunung di ujung mataku, ketika Yesha selesai mengucapkan salam, tanda selesai tampil. Dia pun langsung berlari ke arahku dan memelukku. Aku pun tak henti-henti meninggikannya, mengucap "Ibu bangga sama Yesha".

Yesha pun memelukku tambah erat. 

Kejadian itu makin bertambah haru ketika pengumuman, nama Yesha disebutkan sebagai Juara 2. Dia gembira bukan main.

Kembali memelukku setelah menerima piala. "Ibu, Yesha dapat piala".

"Alhamdulillah, Nak. Itu balasan karena Yesha rajin berlatih".

Motivasi itu masih membara di dalam tubuh Yesha. Pada pembagian report mid semester, awal bulan November kemarin, Yesha mendapatkan bintang kelas pertama. Dia pun super bangga menunjukkan bintang merah bertuliskan angka 1 (satu) kepada kami, sambil menyerahkan laporannya.



Menginspirasi Anak SD melalui EVP

Di tahun 2015 Manajemen PT PLN (Persero) semakin menggaungkan semangat PLN Bersih dengan mengganti labelnya menjadi PLN Berintegritas. Dalam program ini terdapat sub program yang bernama Employee Volunteer Program (EVP). Salah satu kegiatan EVP adalah kegiatan Duta Muda Bersinar (Bersinar = Bersih dan Benar), yang sejalan dengan PLN Berintegritas tadi.

Pegawai PT PLN (Persero) terlibat secara langsung dan menjadi penggerak EVP. Tema kegiatan 2015 adalah Peduli 70 Sekolah. Kegiatan EVP dilaksanakan di 70 Sekolah yang tersebar di Nusantara. Angka 70 dipilih karena bertepatan dengan usia PLN yang ke-70. Sedangkan Peduli Sekolah menyatakan bahwa sasaran PLN adalah Sekolah.

PLN KITSBS mendapat kepercayaan target sebanyak 2 (dua) sekolah. Tim pun melakukan survei dan menentukan sekolah yang layak mendapat bantuan Program. Adalah SDIT Permata Hati Sungai Juaro dan SDIT Mus'ab bin Umair Kertapati yang terpilih menjadi sasaran program. Kedua SD tersebut terbilang 'balita' karena usia SD yang belum mencapai 5 (lima) tahun dan sarana yang ada di SD tersebut juga belum memadai, sehingga kedua SD ini cocok untuk diberikan bantuan.

Tim EVP mempersiapkan segala keperluan untuk program tersebut secara matang, dengan harapan kegiatan ini dapat memberikan citra yang baik bagi perusahaan dan terutama dapat menginspirasi para siswa.

Dalam program EVP terdapat 3 (tiga) bidang bantuan yang diberikan :
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Kesehatan
3. Bidang Lingkungan

*Untuk bidang pendidikan, selain memberikan sarana sekolah berupa 1 (satu) buah ruang kelas baru, papan nama sekolah, tas dan bantuan buku bacaan, Tim EVP juga memberikan edukasi mengenai kelistrikan melalui video Kak Bili.

Pada saat acara peletakkan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di masing-masing SD, aku dipercaya untuk memberikan penjelasan sekilas tentang program kami. Tim mempercayakan penjelasan program padaku dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. Aku wanita yang memiliki sifat keibuan
2. Aku telah memiliki anak
3. Aku terlihat berpengalaman dalam memberikan penjelasan kepada anak

Bahan presentasi yang telah disiapkan oleh Ibnu, aku rombak dengan bantuan Neyni. Kami mencari kata-kata yang cepat dipahami oleh anak-anak. Kemudian, kami mempunyai trik pemberian hadiah kepada anak-anak yang berani menjawab pertanyaan. Alhasil, anak-anak antusias mendengar penjelasanku. Tim pun merasa tidak salah memilihku. 

Imej pemberi hadiah pun melekat kepadaku, ketika aku datang untuk kedua kalinya di SD target di acara peresmian ruang kelas baru seraya membawa kardus buku bacaan. Beberapa anak menebak bahwa aku sedang membawa kardus isi coklat (hadiah). Aku pun sempat tersenyum sendiri sembari menampik dugaan mereka. Kesan pertama anak-anak padaku ternyata sangat baik.

*Dalam bidang kesehatan, Tim EVP memberikan penyuluhan kesehatan secara umum dan pemeriksaan gigi kepada para siswa SD.

*Sedangkan dalam bidang lingkungan, Tim EVP memberikan bantuan tempat sampah baru (organik & anorganik) serta memberikan tanaman & pohon untuk penghijauan.

Berikan Penjelasan Bukan 'Momok'

Ketika anak malas makan, apa yang dilontarkan orang tua? Untuk pertama kali, kebanyakan orang tua akan memberikan nasihat. "Makanlah, Nak. Nanti sakit". Namun, untuk kesekian kali, mungkin karena terlalu lelah membujuk, beberapa orang tua akan berbelok jalan dengan mengatakan "Ayo makan, nanti digigit laba-laba". Dengan kata lain, orang tua akan memberikan 'momok' kepada anak agar keinginan orang tua terpenuhi. "Yang penting anak mau makan", ucapnya dalam hati.

Kebiasaan memberikan 'momok' kepada anak tentulah tidak baik. Beberapa orang tua mungkin akan berkilah, "Kalo gak ditakut-takuti, anak gak mau makan" atau "Anak gak mau nurut kalo gak ditakut-takuti".

Sebetulnya memberikan penjelasan adalah langkah yang paling tepat. Namun, langkah ini memang membutuhkan waktu. Beberapa orang tua mungkin ingin mendapatkan hasil instan sehingga menggunakan cara menakut-nakuti agar anak menurut.

Saya dan suami berkomitmen sejak anak kami lahir, bahwa anak patut mendapatkan penjelasan atas segala sesuatu. Beberapa kejadian yang kami temui sedikit memutar otak kami demi memberikan penjelasan yang mudah dimengerti bagi anak. Namun, hal tersebut tidak memadamkan semangat kami untuk tetap mengobarkan api penjelasan kepada anak.

Contoh kasus 1 :
Adakalanya ketika nafsu makan Yesha menurun, kami pun membujuk Yesha agar makan. Dengan memberikan penjelasan, jika dia tidak makan maka dia bisa sakit. Kami tidak mau Yesha sakit. Jika Yesha sakit, kemungkinan besar Yesha tidak bisa beraktivitas seperti yang dia inginkan. Alhasil, Yesha pun mau makan.


Contoh kasus 2 :
Beberapa waktu lalu Yesha mengeluh bahwa giginya sakit. Kami pun mengecek giginya dan tampak tanda-tanda lubang. Kami mengajak Yesha ke dokter. Yesha sempat khawatir seandainya giginya dicabut. Namun, kami (lagi-lagi) memberikan penjelasan bahwa gigi Yesha tidak akan langsung dicabut. Dokter gigi akan memeriksa terlebih dahulu gigi Yesha. Dan menurut penglihatan kami, gigi Yesha hanya akan ditambal. Penjelasan yang detail dan dapat diterima anak akan sangat membantu anak pada tahap berikutnya.

Setibanya di Rumah Sakit, sebelum Yesha diperiksa, Dokter memberikan penjelasan tentang fungsi alat yang digunakannya untuk memeriksa gigi Yesha. Penjelasan yang detail dari dokter pun memberikan ketenangan bagi Yesha dalam menghadapi pemeriksaan.

Meskipun mulut kecilnya dipenuhi benda-benda asing yang sebelumnya belum pernah ia jumpai, Yesha tetap mantap pada posisi pemeriksaan hingga selesai tindakan.



Setelah memberikan penjelasan secara rinci pada anak, kami terbiasa memberikan pujian terhadap setiap keberhasilan yang dia lakukan. Semua ini dilakukan agar dia kembali termotivasi untuk mengulang kebaikan yang dia lakukan.