ODOJ = One Day One Juz
Sesuai namanya, grup ini dibentuk untuk memotivasi umat muslim dalam membaca Al-quran (kitab suci) minimal satu juz per hari. Satu juz biasanya setara dengan sepuluh halaman (bolak balik).
Adalah teman sekantorku, Mbak Tika (Annisa Istikawati) mengajakku bergabung dengan grup ini. Sebelumnya juga aku sudah mengetahui keberadaan grup ini dari Mbakku (Ratna Syifa'a) dan kebetulan melihat instagram temanku (Siti Mulyanah Rifai).
Awal diajak Mbak Tika, aku pun dengan cerewetnya tanya ini itu. Memastikan aku sendiri paham dengan aturan main di grup tersebut. Sebenarnya aku sudah mengenal cara bermainnya dari Mbakku, cuma hatiku seperti masih ragu karena takut tidak sanggup menjalankannya. Setelah melanglang buana memikirkan baik buruk, menimbang-nimbang risiko, berhitung soal pekerjaan rumah (mengasuh anak, membersihkan kamar dll), khawatir tidak dapat menyelesaikan kewajiban satu juz per hari itu dan embel-embel yang tidak jelas, sontak aku melawan dan mengejutkan diriku sendiri, 'memaksa' gabung grup itu, nekat. Nyelonong bilang deal dan janji dengan mbak Tika untuk mulai besok walaupun masih ragu, tapi segera aku tepis. Gak mau kalah dari 'syetan yang terkutuk'.
Jumat 20 Desember 2013, aku semangat menyelesaikan juz 24-ku yang masih tersisa empat halaman. Tidak ngebut lho, tetap memperhatikan rambu-rambu dan dikerjakan dengan semangat yang berapi-api karena teringat 'hutang'-ku dengan mbak Tika.
Sabtu 21 Desember 2013 aku mulai menjalankan janjiku. Aku secara resmi join dengan mengambil juz 25. Aku mengambil juz ke-lima dari terakhir itu dengan alasan melanjutkan tilawah pribadiku.
Setelah menunaikan shalat subuh, aku mulai membaca ayat-ayat cinta itu. Aku melantunkan ayat per ayat dengan lancar (tidak terbata-bata), tanpa hambatan sedikit pun. Mungkin karena masih pagi jadi masih fresh.
Rencana awal, aku akan membagi jatah satu juz yang setara dengan sepuluh halaman itu untuk lima waktu. Menghabiskan jatah dengan mencicil sebanyak dua halaman tiap waktunya. Namun subuh itu begitu asyik, rasanya begitu sayang dilewatkan tanpa menyelesaikan jatahku. Aku pun memutuskan melanjutkan sisa jatahku.
Beberapa menit berlalu Yesha tiba-tiba mendekat tanpa suara, rupanya si kecilku terbangun. Besar kemungkinan karena suaraku yang sedang mengaji. Segera dia mengambil posisi tiduran di kakiku, ikut mendengarkan dengan khitmad. Aku pun melanjutkan bacaanku sambil mengelus-elus kepala si mungilku. Yesha seperti tersihir ikut larut dalam 'nyayianku'.
Satu setengah jam berlalu sejak aku mulai menyelesaikan jatahku. Rasa puas mendatangi. Layaknya teriakan 'hore' anak-anak kecil, bak sebuah kemenangan. Sungguh menyenangkan dapat memulai hari dengan 'bermandikan' ayat-ayat cintaNya.
Keesokan harinya ku ulangi kembali kegiatanku itu. Yesha kembali beranjak dari tidurnya mendengar 'cengkok' ibunya menyanyikan ayat-ayat suci. Sungguh bahagia dapat membangunkan buah hatiku dengan meminjam panggilan lembutNya. Memulai hari bersama buah hati dengan membiasakannya dengan pembiasaan yang baik.
Memang tidak mudah untuk sampai ke tahapku saat ini. Aku pun melalui proses yang panjang. Saat Ramadhan contohnya, Wina kecil mencoba menyelesaikan satu juz setiap harinya. Aku ketika itu ingin sekali mengkhatamkan Al-quran pada malam takbiran. Ingin sekali mempunyai prosesi sendiri dalam rangka menyambut ataupun merayakan hari kemenangan. Aku pun memulai dari juz satu. Setiap juz yang terdiri dari sepuluh halaman, aku bagi waktu pembacaannya menjadi lima, sesuai waktu shalat fardhu. Aku mentargetkan membaca minimal dua halaman bolak balik sehabis shalat fardhu. Jika aku tidak dapat sampai dua halaman maka aku harus membayar sisanya dengan membacanya pada giliran berikutnya. Sungguh tidak semudah saat ini, waktu itu aku masih terbata-bata membaca ayat-ayatNya. Susah payah aku menyelesaikan dua halaman, namun aku bertekad tidak akan menyerah. Akhir waktu segera menghampiri, aku kembali berhitung dengan situasi apakah aku masih memungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaanku itu. Setelah dievaluasi, aku mantap yakin masih dapat menyelesaikannya tepat waktu seperti yang aku rencanakan sebelumnya. Hari yang ditentukan pun tiba, alhamdulillah targetku tercapai. Kegembiraan menggantung. Teriakan 'yeay' terlontarkan. Sujud syukur aku lakukan. Kemenangan pertamaku yang ku raih dengan jerih payahku sendiri.
Teringat perkataan guru agamaku waktu kelas 2 SMA yang menyemangati kami untuk setiap hari membaca Al-quran. Tak masalah jika sekarang kau tak lancar. Semakin sering kau baca, semakin lancar lisanmu.
Teringat perkataan guru agamaku waktu kelas 2 SMA yang menyemangati kami untuk setiap hari membaca Al-quran. Tak masalah jika sekarang kau tak lancar. Semakin sering kau baca, semakin lancar lisanmu.
Sungguh tak rugi jika menghabiskan waktu dengan 'menyelami' Al-quran. Baik di kala suka maupun duka, Al-quran selalu menemani layaknya teman sejati. Al-quran sangat bermanfaat bagiku khususnya di waktu hati resah, gelisah, galau tak karuan, Al-quran dapat mendamaikan jiwaku yang rapuh.
COPAS dari Grup ODOJ (sumber: Ratna Syifa'a R)
Al-quran terlalu mulia untuk disanding dengan kesibukanmu. Al-quran terlalu agung untuk dibandingkan dengan target harianmu. Al-quran terlalu suci untuk kau balap dengan mimpi-mimpimu. Sungguh!!
Meski tak kau baca, tak kau tadabburi apalagi tak kau amalkan, Al-quran tak merugi, tak terhinakan sama sekali.
Hey! Tapi lihat siapa nanti yang kelak akan menangis tersedu. Meraung-raung meminta dikembalikan dalam keadaan semula agar punya kesempatan membersamai Al-quran. Bermesra dengan Al-quran. Benar-benar menjadikannya sahabat.
(Nasehat yang lebih pantas ditelunjuki pada diri sendiri)
Yuk kita bermujahadah lagi.
Kuatkan azzam lagi.
Menjadikan Al-quran target tertinggi.
Yang paling utama untuk dicapai.
Paling utama untuk diraih.
Bersama targetan yang lain.
No comments:
Post a Comment