Pertengahan bulan Agustus 2014 aku dan suami (sebenarnya aku yang paling siru) sibuk mempersiapkan syarat-syarat pembuatan visa jepang. Karena kami tidak punya pengalaman sama sekali dalam bidang ini dan waktu keberangkatan sudah sangat mendesak. Jadilah keluarga Jogja yang membantu kepengurusan pembuatan visa ini, melalui salah satu biro perjalanan atau travel agent yang ada di kota Bakpia.
Akhir bulan Agustus 2014 aku deg-degan menanti visa yang tak kunjung keluar. Setelah dikonfirmasi ternyata kota pembuatan visa kami harusnya di Medan bukan di Jakarta karena KTP kami berdomisili di Jambi. Ini akibat 2 tahun jadi penduduk ilegal Palembang. Serasa sudah menjadi penduduk namun secara administrasi daerah kami belum resmi menjadi penduduk. Hihi.
Awal bulan September 2014 visa masih belum keluar, ternyata masih ada syarat yang harus dilengkapi kembali. Aku yang paling antusias dengan perjalanan ini pun segera melengkapi kekurangan itu.
Setelah hampir setengah bulan dag dig dug duer menunggu visa yang lama sekali keluar, akhirnya visa keluar bertepatan dengan hari keberangkatan ke Jepang. Alhamdulillah setidaknya tiket masuk kami ke Jepang sudah ada. Berita terbarunya lagi visa dikabarkan keluar jam 2 siang (8/9) sedangkan kami berangkat dari Jakarta jam 12 malam (9/9). Otomatis visa tidak dapat dikirim via kurir, karena tidak akan sampai tepat waktu. Jadilah suamiku harus mengambil sendiri visa tersebut ke Medan.
Tanggal 8 September 2014 lewat tengah hari aku, suami dan Yesha berangkat dari rumah menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Pukul 2 siang suamiku boarding ke Pesawat Biru tujuan Medan. Sedangkan aku dan Yesha menunggu Pesawat Merah pukul 4 sore ke Jakarta.
Sekitar pukul 6 sore aku dan Yesha tiba di Jakarta. Setelah capek bolak balik dari terminal 1 ke terminal 2 bawa bagasi yang luar biasa, aku memutuskan mengajak Yesha makan malam di restoran cepat saji di sekitar terminal 2D keberangkatan Internasional.
Setelah makan malam usai, aku sholat di mushola yang tersedia di sekitar terminal tadi. Dimulailah waktu menunggu kami yang panjang. Pesawat suami memakan waktu yang cukup lama yaitu 2 jam dari Medan. Sedangkan pesawat keluarga Jogja delayed. Jadilah waktu menunggu semakin terasa lama. Yesha yang awalnya menikmati perjalanan ini mulai kelihatan bosan dan bertingkah. Banyak cara yang ku lakukan agar dia tetap menikmati waktu menunggu ketika itu. Otakku pun aku putar, otakku ku ajak jungkir balik, alhasil aku dan Yesha benar-benar jungkir balik dari troley koper karena ketidakseimbangan. Segera orang di sekitar kami membantu. Aku pun kapok dengan kejadian itu sehingga kembali ke posisi stand by menunggu.
Waktu panjang untuk menunggu baru berakhir ketika jarum jam menunjukkan pukul 9 malam. Suami dan rombongan keluarga Jogja tiba. Aku pun gembira bukan main. Alhamdulillah Yesha bisa bertemu mbak dan mas-masnya.
Aku dan Yesha pun menikmati makan malam kedua kami bersama rombongan. Selesai makan malam, kami bersiap untuk proses check in dan imigrasi.
Proses imigrasi kami semua terpisah karena aku, suami dan Yesha memiliki paspor baru, sedangkan ada paspor keluarga Jogja yang pernah dipakai. Jadilah jalan kami terbagi dua.
Selesai proses imigrasi kami pun kembali berkumpul. Suami dan keluarga Jogja melakukan sholat sedangkan aku menunggu di luar mushola. Proses ibadah selesai, aku permisi ke toilet sebelum proses boarding.
Di jalan menuju toilet aku bertemu dengan pegawai Cathay Pasific yang berkata bahwa pintu boarding kami berpindah. Jadilah kami segera menuju pintu keberangkatan baru yang letaknya cukup jauh dari pintu keberangkatan yang dijanjikan sebelumnya.
Proses boarding berjalan lancar. Kami pun menikmati layanan pesawat kelas Internasional (yang katanya) paling mahal itu.
Perjalanan ke Jepang mengharuskan kami transit beberapa jam di Bandara Hongkong. Dikarenakan kami berangkat dari Jakarta tengah malam, selama di pesawat kami pun tidur untuk mengistirahatkan badan sebelum berpetualang.
Subuh menjelang, aku pun terbangun. Setelah menunaikan sholat subuh di pesawat, terdengar suara pilot menyuarakan aba-aba mendarat. Proses landing pun berjalan mulus. Setelah pesawat mendarat sempurna, kami pun keluar.
Di luar kami pun menikmati pemandangan Bandara Hongkong yang begitu modern. Sambil berkeliling, kami pun mencari tempat makan. Didapatlah restoran cepat saji Popeye yang berlogo halal, kami pun memutuskan makan di situ.
Pelajaran pertama dan paling penting ketika bepergian keluar negeri adalah komitmen memastikan makanan yang akan dimakan halal.
Setelah makan selesai, kami pun beranjak menuju pintu masuk pesawat tujuan Fukuoka, Japan. Sepanjang perjalanan menuju pintu masuk mata kami dimanjakan dengan berbagai macam jualan, dari yang kecil hingga yang besar (mahal). Dari mulai souvenir hingga kamera.
Proses boarding kedua pun dimulai, kali ini kami naik pesawat Dragon Air (kemungkinan pesawat ini satu grup dengan Cathay). Kami kembali menunaikan dua sholat sekaligus di dalam pesawat.
Sekitar pukul 4 waktu Jepang kami mendarat. Bandara Jepang pun tak kalah bersih dengan Bandara Hongkong. Sebelum mengambil bagasi, kami menjalani prosesi sambutan kedatangan. Di dalam pesawat tadi kami diberikan kartu kedatangan yang harus diisi dengan lengkap. Kartu inilah yang kami tunjukkan pada petugas bandara disertai dengan passport kami tentunya. Proses tersebut tidaklah lama.
Setelah semua rombongan selesai, kami menuju tempat pengambilan bagasi. Setelah proses pengambilan bagasi selesai, kami menuju pintu keluar Bandara. Di luar, Mbak Yaya telah menunggu kami. Selama kurang lebih delapan hari, Mbak Yaya yang akan menjadi pemandu wisata kami.
Setelah proses kangen-kangenan, kami pun mengambil beberapa foto untuk mengabadikan pertemuan itu.
Lalu kami pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus. Budaya antri di Jepang sungguh patut diacungi jempol. Kami pun harus tertib mengikuti aturan. Jam keberangkatan bus pun tepat waktu. Sesuai dengan waktu yang dijadwalkan, bus kami datang. Kami masuk dan mulai menikmati pemandangan Fukuoka, Jepang dan bus pun menuju ke daerah Beppu.
Kami menginap di Beppu Station Hotel, sesuai namanya hotel ini sangat dekat dengan stasiun (sekitar 100 m). Setelah proses check in, kami menitipkan bagasi di kamar hotel dan kami mencari makan malam. Mbak Yaya mengajak kami makan malam di Toyotsune, letaknya di seberang stasiun, sekitar 50 m dari hotel. Posisinya tepat di antara stasiun dan hotel kami.
Mbak Yaya memesan menu halal untuk kami. Nasi tempura dan sop miso ditemani dengan teh hijau. Nasi di Jepang itu rasanya enak banget. Manis, segar, hmm, so yummy.
Selesai makan malam, kami kembali ke Hotel untuk beristirahat. Mengistirahatkan badan untuk petualangan besok.
Sekitar pukul 6 sore aku dan Yesha tiba di Jakarta. Setelah capek bolak balik dari terminal 1 ke terminal 2 bawa bagasi yang luar biasa, aku memutuskan mengajak Yesha makan malam di restoran cepat saji di sekitar terminal 2D keberangkatan Internasional.
Setelah makan malam usai, aku sholat di mushola yang tersedia di sekitar terminal tadi. Dimulailah waktu menunggu kami yang panjang. Pesawat suami memakan waktu yang cukup lama yaitu 2 jam dari Medan. Sedangkan pesawat keluarga Jogja delayed. Jadilah waktu menunggu semakin terasa lama. Yesha yang awalnya menikmati perjalanan ini mulai kelihatan bosan dan bertingkah. Banyak cara yang ku lakukan agar dia tetap menikmati waktu menunggu ketika itu. Otakku pun aku putar, otakku ku ajak jungkir balik, alhasil aku dan Yesha benar-benar jungkir balik dari troley koper karena ketidakseimbangan. Segera orang di sekitar kami membantu. Aku pun kapok dengan kejadian itu sehingga kembali ke posisi stand by menunggu.
Waktu panjang untuk menunggu baru berakhir ketika jarum jam menunjukkan pukul 9 malam. Suami dan rombongan keluarga Jogja tiba. Aku pun gembira bukan main. Alhamdulillah Yesha bisa bertemu mbak dan mas-masnya.
Aku dan Yesha pun menikmati makan malam kedua kami bersama rombongan. Selesai makan malam, kami bersiap untuk proses check in dan imigrasi.
Proses imigrasi kami semua terpisah karena aku, suami dan Yesha memiliki paspor baru, sedangkan ada paspor keluarga Jogja yang pernah dipakai. Jadilah jalan kami terbagi dua.
Selesai proses imigrasi kami pun kembali berkumpul. Suami dan keluarga Jogja melakukan sholat sedangkan aku menunggu di luar mushola. Proses ibadah selesai, aku permisi ke toilet sebelum proses boarding.
Di jalan menuju toilet aku bertemu dengan pegawai Cathay Pasific yang berkata bahwa pintu boarding kami berpindah. Jadilah kami segera menuju pintu keberangkatan baru yang letaknya cukup jauh dari pintu keberangkatan yang dijanjikan sebelumnya.
Proses boarding berjalan lancar. Kami pun menikmati layanan pesawat kelas Internasional (yang katanya) paling mahal itu.
Perjalanan ke Jepang mengharuskan kami transit beberapa jam di Bandara Hongkong. Dikarenakan kami berangkat dari Jakarta tengah malam, selama di pesawat kami pun tidur untuk mengistirahatkan badan sebelum berpetualang.
Subuh menjelang, aku pun terbangun. Setelah menunaikan sholat subuh di pesawat, terdengar suara pilot menyuarakan aba-aba mendarat. Proses landing pun berjalan mulus. Setelah pesawat mendarat sempurna, kami pun keluar.
Di luar kami pun menikmati pemandangan Bandara Hongkong yang begitu modern. Sambil berkeliling, kami pun mencari tempat makan. Didapatlah restoran cepat saji Popeye yang berlogo halal, kami pun memutuskan makan di situ.
Pelajaran pertama dan paling penting ketika bepergian keluar negeri adalah komitmen memastikan makanan yang akan dimakan halal.
Setelah makan selesai, kami pun beranjak menuju pintu masuk pesawat tujuan Fukuoka, Japan. Sepanjang perjalanan menuju pintu masuk mata kami dimanjakan dengan berbagai macam jualan, dari yang kecil hingga yang besar (mahal). Dari mulai souvenir hingga kamera.
Proses boarding kedua pun dimulai, kali ini kami naik pesawat Dragon Air (kemungkinan pesawat ini satu grup dengan Cathay). Kami kembali menunaikan dua sholat sekaligus di dalam pesawat.
Sekitar pukul 4 waktu Jepang kami mendarat. Bandara Jepang pun tak kalah bersih dengan Bandara Hongkong. Sebelum mengambil bagasi, kami menjalani prosesi sambutan kedatangan. Di dalam pesawat tadi kami diberikan kartu kedatangan yang harus diisi dengan lengkap. Kartu inilah yang kami tunjukkan pada petugas bandara disertai dengan passport kami tentunya. Proses tersebut tidaklah lama.
Setelah semua rombongan selesai, kami menuju tempat pengambilan bagasi. Setelah proses pengambilan bagasi selesai, kami menuju pintu keluar Bandara. Di luar, Mbak Yaya telah menunggu kami. Selama kurang lebih delapan hari, Mbak Yaya yang akan menjadi pemandu wisata kami.
Setelah proses kangen-kangenan, kami pun mengambil beberapa foto untuk mengabadikan pertemuan itu.
Lalu kami pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus. Budaya antri di Jepang sungguh patut diacungi jempol. Kami pun harus tertib mengikuti aturan. Jam keberangkatan bus pun tepat waktu. Sesuai dengan waktu yang dijadwalkan, bus kami datang. Kami masuk dan mulai menikmati pemandangan Fukuoka, Jepang dan bus pun menuju ke daerah Beppu.
Kami menginap di Beppu Station Hotel, sesuai namanya hotel ini sangat dekat dengan stasiun (sekitar 100 m). Setelah proses check in, kami menitipkan bagasi di kamar hotel dan kami mencari makan malam. Mbak Yaya mengajak kami makan malam di Toyotsune, letaknya di seberang stasiun, sekitar 50 m dari hotel. Posisinya tepat di antara stasiun dan hotel kami.
Mbak Yaya memesan menu halal untuk kami. Nasi tempura dan sop miso ditemani dengan teh hijau. Nasi di Jepang itu rasanya enak banget. Manis, segar, hmm, so yummy.
Selesai makan malam, kami kembali ke Hotel untuk beristirahat. Mengistirahatkan badan untuk petualangan besok.
to be continued ...
No comments:
Post a Comment