Total Pageviews

Thursday, October 20, 2016

My Best Partner



Tulisan ini saya buat dalam rangka Lomba Menulis Blog HLN 71. Ini merupakan tulisan kedua setelah Mengamalkan Penolakan Gratifikasi. Sekarang saya mau bercerita tentang suami saya (Fajar Sumaryanto), yang tidak lain adalah pegawai PLN juga. Dia dinyatakan pegawai tetap PLN sejak tanggal 01 November 2009.

Mulai tanggal 27 Juni 2010, kami selalu bersama. Kebetulan penempatan kerja kami hingga saat ini sama. Penempatan pertama di Sektor Jambi, salah satu unit di bawah pengawasan PLN KITSBS. Tahun 2012, kami sama-sama dimutasikan ke Kantor Induk PLN KITSBS di Palembang. Jadilah kami selalu berangkat ke kantor bersama dan pulang juga begitu.

Meskipun kantor sama, saya dan suami ditempatkan di bagian yang berbeda. Sejak di Sektor Jambi, suami saya selalu ditempatkan di bagian Sumber Daya Manusia (SDM).

Suami saya bekerja secara profesional. Walaupun suami saya terbiasa mengurusi masalah rahasia (mutasi jabatan), dia tidak pernah menceritakannya kepada saya. Sering sekali orang berprasangka bahwa saya mengetahui semua pekerjaan suami saya. “Lho, masak sih Win gak tahu klo si A pindah? Kan suamimu yang ngurusin Berita Acara Mutasinya”, tanya seorang teman. “Duh, maaf ya. Saya memang tidak pernah menanyakan pekerjaan suami saya dan saya merasa tidak perlu tahu tentang apa saja yang dikerjakan suami saya”, jelas saya.

Suami saya juga tidak sungkan mengeluarkan sedikit uang demi menyelesaikan pekerjaan. Pernah saya lihat suami mengeluarkan biaya foto kopi pekerjaan yang beratus-ratus lembar. Lalu saya tanyakan, “Kok gak foto kopi di kantor, Pak?” “Soalnya rahasia, Bu. Nanti kalo di kantor ketahuan orang”.

Tak hanya dapat menyelesaikan pekerjaan kantor, suami saya juga membantu pekerjaan rumah dengan baik.

Karena kondisi kami berdua yang sama-sama bekerja, suami pun mengerti dengan kondisi rumah yang tidak selalu rapi. Sering sekali suami saya ikut membersihkan rumah, mulai dari menyapu hingga mengepel lantai. Tidak hanya itu, suami saya juga tidak malu untuk mencuci dan menjemur pakaian. Jangan ditanya soal memasak, suami saya bahkan lebih jago dibandingkan saya sendiri.

Dalam hal mengurus anak sekali pun, suami saya tidak segan untuk ikut andil. Bahkan selepas melahirkan, yang belajar memandikan anak kami pertama kali adalah suami saya. Bahkan suami saya terampil menggantikan popok hingga memakaikan baju anak. Sehingga ketika saya tidak berada di rumah, suami saya tetap merasa nyaman hanya berdua dengan anak.

Ada kalanya ketika suami saya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, dibandingkan di rumah. Namun semua itu terbayar dengan liburan penuh bersama keluarga.

Suami saya tidak hanya hebat dalam bekerja tetapi juga sangat luar biasa dalam mengurus rumah tangga. Baik urusan kantor maupun rumah dapat diselesaikan dengan tuntas.

No comments: