16 Juli 2015 hari pertama cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1436 H. Sejak pukul 5 pagi, aku mulai menyiapkan sisa-sisa keperluan mudik ke Bayung Lencir, kecamatan kelahiranku. Kampung halaman yang jarang ku kunjungi, orang tuaku pun masih berdomisili di sana.
Pukul 7 pagi, aku, suami dan anak (Yesha) sudah siap. Aku pun menelepon travel yang telah dipesan oleh Mamaku. Sempat terjadi miskomunikasi karena travel mengira kami tidak jadi berangkat. Aku pun melapor ke Mamaku. Tak lama waktu berselang, travel kembali menelepon meminta alamat penjemputan. Aku pun mengarahkannya.
Sekitar pukul 9 pagi, kami dijemput dan berangkat menuju tempat kelahiranku. Perjalanan darat Palembang - Bayung Lencir memakan waktu 4-5 jam. Aku dan Yesha pun tidur hampir sepanjang jalan. Pukul 11 lewat kami sempat berhenti sejenak di Rumah Makan Pagi Sore Sungai Lilin. Kami tidak bersantap di sana, kami sekadar meluruskan kaki saja.
Adalah sekitar 30 menit kami berhenti di RM Pagi Sore tersebut sebelum kami melanjutkan perjalanan kembali. Kami naik travel Innova dengan 3 tujuan antar.
Penumpang yang pertama diantar di daerah Simpang C5. Kami memasuki gerbang desa, menelusuri perkebunan sawit dengan jalan bergelombang. Setelah berkendara selama 5 menit, tampaklah perkampungan penduduk dengan jalan aspal mulus. Memasuki beberapa lorong, lalu tibalah kami ke tujuan antar pertama. Sopir travel membantu menurunkan barang, penumpang membayar dan kami melanjutkan perjalanan kembali, mengulangi jalan datang tadi hingga bertemu ke jalan utama.
Tujuan antar kedua adalah rumah orang tuaku. Tujuan antar ketiga juga terletak di sekitar rumah orang tuaku. Namun, aku tak tahu di mana letak persisnya.
Setiba di rumah, kami disambut orang tuaku.
Keesokan harinya (17/7), sejak subuh orang-orang di rumah sudah bersiap untuk melakukan sholat ied. Tahun ini aku tidak bisa mengikuti ritual itu karena berhalangan. Jadilah aku menunggu rumah. Yesha tetap ikut sholat bersama Mamaku.
Setelah semua anggota keluarga selesai sholat, kami sarapan bersama. Lalu, kami melakukan ritual salam-salaman dengan berbaris. Mulai dari yang tertua hingga yang termuda.
Kemudian kami berkunjung ke rumah keluarga terdekat. Ketika berada di rumah salah satu keluarga, Papa mendapat telepon. Dikabarkan bahwa ada pasien yang menunggu di rumah. Kami pun bergegas pulang. Lalu sisa hari kami habiskan menyambut tamu.
Lebaran hari kedua (18/7), kami berwisata ke Candi Muaro Jambi yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi, melewati jembatan Aurduri 2.
Kendaraan roda empat tidak bisa memasuki komplek Candi Muaro Jambi. Mobil kami pun diparkir di tempat yang sudah disediakan setelah membayar biaya parkir senilai Rp 5.000,- per mobil.
Setelah mobil terparkir, kami memasuki komplek Candi dengan menyewa becak seharga Rp 10.000,-/becak dan membayar biaya masuk Rp 5.000,-/orang (keterangan sesuai gambar di bawah ini).
Komplek Candi Muaro Jambi padat pengunjung hari itu. Tampak banyak pengunjung berfoto ria di bangunan Candi yang ada. Becak hanya mengantarkan kami ke halaman depan komplek Candi di mana hanya terdapat dua candi yang berdiri kokoh. Untuk melihat 5 Candi lainnya, kami harus menempuh jarak sekitar 800 m, 1,3 km dan 1,8 km.
Banyak terdapat penyewaan sepeda di komplek Candi dengan biaya sewa beragam mulai dari Rp 10.000,- (sepeda balita), Rp 15.000,- (sepeda anak SD), dan entah berapa biaya sewa untuk sepeda dewasa perorangan serta terdapat sepeda dewasa gandengan (2 kayuh). Kami hanya menyewa sepeda untuk anak-anak. Para dewasa keluarga kami tak berminat menyewa sepeda.
Yesha sempat mencoba salah satu sepeda dan kepayahan mengayuhnya. Kami hanya berkeliling halaman depan komplek Candi. Kami malas mengunjungi Candi lain yang berjarak tempuh jauh.
Di halaman depan Candi, terdapat banyak jualan makanan dan minuman. Mulai dari es tebu, jagung manis rebus, pop mie, mie instan, sosis goreng, dll. Kami sempat membeli jagung manis rebusnya. Bentuk jagungnya lucu dengan bulir-bulir besar dan tak beraturan, rasanya manis dan lezat. Bahkan Yesha ketagihan dan minta tambah. Namun entah di mana si penjual jagung keliling tadi. Menyesal hanya membeli dua buah.
Ada satu permainan kereta mini anak dengan biaya Rp 5.000,- sekali naik. Ada juga penyewaan tikar dengan harga Rp 10.000,-
Ada satu permainan kereta mini anak dengan biaya Rp 5.000,- sekali naik. Ada juga penyewaan tikar dengan harga Rp 10.000,-
Kabarnya semua biaya sewa yang ditawarkan tergolong naik karena suasana lebaran. Contohnya pada hari biasa, biaya sewa sepeda hanya Rp 2.000,-
Tengah hari kami mulai tidak nyaman dengan kunjungan ke Candi tersebut. Kami pun memutuskan untuk segera beranjak.
Kami keluar dari kawasan komplek Candi Muaro Jambi dan mencari tempat makan siang. Ada satu tempat makan yang menarik perhatian kami, warung makan masakan padang spesifik Gulai Ikan Karang. Kami pun merasa terpanggil untuk singgah sejenak di sana.
Lauk yang kami pesan tidak lain adalah Gulai Ikan Karang yang dipromosikan itu. Rasanya sangat nikmat. Menurut Papaku, rasa daging Ikan Karang seperti rasa daging Ikan Kakap. Pendapat Papaku diperkuat oleh suamiku yang mengatakan bahwa Ikan Kakap adalah Ikan Karang. Kemungkinan penduduk sekitar menamai Ikan Kakap sebagai Ikan Karang karena tempat hidup Ikan Kakap di Karang. Wallahualam.
Selesai makan kami pun siap membayar. Alangkah terkejutnya aku ketika pelayannya menyebutkan harga Rp 149.000,- untuk biaya makan sekitar 15 orang (dewasa dan anak-anak). Murahnyaaaaa. Makanan lezat dan murah. Mantap.
Setelah makan, kami berpisah. Saudara Papa kembali ke Bayung. Kami menuju Hotel Aston Jambi untuk menginap.
Di Hotel Aston Jambi, kami istirahat sejenak menunggu waktu ashar. Setelah sholat ashar, kami menuju kolam renangnya. Yesha, bapaknya dan adikku bermain di kolam renang. Yesha yang awalnya sangat ketakutan berbanding terbalik dengan adikku yang langsung nyaman dan tak mau berhenti main air di kolam renang.
Entah kenapa sejak kecil Yesha sangat takut dengan air, tapi Yesha berani untuk main outbond mini yang terdapat kegiatan panjat memanjat batu-batu seperti panjat tebing. Yesha berani berjalan di atas jembatan tali dan jembatan kayu. Tapi tidak dengan air. Yesha sangat cemas setiap melihat air.
Ini foto Yesha loncat-loncatan karena belum berani masuk ke air.
Yesha nyaman bermain air di kolam renang kecil yang tidak membuatnya tenggelam. Setelah merasa aman bermain air di kolam renang kecil, Yesha jadi tidak mau berhenti main air.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB, aku mengingatkan Yesha untuk naik karena kolam renang akan ditutup pukul 18.00 WIB. Kami sempat mengabadikan kebersamaan kami.
Usai kegiatan berenang, kami bersiap untuk sholat maghrib dan mencari makan malam. Karena Yesha kecapekan berenang, kami memutuskan untuk tidur setelah makan malam.
Esok hari (19/7), kami bangun tidur dan bersiap untuk sarapan. Setelah sarapan, Yesha dan bapaknya kembali berenang hingga pukul 09.30 WIB. Kemudian bersih-bersih dan persiapan check out.
Lalu kami menuju rumah teman sekantor dulu (PLN Sektor Jambi). Kami berbincang, berbagi cerita, makan-makan yang intinya menjalin silaturrahim.
Setelah pamit, kami menuju Swalayan Meranti untuk belanja oleh-oleh. Lalu menuju RM Bumbu Desa Jambi untuk makan siang. Selanjutnya kami cek lokasi rumah yang akan dibeli orang tuaku. Kemudian, ke rumah teman lainnya sebelum akhirnya kami kembali ke Bayung.
Kami tiba di Bayung maghrib. Bersih-bersih dan istirahat.
Senin (20/7), kami beristirahat penuh di rumah karena besok kami akan kembali ke Palembang.
Selasa (21/7), kami kembali ke Palembang karena Rabu (22/7) aku dan suami masuk kerja.
No comments:
Post a Comment