Apakah sentuhan kulit suami isteri membatalkan wudhu’?
Ini adalah pertanyaan klasik, di mana jawabannya pun tidak kalah
klasiknya. Karena sebenarnya jawabannya memang bisa diduga, yaitu
terjadi khilaf di kalangan para ulama.
Sebagian ulama memandang bahwa seorang suami yang menyentuh kulit
isterinya membatalkan wudhu’nya. Sebagian ulama lainnya berpandangan
sebaliknya.
1. Pendapat Yang Membatalkan
Mereka yang memandang bahwa sentuhan kulit antara suami isteri berdalil dengan beberapa dasar, di antaranya:
وصرح ابن عمر بأن من قبل امرأته أو جسمها بيده فعليه الوضوء.
رواه عنه مالك والشافعي.ورواه البيهقي عن ابن مسعود بلفظ " القبلة من اللمس وفيها الوضوء. واللمس ما دون الجماع."
رواه عنه مالك والشافعي.ورواه البيهقي عن ابن مسعود بلفظ " القبلة من اللمس وفيها الوضوء. واللمس ما دون الجماع."
Ibnu Umar berkata bahwa orang yang mencium isterinya atau menyentuh tubuhnya, maka dia harus berwudhu’.
Hadits ini diriwayatkan oleh Malik dan Asy-Syafi’i.
Dari Ibnu a’sud ra berkata, "Mencium isteri itu termasuk
menyentuh dan mengharuskan wudhu’. Dan menyentuh itu segala yang belum
sampai jima’ (HR Al-Baihaqi)
Selain itu mereka juga berdalil dengan apa yang anda tanyakan di
atas, yaitu hubungan suami isteri yang sebelumnya bukan mahram, akan
tetap terus tidak mahram meski sudah menikah. Dan konsekuensinya,
sentuhan antara mereka akan membatalkan wudhu’.
2. Pendapat Yang Tidak Membatalkan
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa antara suami isteri tidak
batal wudhu’ bila bersentuhan, mendasarkan pandangan mereka pada
beberapa dalil berikut ini:
روي أحمد والأربعة رجاله ثقات، عن عائشة رضي الله عنها " أن النبي صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ."
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW mencium para isterinya kemudian beliau keluar untuk shalat dan tidak berwudhu’ lagi (HR Ahmad)
وعنها رضي الله عنها قالت: كنت أنام بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم، ورجلاى في قبلته، فاذا سجد غمزني، فقبضت رجلي متفق عليه
Dari Aisyah ra berkata, "Aku pernah tidur di hadapan nabi SAW,
sedangkan kedua kakiku berada di arah kiblatnya. Bila beliau sujud,
beliau menyingkirkan dan memegang kedua kakiku (HR Bukhari dan Muslim)
وأخرج اسحاق بن راهويه، وأيضاً البزار بسند جيد، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قبلها وهو صائم، وقال:
"إن القبلة لا تنقض الوضوء ، ولا تفطر صائم."
"إن القبلة لا تنقض الوضوء ، ولا تفطر صائم."
Ishaq bin Rahawaih dan Al-Bazzar dengan sanad yang baik
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mencium isterinya dalam keadaan puasa,
lalu beliau berkata, "Sesungguhnya mencium itu tidak membatalkan wudhu’
dan tidak membatalkan puasa.
Namun mereka semua dalil ini disanggah oleh kelompok pertama dengan beberapa hujjah, misalnya bahwa apa yang terjadi antara nabi SAW dengan para isterinya merupakan suatu kekhusususan, tidak berlaku buat umatnya.
Namun mereka semua dalil ini disanggah oleh kelompok pertama dengan beberapa hujjah, misalnya bahwa apa yang terjadi antara nabi SAW dengan para isterinya merupakan suatu kekhusususan, tidak berlaku buat umatnya.
Pendeknya, apa yang anda tanyakan itu secara hukum masih menjadi
perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengatakan sentuhan
suami isteri membatalkan wudhu dan ada yang berpendapat sebaliknya.
Wallahu a’la bishshawab
No comments:
Post a Comment